fo⁴ur

2.4K 395 15
                                    

Jeno memperhatikan beberapa hari ini sahabatnya itu sedikit berbeda. Maksudnya dalam hal berpakaian, sikapnya sih masih sama saja. Masih sama-sama garang, galak, dan mengerikan.

"Kau kenapa jadi suka memakai jam tangan?" tanya Jeno seraya menatap pergelangan tangan Haechan.

"HAH!?" pekik Haechan tanpa sadar lalu ia segera menutup mulutnya cepat. "Ti-tidak apa-apa, aku hanya ingin memakainya, itu saja."

Jeno mengernyitkan keningnya. Haechan ini tampaknya sedang meragukan pengalaman berteman mereka selama ini.

"Chan, aku tahu jelas kau bukan seorang manusia yang akan memakai barang semacam jam tangan dengan alasan seperti itu. Apalagi kalau diingat-ingat kau sendiri yang berkata padaku kalau kau membenci memakai jam tangan atau gelang karena itu terasa seperti tanganmu tercekik sesuatu. Sekarang coba jelaskan padaku apa maksud semua ini?"

Ucapan panjang lebar dari Jeno sanggup membuat Haechan mati kutu. Ia tidak tahu harus berbuat apa, ia sudah tertangkap basah berbohong pada Jeno.

"Oke, oke, kalau begitu aku lepas saja jam tangannya!" ujar Haechan seraya melepaskan jam tangan yang menghiasi pergelangan tangan kirinya. "Bagaimana? Kau puas?" tanya Haechan dengan sedikit kesal.

"Tidak,"

"Apalagi?!"

"Aku tidak melarangmu menggunakan jam tangan, aku hanya ingin tahu alasan kau menggunakan barang yang kau benci itu."

"Kau tahu, Jen," ucap Haechan pelan. "Kadang ada sesuatu yang harus kau sembunyikan agar dunia yang selama ini sudah kau bangun dengan indah tidak jatuh semudah itu."

Seusai mengucapkan kata-kata penuh makna itu Haechan beranjak dari tempat duduknya dan bermaksud melarikan diri dari Jeno dan sekitarnya. Satu-satunya tempat yang ia pikirkan adalah perpustakaan, entah juga ada alasan apa.

Jeno yang ditinggalkan oleh Haechan dengan kata-kata yang sulit dipahami hanya bisa diam dan tidak berniat mengejar anak itu. Biarkan saja, ia juga sudah tidak begitu peduli dengan alasan Haechan yang berbelit-belit.

Sementara itu Mark, lelaki yang merasa tempat teraman untuknya adalah perpustakaan sedikit terkejut melihat seorang lelaki mungil duduk di pojok perpustakaan dengan kaki terlipat. Kenapa juga anak itu tidak duduk di kursi layaknya pengunjung perpustakaan lainnya?

"Hei, bodoh," celetuk Mark sambil memukulkan buku tebalnya ke arah jidat Haechan.

"YA!" kesal Haechan yang tanpa sadar mengeluarkan suara kerasnya. "Apa yang kau lakukan!?" desis Haechan dengan marah.

"Hanya ingin menengok kaum duafa mana yang duduk dengan menyedihkannya di pojok perpustakaan," ejek Mark.

"Kau mengataiku seperti itu tapi itu sebenarnya panggilan dari hatimu, 'kan?" goda Haechan dengan tatapan merendahkan.

Mark tertawa kecil. Lucu. Bagaimana bisa lelaki di bawahnya itu berpikir sampai ke arah sana? Sebuah pola pikir baru yang bahkan tidak pernah ia bayangkan.

"Aku? Ingin menemuimu? Dan itu adalah panggilan hatiku? Teruslah bermimpi, bodoh," ejek Mark sembari memukulkan buku tadi ke arah jidat Haechan lagi.

Awalnya Haechan tidak begitu kesal dengan pukulan buku dari Mark, tapi kalau disulut terus seperti ini bagaimana bisa Haechan tidak kesal? Tolong kalian ingat, Haechan adalah seorang atlit karate. Oleh karena itu, kalian pasti tahu tubuh Haechan itu lentur. Sangat.

Bugh

Satu tendangan dari Haechan ke arah bagian belakang Mark sanggup membuat wajah Mark memerah. Namun, karena rasa sakit itu Mark tanpa sadar menjatuhkan buku-bukunya di atas kepala Haechan.

Youniverse ㅡ [ markhyuck ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang