Perlahan melangkah walau tidak mudah,
Aku percaya,
Semakin langkahku telah melewati banyak hal,
Maka,
Sebentar lagi aku akan sampai pada tujuanku.Langkah, -Mantan-
Seseorang perlahan menapaki anak tangga dengan perasaan yang tidak dapat dijelaskan olehnya ketika mendengar gelak tawa terdengar di bawah.
Dan sesampainya disetiap pijakan, seorang perempuan itu hanya memperhatikan kehangatan keluarga yang sempurna, - tanpa dirinya.
''Ah, aku merindukan cerita-cerita Oma seperti ini." suara antusias itu menarik perhatian.
"Tidak terasa kalian beranjak dewasa begitu cepat, hingga masa kecil kalian kini hanya terbungkus dengan kenangan masa kecil."
"Itu indah, Oma." timpal lagi mendapat usapan kepala dari seorang lelaki gagah, dibalik usianya yang tidak muda lagi.
"Aku jadi teringat saat liburan bersama nenek waktu itu, aku menangkap ikan bersama Kak Januari. Kau ingat kan, kak?" Matanya menatap laki-laki yang ada dihadapannya.
"Dan, bukan ikan yang kau tangkap banyak itu, ingat?" balasnya dengan nada mengejek.
"Bukan ikan, tapi kecebong." timpal seorang Ibu yang ia rindukan, memancing tawa dari penghuni meja makan itu. "Meille, Meille. Mama nggak habis pikir."
"Papah jadi tidak mengerti dengan putri kecil papah ini, kenapa kecebong di sebut ikan." Komentar seseorang yang menyebutnya seorang ayah.
Hatinya terasa sesak. Pantas kah ia kembali? Mampukah ia masuk ke dalam keluarga ini? Apakah ia bisa menjadi bagian penting keluarganya ini?
"Papah.. Kan Eille nggak pernah liat kecebong, kirain anak ikan aja." cemberut nya.
"Makanya kalo nonton itu jangan barbie, upin ipin juga tonton." ucap lgi seorang laki-laki dengan seragam sekolahnya sambil menarik senyum.
Ia terpaku. Betapa susah bertahun-tqhun ia tidak mendapat senyuman itu.
"Betapa bodoh dan konyolnya aku waku itu,huu.."
"Bahkan kau sampai menangis, ingat? Karena terus menyakinkan itu kan? " ejek laki-laki itu tertawa kali ini.
Sehangat ini. Ia.. Juga ingin menjadi bagiannya.
"Stop deh, kakaa.. "
Semuanya menggeleng tertawa.
Senyuman yang bertahun-tahun juga ia rindukan.
Senyuman yang tidak pernah ia dapat.
Kini ada di depannya.Ia.. Merindukan itu semua.
"Kinta, sejak kapan kamu disana?" ucap interupsi Oma ketika melihatnya tepat di anak tangga terakhir.
Semua kehangatan tiba-tiba mencekam. Seakan semua awan putih bagai kapas berubah menjadi mendung.
"B-baru aja, Oma." gugup nya entah kenapa. Harusnya ia bersemangat. Ya, langkahnya harus penuh tekad.
"Ayok sini kita sarapan. Kamu juga harus berangkat sekolah bersama-sama dengan Januari dan Meille."
"I-iya Oma."
Kinta berjalan menuju kursi didekat Eille.
"Kamu mau sarapan roti dengan selai apa? Stoberi seperti Eille juga?" ucap Oma mengambilkannya roti.
"Nutella." jawab Kinta dengan cukup suara. Rasa canggung nya belum dapat ia hilangkan. Namun, tekadnya sudah ia bulatkan tadi. Maka setelah ini ia pasti dapat mengubah semua hal yang salah selama ini. Kembali ke tempatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MANTAN
Teen FictionMan-tan. Satu kata yang menyakiti Kinta dalam hidupnya. Tentang seseorang yang berarti, namun memilih pergi dalam hidupnya. Dan Tentang mereka yang menyebut man-tan adalah kewajaran. Adakah mantan ibu? Kinta rasa tidak pernah mendengarnya. Adakah ma...