Selamat membaca.
_____Semilir air yang masih mengguyur tanah tanpa henti,awan yang gelap menandakan hujan ingin berlama lama menyentuh bumi yang hanya diam membisu.
Saliqa menggerutu kesal menunggu di peneduhan di stasiun kereta membuat banyaknya orang yang kian meneduh sampai lengah besar kini telah terhimpit, menutup tangan yang telah iya ukir dengan tanda salib takut terkena basahnya hujan atau orang yang baru menepi menyenggolnya.
Manik matanya menangkap seorang lelaki memakai jaket coklat tua berlari di derasnya hujan,menghampiri seorang nenek nenek yang hanya sendiri di peneduhan ujung yang terlihat agak kumuh.
Saliqa tersenyum lalu menyewa payung kepada anak kecil yang sedang menjilat permen lolipop pembelian di jalan raya walau di katakan bohong,karna hujan yang sangat deras .
menghampiri lelaki itu dan sang nenek yang sepertinya sedang beradu argument."Hallo"sapa saliqa dengan nada akrab,lelaki itu menoleh pada saliqa dan tersenyum,manik coklatnya menatap sang nenek yang seperti sedang menggigil,angin yang menerpa kulit dengan hawa hujan membuat siapapun ingin menghangatkan tubuhnya.
"Aku membawa jaket dua,tadinya satu ingin ku beri untuk keponakanku. Namun sepertinya nenek kamu lebih membutuhkanya"saliqa mengeluarkan satu jaket tebal berwarna coklat yang baru iya beli dengan bulu tedapat di bagian atas,lalu memakaikan kepada nenek tersebut.
"Terima kasih,nak. Semoga Allah membalas ke baikanmu"ucap nenek tua tersebut,saliqa tersenyum.
Tak lama ada mobil hitam mewah berhenti di hadapan mereka.
Keluarlah lelaki tegar dengan pakaian hitam membawa payung dan memayungi nenek tersebut lalu masuk kedalam mobil,setelah nenek tersebut mengucapkan berbagai ucapan terima kasih."Kamu tidak ikut pulang?"tanya saliqa.
"Atau kau ingin menungguku sampai hujan reda?sungguh aku melakukanya dengan ikhlas. Sekarang teleponlah nenek mu agar memutar balik arah mobil"Lelaki itu malah terkekeh,memandang wajah wanita asing yang juga ikut andil menolong nenek tua tersebut.
Muka cemas yang bercampur gelisah,sangat lucu."Beliau,bukan neneku"kalimat itu keluar dari mulut lelaki tersebut lalu iya duduk,saliqa menautkan alisnya lalu ikut merebahkan bokongnya di samping lelaki itu.
"Lalu?mengapa kamu menolong nenek itu?sampai badan mu basah kuyup.tidak mungkin jika tidak kenal"lelaki itu hanya tersenyum.
"Menolong adalah kewajiban,aku juga ingin bertanya mengapa kamu juga menolong beliau?karna ada aku?"saliqa mendesis sebal,menendang kaki lelaki itu lalu dia meringis kesakitan.
"Aku saliqa"mengalihkan sedikit topik agar menghindari pertanyaan yang dirinya juga tidak tau jawaban pertanyaannya.
Mengulurkan tangan dengan sedikit cengiran,lelaki itu tersenyum tampan lalu menangkup tanganya di depan dada."Saya fattah"walau dengan senyuman ramah,saliqa menyadari jika lelaki itu menolak uluran lenganya.
Namun hal ini berhasil membuat hatinya berdesir,ketika fattah menatap hujan yang kian tak reda.
Saliqa memilih menatap wajah fattah,tidak terlalu tampan namun mempunyai daya tarik sendiri.
Senyumnya terbit menekan tanda salib di lenganya dan meminta pada tuhan untuk suatu hari di pertemukan.Tak ada yang mengangkat suara sampai benar benar hujan reda,saliqa menggerutu pada hujan jika awalnya iya ingin tuhan memberhentikan hujanya namun kali ini saliqa meminta untuk hujan tetap menemui bumi.
Fattah berdiri,saliqa membulatkan matanya dan ikut berdiri.
"Ingin kemana?"tanya saliqa bodoh.
"Untuk pulang,hujan telah reda"fattah tetap menjawab dengan santai,saliqa menggigit bibirnya rasa itu kian mendebar.
"Hati hati"sekian beberapa menit kata itu yang saliqa ucapkan,fattah tersenyum lalu meronggoh sesuatu di dalam tasnya mendekat ke arah saliqa.
Membentangkan kain yang lumayan panjang di kepala saliqa,jilbab pasmina berwarwa abu abu lalu tersenyum.
"Saya pamit,assalamualaikum"ucapan terakhir yang fattah ucapkan. saliqa diam tidak tau harus menjawab kata asing yang fattah ucapkan walau iya banyak teman yang berbeda keyakinan namun setiap kalimat yang fattah ucapkan berbeda,saliqa berharap agar fattah menoleh padanya dan setidaknya memberikan senyuman namun sampai tubuh fattah tertelan tikungan fattah tak menoleh.
Saliqa tersenyum,mengeratkan kain yang tadi di bentangkan oleh fattah hatinya seakan keluar.
"Aku yakin Bunda maria akan mempertemukan kita kembali"ucap saliqa sambil terus mencium salib yang iya gambar di tanganya dan berjalan masih memakai jilbab pemberian fattah.
Hallo?
Aku bawa cerita baru,cerita keduaku yang berbaur islamic setelah zahra.Coment dan vote :)
1 feb 2020~menduka tanpa cita~
Kim🍁
KAMU SEDANG MEMBACA
Mualaf Untukmu (On Going)
Teen FictionMENGURAS AIR MATA!!.🚫 Rank#1mualaf (12-12-19) ___________ Perjalanan cinta islamic yang menguras air mata. Saliqa perempuan cantik keturunan yunani yang menganut agama kristen katolik yang mamahnya turunkan sangat kental padanya. Pertemuan pertaman...