Keluar dari sebuah mini market, Yumi langsung meringis karena terik matahari. Padahal, kemarin hujan dari subuh sampai malam, genangan air bahkan belum surut. Namun, hari ini cuacanya benar-benar panas. Dua kantong plastik ukuran sedang dijadikan Yumi sebagai pelindung kepalanya. Dia harus menyebrang untuk membeli makanan lain.
Genta berdiri dengan tidak nyaman. Dia yang sedang menjelaskan persentasi saat meeting terganggu dengan getar ponselnya. Dia lupa mensilent nada ponselnya. Sudah lebih dari sepuluh panggilan yang terlewat, ponselnya masih saja terus bergetar. Dengan terpaksa, Genta meminta waktu untuk mematikan ponselnya.
Saat melihat nama Yumi, tidak pikir panjang Genta langsung menjawab panggilan tersebut.
"Ada apa Yumi? Saya sedang rapat." jawab Genta cepat.
"Maaf, Pak, saya yang menolong istri Bapak. Istri Bapak tadi kecalakaan." sahut pria dari seberang panggilan.
Menjauhkan ponselnya, Genta melihat lagi nama yang tertera di sana. Benar, nama Yumi yang sedang meneleponnya ini.
"Maksud Bapak apa? Di mana Yumi?" tanya Genta sedikit mulai was-was. Apa Yumi sedang mengerjainya?
"Ooh, jadi nama istri Bapak, Yumi?" pria itu memastikan. "Biar saya kasih tahu ke bagian administrasi agar mencatat biodata mbak Yumi. Sekarang mbak Yumi belum sadar, Pak."
"Maksud Bapak, apa?"
"Istri Bapak kecelakaan, tertabrak motor di depan minimarket. Saya membawanya ke rumah sakit swasta, dipanggilan terakhir cuma ada nama my husband dengan tanda seru lebih dari tiga, saya langsung menelepon Bapak sebagai suami mbak Yumi." jelas pria itu sedikit menahan kesal. "Saya tunggu Bapak di sini."
"A-apa! Yumi kecelakaan?" tentu saja Genta sangat kaget. Tadi pagi gadis itu masih sempat mengganggunya saat mencuci mobil.
"Saya tunggu Bapak di sini, lokasinya akan saya share." ulang pria itu, langsung memutuskan panggilan.
Genta yang panik segera kembali ke ruang rapat. Wajahnya yang panik membuat semua orang menatapnya bertanya.
"Maaf, pak Dewan dan Bapak Ibu sekalian, saya tidak bisa mengikuti rapat ini, keponakan saya kecelakaan. Saya harus ke rumah sakit." izin Genta pada atasannya.
Atasan Genta yang melihat kepanikan di wajah anak buahnya memberi izin. Begitu memasuki mobilnya, dengan kecepatan di atas biasanya dia menjalankan kendaraanya. Genta menuju rumah sakit dengan kekhawatiran akan keadaan Yumi. Gadis itu benar-benar ceroboh, bagaimana bisa diusianya yang sebentar lagi menginjak angka dua puluh, Yumi masih bertingkah seperti bocah berumur sepuluh tahun.
Setelah memarkirkan mobil, Genta menuju ruangan yang telah diberitahukan pria tadi. Berlari, sesekali berhenti untuk bertanya pada perawat yang lewat, akhirnya dia menemukan ruangan di mana Yumi di tempatkan.
"Permisi," sapa Genta.
Pria yang sedang duduk sambil memainkan ponselnya berjengit. Lalu, dia berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yumi Udah Gede Om! (Project Cinta Batik Publisher)
ChickLitGenta dibuat pusing dengan tingkah anak temannya. Celotehannya belasan tahun lalu nyatanya masih diingat dan dituntut oleh seorang gadis yang baru memasuki usia menuju dewasa. Yumi dengan segala usaha dan keagresifannya untuk menarik perhatian Genta...