BIMBANG

24 0 0
                                    

"Karena lo harus jauhin Awan. Emang itu yang harus lo lakuin."

"Lo nggak ada hak lbuat larang gue deket sama Awan. Emang lo siapa?!" suaraku mulai meninggi, aku heran. Cahaya bilang padaku untuk jangan mencampuri urusannya tapi ini?

Mendengar suaraku yang mulai meninggi, Cahaya tak memasang ekspresi apapun. Dia masih tetap tenang dan menatapku dalam.

"Karena lo temen gue."

Mendengar jawaban Cahaya, aku mulai luluh. Cahaya menganggapku teman? Gadis dingin yang dulu tak tersentuh, dan mengabaikan sekitarnya, kini mengatakan bahwa aku teamnnya.

"Ya kalau gue temen lo, lo harusnya mau dong bikin gue seneng. Lo harusnya terbuka sama gue, gimana lo bisa kenal Awan?"

"Gue nggak bisa bilang. Intinya lo harus jauhin Awan. Percaya sama gue, Ta. Gue cuma minta itu."

Aku diam. Aku tak tahu harus bagaimana. Harusnya Cahaya memberikan alasan yang jelas kenapa aku harus menjauhi Awan.

"Kita temen kan, Ta? Lo anggap gue temen lo kan? Please, Ta, Percaya sama gue. Jauhin Awan, mulai dari sekarang, sebelum semuanya makin rumit."

"Gue nggak janji."

Cahaya hanya menghembuskan nafasnya kasar. Perlahan Cahaya bangkit dari duduknya dan berjalan keluar dari kelas tanpa berkata apapun lagii.

Apa maksut Cahaya aku harus menjauhi Awan? Maksutnya sebelum semuanya semakin rumit itu apa? Aku bingung dengan permintaan Cahaya. Kenapa permintaan Cahaya harus itu?

Apa jangan-jangan Cahaya menyukai Awan? Atau Cahaya adalah mantan Awan?

Semakin aku memikirkannya, semuanya malah semakin terasa kusut. Abaikan saja lah. Jalani semuanya seperti biasa, tak ada alasan aku harus menjauh dari Awan. Lagi pula Awan baik, dan aku nyaman berada di dekatnya. Jadi untuk apa aku menjauh?

Tapi, bagaimana dengan permintaan Cahaya? Ah, sudahlah, Cahaya juga tak memberikan alasan yang jelas kenapa aku harus menjauhi Awan. Meskipun Cahaya temanku, tapi jika permintaannya tak didasari alasan yang jelas, maka aku juga tak harus menuruti permintaannya bukan?

Tak salah bukan jika aku seperti ini? Atau aku harus menuruti Cahaya? Tapi, bagaimana dengan Awan jika aku menjauh? Lagi pula apakah aku bisa menjauhi lelaki itu? Mana bisa.

🍁🍁🍁

Saat ini aku tengah berada di kamarku. Aku merebahkan diriku di atas kasur seusai melakukan solat maghrib. Permintaan dari Cahaya yang menginginkan aku menjauhi Awan masih terus terngiang di otakku. Aku pusing memikirkan itu. Aku ingin mengenyahkan beban yang semakin lama justru membuatku semakin terhimpit dalam keadaan sulit.

Saat aku sedang memikirkan semua tiba-tiba ada notifikasi yang masuk ke handphoneku. Aku langsung merih benda itu yang terletak di sampingku berbaring. Rupanya ada chat yang masuk dari Awan.

Awan
Ta, hari ini gue mau ke rumah lo buat ambil flashdisk tentang laporan kemarin.

Pelita
Iya Wan, ke sini aja.

Awan
Oke

Setelahnya aku meletakkan kembali handphoneku di di sebelahku. Aku menghembuskan nafas kasar. Berbicara pada diriku sendiri untuk tidak lagi memikirkan permintaan Cahaya. Meskipun Cahaya temanku tapi aku tak mempunyai alasan untuk menjauhi Awan bukan?

Perlahan aku bangkit dan berjalan menuju ruang Tamu menunggu Awan datang.

Di Atas AwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang