.

329 12 2
                                    

aku selalu bicara pada diriku sendiri. tidak baik bermalas-malasan. tidak baik menyusahkan orang lain. tidak baik bersikap acuh tak acuh. tapi hanya sampai disitu, karena aku tak pernah mendengarkan diriku sendiri.

aku selalu berada di kamarku. ruangan yang gelap dengan tirai jendela selalu tertutup dan lampu yang hampir tak pernah dinyalakan. sedikit cahaya memang masuk melalui celah serat kain tirai. pintu balkon tertutup tapi tak terkunci. tv menyala dan botol minum berserakan di sampingnya.

hidupku memang tidak memiliki arti penting di dunia. mungkin jika kapan saja aku menghilang, kehidupan tak kan berubah adanya. semua berjalan tetap sama dan tak berubah. aku tak punya kendali pada apapun bahkan hidupku sendiri.

aku tidak pernah serius menempatkan orang dalam hati. aku hanya tertarik dan menikmati rasa saat melihat wajahnya.

kenapa dia sangat menawan. aku bisa melihatnya terus menerus tanpa bosan. dia berdiri membawa sekaleng cola, meminumnya sambil memainkan smartphone di tangan lainnya.

kupikir dia sedang mencari udara segar tak jauh beda denganku. tidak ada yang spesial, berdiri di balkon depan kamar. aku melihatnya dari sudut kamarku.

dia mulai mendudukkan dirinya sambil membawa smartphone di tangannya ke telinga, mungkin menelpon seseorang. kupingku tak sampai menangkap suaranya. hanya ada sedikit suara sayup dibalut angin yang berhembus. tanpa jelaspun aku tau dia sedang bergurau dengan ceria. tanpa mendengarpun aku tau dia memiliki suara yang indah. tanpa melihat dengan jelaspun aku tau dia menawan.

tak lama setetes air menitik hidungku. oh hujan rupanya. dia akan segera masuk. aku lalu segara masuk juga. aku membuka tirai jendela sedikit. dia melihat ke arah flatku sebentar. mungkin hanya melihat sekeliling seperti biasa.

hujan kali ini aneh. tiba-tiba langit kembali terang. ada apa ini. aku kembali keluar dan menatap langit. hujan benar-benar berhenti. aku beranjak lagi berniat masuk kamar. namun reflekku sudah terbiasa melihat ke sekeliling balkon.

dan disana dia menatapku. dia tersenyum?

salahkan mata rabunku tanpa kaca. aku tak dapat melihatnya dengan jelas. dahiku berkerut mataku menyipit. aku memaksakan indra penglihatanku untuk bekerja lebih. dia tertawa?

aku tak yakin.

"HEI KAU!!"

aku segera masuk ke dalam tanpa pikir panjang.

"KAU LEE SEOKMIN KAN?!"

dia masih melanjutkan kata-katanya, dan apa tadi? bagaimana dia tau namaku? aku saja tak tau namanya.

tunggu dulu, bukankah kita pernah berkenalan?

sebulan yang lalu..

ah benar. tapi aku lupa namanya. yang kuingat hanya manisnya. bagaimana bisa.

aku membuka sedikit tirai jendela ku. dia sudah menghilang. syukurlah.

setelah beberapa jam aku masih bermalasan sambil menonton tv random. tak tau ingin berbuat apa.

tok tok tok.

tamu? ibuku tak mengabari jika akan datang. makanan? aku bahkan tak pesan makanan apapun. mungkin kamar sebelah ingin minta bantuan? aku juga tak tau. aku hanya mengangkat bahu dan menuju pintu flatku.

aku membuka pintu langsung tanpa mengecek siapa yang ada di depan pintu. aku tidak punya feeling apapun. jadi kupikir tidak masalah.

cklek.

tiba-tiba terdengar suara ceria dan menggemaskan dari orang itu.

"hai seokmin-ssi!"

ia melambaikan tangan di depan wajahku dengan senyum manisnya. ah, apa ini mimpi?

seoksoon short stories sssTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang