Tangis Adeeva kembali pecah di pelukan Raina, Adeeva benar-benar tak menyangka bahwa hal ini kembali terulang untuk kedua kali dalam hidupnya.
Mata Deeva memerah, tubuhnya lemas tak berdaya. Tangannya dingin, sampai-sampai Adeeva tak tau harus bagaimana dan apa yang harus ia lakukan. Ia hanya bisa menangis, meringis, meratapi apa yang telah terjadi. Ia harus kuat dalam menjalani ujian yang di berikan Allah pada dirinya. Ia harus mengikhlaskan seseorang yang sangat ia cintai kembali kepada penciptanya.
"Sabar Deev, semua ini udah ketetapan Allah. Deeva kuat, Deeva bisa jalani ini semua."
"Hiks-hiks, tapi kenapa Allah gak adil sama aku Ra? Kenapa Allah mengambil orang-orang yang sangat aku sayangi? Kenapa Ra? Kenapa?!"
Tangis Adeeva semakin menjadi-jadi. Bahu Raina semakin basah. Raina tak tau apa yang harus ia lakukan selain memeluk tubuh sahabatnya.
"Deev, dengerin aku. Di dunia ini, gak ada yang abadi. Semua milik Allah akan kembali kepada Allah. Semua yang hidup akan mati. Semua yang ada akan sirna. Kamu gak boleh nyalahin Allah Deev, mau bagaimanapun juga, Allah punya rencana tersembunyi di balik semuanya. Kamu gak boleh kaya gini, gak boleh Deev,"
"Tapi kenapa Ra? Yang pertama Abang, dan sekarang Ayah. Kenapa!!!"
Raina tertunduk lemas, menitihkan air mata.
"Aku tau kamu sedih Deev, aku tau apa yang kamu rasain saat ini. Aku juga ngerasain apa yang kamu rasain, kamu sahabat aku. Insyaallah sahabat jannah ku. Aamiin." ucap Raina.
Perkataan Raina sangat menampar hati Adeeva. Ia semakin menangis karena mendengar ucapan sahabatnya. Deeva tersenyum. Ia bangga memiliki sahabat seperti Raina, yang selalu ada di saat ia terluka juga selalu ada di saat ia bahagia.
Sambil melihat nisan yang tertulis nama ayahnya, Adeeva sadar kalau yang ia lakukan saat ini bukanlah hal yang tepat. Ia harus terus berjalan demi bunda dan masa depannya.
"Kamu benar Rai, aku cuma bisa berdo'a, semoga ayah bahagia disana"
"Aamiin. Semangat Deev, kamu bisa! Aku yakin kalau kamu bisa lewatin ini semua. Semangat Adeeva!"
"Makasih yaa Raina, kamu sahabat terbaik yang aku punya."
"Iya, uuu sayanggggg" Raina mencubit pipi kanan Adeeva
Sepasang sahabat itu menangis haru dan saling memeluk satu sama lain di depan gundukan tanah yang di penuhi bunga, dengan nisan yang bertuliskan nama ayah Adeeva.
"Ayah, yang tenang disana ya. Baik-baik disana, Deeva berdo'a semoga ayah berada disisi-Nya. Insyaallah Deeva akan penuhi amanah yang ayah berikan. Deeva akan jaga bunda, dan Deeva akan menjadi wanita seperti yang ayah harapkan."
Raina semakin terharu dan menghapus air matanya. Ia tidak menyangka kalau dibalik peristiwa ini ada juga hikmahnya. Deeva menjadi seorang wanita yang memiliki tekad kuat menghafal ayat Al-Qur'an.
Raina memeluk punggung Deeva yang memakai baju putih.
"Semangat terus Deev, ada aku. Sahabat kamu yang akan selalu ada buat kamu."
Adeeva membalas pelukan Raina, dan mereka berpelukan bersama.
"Iya Raina, terimakasih. Terima kasih telah menjadi sahabatku, aku bersyukur punya kamu."
"Aaaaaaaaa" Raina kembali memeluk Adeeva dengan senyuman dan perasaan haru.
"Hehe, pulang dulu yuk ke rumah aku." ajak Deeva pada Raina
"Yuk!"
Sepasang sahabat itu berjalan saling bergandengan. Deeva merangkul Raina, dan Raina merangkul Deeva.
***
"Assalamualaikum Bunda, Deeva pulang." Ucap Deeva pada bunda nya.
"Bunda, bunda dimana? Aku bawa Raina nih."
"Tadi aku udah ke makam ayah sama Raina"
Raina mengerutkan dahinya. Ia merasa heran, mengapa bundanya Deeva tidak menjawab salam nya?
"Tante kemana Deev?"
"Gak tau nih," jawab Adeeva.
Deeva dan Raina mencarinya ke sudut ruangan., dan hanya satu ruangan yang belum mereka lihat, yaitu kamar mandi atas.
"Yaallah bunda, bunda kenapa? Bunda, bangunn!!!"
"RAINAA KAMAR MANDI ATAS!" Teriak Deeva agar Raina mendengarnya.
"Astagfirullahhaladzim, tante bangun!!"
"Bunda kamu kenapa deev?"
"Gatau Rai,"
***
"Emmm" bunda Deeva membuka matanya. Raina tersadar dari lamunan, dan melihat ke arah bunda nya yang baru terbangun dari pingsan nya. Emmm" bunda Deeva membuka matanya. Raina tersadar dari lamunan, dan melihat ke arah bunda nya yang baru terbangun dari pingsan nya.
"Tante, tante gapapa?" Ucap Raina
"Eh Raina, tante gapapa"
"Tante tadi pingsan di kamar mandi"
Adeeva datang membawa segelas air putih. Ia menyuguhkan air putih nya untuk bunda nya.
"Bun, diminum dulu" ucap Deeva
"Makasih ya"
"Bunda kenapa, bunda sakit?" Tanya Adeeva dengan nada khawatir
"Bunda gapapa, cuma pusing sedikit"
"Bunda kepikiran ayah?"
Bunda nya terdiam.
"Bun,.." ucap Adeeva
"Udah tante, jangan di pikirin terus, nanti tante bisa sakit kalau kaya gini"
"Iya,"
"Kalau gitu, Raina keluar dulu sebentar ya ada telpon dari ummi"
***
"Assalamualaikum ummi"
"Waalaikumsalam. Raina, bisa pulang sekarang?"
"Iya mi, Raina pamit dulu ya ke Adeeva sama bundanya."
"Iya cepat ya! Ummi mau ngajak kamu ke suatu tempat langganan ummi."
"Iya mi, assalamualaikum"
"Wa'alaikumussalam warahmatullah"
Raina mematikan ponselnya dan memasukannya kembali ke dalam saku gamisnya.
"Tante, Deeva, Raina pulang dulu ya. Ummi telpon tadi"
"Oh iya hati-hati ya Raina," ucap mereka bersamaan
"Iya Deev, tante."
Raina mencium punggung tangan bunda Deeva, dan Raina memeluk Deeva
"Syukran laka'alaa waqt Raina."
"Alarrahbi wassa'ati" ucap Raina memberikan senyumannya pada Deeva
"Kalau gitu, Raina pulang dulu ya tante, Deeva, assalamualaikum."
"Wa'alaikumsalam"
KAMU SEDANG MEMBACA
SISTERLILLAH
Teen FictionKita akan terus bisa bersama jika bisa saling memafkan walau pernah tersakiti bisa memahami walau kadang tak sehati saling berbagi dengan ikhlas saling menjaga kehormatan masing masing saling peduli untuk selalu mengingatkan persahabatan itu mahal k...