Kaisar Mati

3.2K 302 20
                                    

Gambar : Pinterest

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Gambar : Pinterest

"Apa ada kemungkinan dia bunuh diri?" Zea menatap lekat mayat seorang pria yang seluruh tubuh dan wajahnya tenggelam. Wajah mereka hanya dibatasi dengan air yang mengisi bathtub.

"Jangan sampai liurmu masuk ke air, atau akan kujadikan sample untuk sidik jari."

Zea segera menarik wajah dan mendengkus. Menoleh dan menemukan seorang perempuan berambut panjang dengan kulit kecokelatan, sedang mencoba memakai sarung tangan karet ke telapak tangan. Nama perempuan itu Anita, seorang dokter forensik. Dia terlihat modis menggenakan kaus turtle neck berwarna khaki dan celana panjang hitam. 

Anita beranjak mendekati bathtub, membuat si detektif perempuan menepi. Sialnya, mata mayat yang membuka--meski pria yang mati itu tampan--membuat kuduk si ahli forensik meremang.

"Sial! Apa dia harus mati dengan mata terbalalak kayak gitu?" Rasanya ingin sekali Anita kabur dari tempat kejadian perkara, kalau saja dia tidak ingat profesinya saat ini.

"Aku selalu heran, bagaimana kamu bisa jadi ahli forensik. Memalukan!" Zea menyindir, lalu berbalik untuk keluar dari kamar mandi. "Aku akan memeriksa ruang yang lain. Pastikan kamu bisa menemukan sesuatu, Ahli Forensik yang penakut!" Ujung matanya menangkap pakaian dalam wanita yang terserak di lantai. Tadinya mau dia pungut, tapi urung. Itu urusan Anita nanti.

Terdengar Anita mengutuk, tapi Zea tidak peduli. Perempuan berambut cokelat sebahu itu tertawa pendek seraya melangkah keluar dari kamar mandi. Kakinya segera menginjak lantai kamar tidur yang dingin, dan menyadari kalau pendingin ruangannya tidak dimatikan. 

"Berikan aku sarung tangan!" Zea berseru pada salah orang yang berdiri di dekatnya.   Lelaki dengan seragam polisi itu, segera merogoh saku dan memberikan sepasang sarung tangan karet pada Zea. "Terima kasih," ucap Zea sambil memasang sarung di kedua tangan.

Setelahnya, perempuan bermanik kelam itu beranjak mendekati ranjang yang terlihat berantakan tak keruan. Diangkatnya bed cover, sekadar untuk mengecek apakah ada sesuatu yang bisa ditemukan di bawah sana. Tetapi dia kecewa, karena tak menemukan bercak atau apa pun yang menarik perhatiannya.

"Apa sudah ada yang memeriksa CCTV?" Zea bertanya dengan suara keras, berharap suaranya didengar oleh Anita atau petugas lainnya.

"CCTV di setiap sudut rumah, pecah, Bu." Petugas yang tadi memberikannya sarung tangan menjawab.

"Hasil rekaman bagaimana?" 

"Berhenti di rekaman kemarin, pada pukul 14:00. Setelah itu tidak ada rekaman apa pun," sahutnya lagi.

Zea menghela napas, kemudian matanya menyapu ruangan. Kamar ini sungguh luas, sekitar 5x8 meter. Sebuah ranjang yang terlihat modern berada di tengah ruang, ranjang yang tadi diselidikinya. Ada sebuah meja kerja berwarna hitam, lengkap dengan pernak pernik dan laptop mahal di atasnya. Sebuah foto besar sebatas dada tersangkut pada dinding di atas ranjang. Foto pria yang mati, yang terlihat tampan dengan mengenakan jas. Selain itu, ruangan ini terkoneksi dengan kamar mandi mewah dan walk in closet yang seluruh dindingnya terbuat dari cermin.

KEEP SILENT (Completed) - TerbitWhere stories live. Discover now