luka ku,adalah milik ku,dan biarkan ia menjadi teman ku

76 7 0
                                    

Ilyana pov

Aku merasakan perih di area kerongkonganku, lidah ku kelu untuk memanggil seseorang.

Ditambah mataku berat untuk ku buka,seperti ada sesuatu yg menempel hingga mataku enggan untuk membuka, melihat dunia.

Clek

"Assalamualaikum"

"Kamu masih belum sadar, saya khawatir, maaf sudah melakukan hal ini"

Sayup sayup aku mendengar seseorang berbicara, entah itu siapa, yg jelas aku tak asing dengan suara ini.

"Wa'alaikumsalam,kamu siapa? Dan atas dasar apa kamu meminta maaf?" Ilyana.

Ingin rasanya ku ucapkan, tapi sangat di sayangkan hanya hatiku yg dapat mengucapkan nya.

Sudah ku bilang lidah ku kelu!

Pagi hari

Akan ku paksa untuk membuka mataku, aku terlalu lama terpejam menyebabkan mataku sedikit perih.

"Enghh"

"Alhamdulillah kebuka juga" monolog Ilyana dalam hati.

Aku memilih mengerjap ngerjap kan mataku untuk menyesuaikan dengan pencahayaan di ruangan ini.

"Rumah sakit?" titah Ilyana

"M-Minum"

Aku mencoba meraih gelas itu, dan akhirnya ku dapatkan.

Ku minum secara perlahan lahan hingga rasa haus itu menghilang

"Kak Ilham? Mama? Papa? Kak aini?" Panggil Ilyana.

Percuma saja aku panggil nama mereka, akankah mereka ada disaat aku dalam keadaan seperti ini?

Astagfirullah!

Jangan berucap seperti itu Ilyana ga baik..

"Berapa lama aku tak sadarkan diri?"

"Sudah mau waktu sholat shubuh!"

Aku turunkan kedua kaki ku dari ranjang, membawa tiang infus ke dalam tolalet~ alias toilet.

Wudhu lah yg ku lakukan di dalam sana, meski aku sedikit kesusahan membasuh kepalaku di karenakan perban.

Dengan segera aku melaksanakan ritual pagiku seperti biasa, sholat,berdoa,dan muraja'ah

10.00 pm

"Assalamualaikum"

"Wa'alaikumsalm kak, kakak datang" balas Ilyana dengan senyuman yg mengembang

"Iya.. kakak ke sini sama Raihan"

"Assalamualaikum Ilyana"

"Wa'alaikumsalam kak" jawab Ilyana menunduk

"Ilyana kamu udah sadar kapan? Kok ga hubungi kakak?" Tanya Ilham khawatir

Ilyana terkekeh. Tak apa keluarga nya tak memperdulikan nya, yg penting masih ada orang yg dapat mengerti dirinya, kak ilham.

"Kak aku sadar sebelum shubuh, ga enak juga kalo telpon kakak" jawab Ilyana.

Author pov

Raihan memperhatikan nya.

Ya! Raihan memperhatikan setiap tutur kata dan pergerakan Ilyana.

"Gadis mungil sepertimu sudah beranjak dewasa, dan tumbuh menjadi gadis cantik yg baik hati ilyana" ucap Raihan dalam hati.

"Astagfirullah Raihan sadar, dia blm jadi mahrom lo"

Ilyana yang sadar di perhatikan dengan intens oleh Raihan merasa gelisah.

Bukan karna apa dia merasa gelisah, hanya saja dia tak nyaman di tatap seperti itu.

"Ngomong ngomong kenapa Ilyana bisa disini?

"Cerita nya panjang, yg jelas kmu di sini karna ada pria yg hampir menculikmu, tapi sayang itu tidak terjadi dan naas nya kepalamu terbentur batu yg cukup besar". Jelas nya.

Kali ini bukan Ilham yg berbica, namun ini Raihan

"Ohh Ilyana ingat, tapi siapa dalang dari semua itu,dan apa alasan nya" Ilyana

"Aku tidak tau" Raihan

"Sudahlah alangkah lebih baik aku berhusnuzon, pasti Allah sedang menguji ku" terang Ilyana.

Ilham dan Raihan terkagum kagum melihat sikap dewasa Ilyana, gadis kecil yg sudah tumbuh beranjak dewasa itu adalah wanita kuat.

Tidak, sebenarnya ia rapuh,tapi ia berhasil menguatkan orang orang di sekitarnya

"Kak mama,papa, ka aini gak ke sini ya?" Tanya Ilyana

"Ha?eum mereka ada urusan dek" jawab gugup Ilham.

"Jangan menutupinya kak,biarkan aku terluka,biarkan aku terbiasa dengan luka itu hingga luka bukan lagi menjadi luka yg tak di inginkan"

"Melainkan menjadi luka yg setia menjadi teman penguat diriku,jangan biarkan aku terlena dengan kebahagiaan hingga akhirnya hancur hanya karna sedikit luka yg ku terima"  begitu lah kata hatinya.

Hati Ilyana tentunya

mahkota kehidupanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang