Blind Love

1.4K 228 51
                                    

Sebelumnya:

"Kalau kalian tidak percaya, aku bisa menghubungkan kalian dengan Dipa." Tangan Aeera mulai bergerak di atas ponselnya. "Kalian pasti kenal,"--dilekatkannya ponsel ke telinga kanan--"Dipa Renjana, pengusaha restoran itu ...."

Zea terdiam. Dia bilang apa? Dipa Renjana? Pengusaha restoran?

"Sayang ...," Aeera menyapa seseorang yang menyahut di ujung ponsel.

Zea menahan napas. Menerka-nerka. Dipa Renjana, pengusaha restoran. Apakah Dipa-nya dan Dipa perempuan itu, adalah Dipa yang sama?

"Tolong bantu aku meyakinkan para petugas di hadapanku ini. Kalau malam itu, aku sedang bersamamu ...." Aeera mengulurkan ponsel ke arah Zea yang terbengong demi mendengar nama yang sama.

Tangan Zea terulur dengan ragu. Apakah ini Dipa yang sama?

 Apakah ini Dipa yang sama?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Gambar: Pinterest

Zea mendorong pintu dengan keras, dadanya bergemuruh luar biasa. Sementara, Chen yang mengikuti langkahnya dari belakang hanya bisa menghela napas. Pasalnya, sulit sekali mengajak perempuan itu menjadi tenang begitu mendengar suara kekasihnya di sambungan telepon Aeera tadi.

"Jelaskan!" Suara Zea terdengar berat.

Seseorang yang duduk pada kursi di balik meja besar di tengah ruangan tampak tak terusik. Ponsel di telinga dan pena di tangannya masih terus tergenggam dengan baik. Dia hanya menatap sekilas, kemudian menunduk kembali, khusuk dengan kertas di atas meja.

"Dipa!"

Lelaki itu menghela napas, meletakkan pena ke meja dan mengangkat telunjuknya untuk dilekatkan di bibir. Tanda agar Zea diam, kemudian kembali fokus dengan lawan bicaranya di telepon.

"Dia sedang menelepon sepertinya, Ze." Chen berbisik di sebelahnya, disentuhnya pundak rekan kerjanya yang terlihat bergerak naik turun karena emosi. Namun, tangannya segera ditepis.

Chen mendengkus. Tanpa dipersilakan dia melewati tubuh Zea, mendudukkan diri di sofa berwarna putih yang tersedia. Lalu, fokus menatap Dipa Renjana yang masih sibuk dengan ponsel dan pena. Sesekali diliriknya Zea. Perempuan itu masih dengan keras kepalanya berdiri tanpa bergerak di posisinya tadi.

Sekali lagi Chen menatap Dipa. Dia langsung bisa menilai, kalau lelaki itu terlalu cuek kepada Zea untuk ukuran orang yang sedang jatuh cinta. Dan ketika dia kembali menatap Zea, hatinya mendadak merasa kasihan. 

Cinta, sungguh membuat orang menjadi buta.

"Kamu berisik sekali, Sayang ...." Suara yang berat membuat Chen kembali menoleh ke arah meja kerja. Terlihat kalau lelaki berpenampilan sama necis dengannya itu, menyandarkan tubuhnya ke kursi. Ponsel dan pena sudah lepas dari tangannya.

KEEP SILENT (Completed) - TerbitWhere stories live. Discover now