[13]

7.3K 558 42
                                        

Jackson

Aku menenggak birku dan menutup mata selama beberapa detik.  Angin meniup rambut dari wajahku dan membuatku agak sedikit tenang.  Namjoon, Jaebum dan Yugyeom duduk di sebelahku di bangku sebelah kolam renang sekolah. 

Aku masih tidak percaya apa yang dikatakan Mark kepadaku sebelumnya.  Dia hamil dan aku harus menjadi ayah.  Tidak, sama sekali tidak.  Aku pasti bukan ayah dari bayi ini.  Ini tidak mungkin.  Seolah aku hanya akan mempercayainya. 

Ok, kami memang melakukan hubungan seks tanpa pengaman, aku mengakuinya, tetapi bukan berarti hal itu menjadikanku ayah dari anak ini.  Siapa yang tahu dengan siapa Mark sudah berhubungan seks?  Tidak mungkin hanya aku satu-satunya. 

Aku tahu bahwa aku telah menawarkan uang kepada nya jika dia menginginkannya, tetapi tentu saja aku tidak cukup bodoh untuk memberinya uang sebelum kami melakukan tes paternitas.  Jika hasilnya tidak, dia juga tidak akan mendapatkan sepeserpun. 

"Jadi, apa yang akan kau lakukan? Kau tahu bahwa Mark membutuhkan dukunganmu."  Namjoon berkata dan aku tertawa tanpa humor.  "Dia hanya butuh pukulan di pantatnya."  Aku bergumam dan namjoon memukul lenganku. 

Persahabatan ku dengan Namjoon telah berubah sejak aku tahu bahwa dia telah mengetahui tentang kehamilan Mark sebelum aku yang mengetahuinya.  Dia mengatakan ingin memberi Mark kesempatan untuk melakukannya sendiri, tetapi aku masih merasa agak dikhianati. 

"Jackson, tolong. Kau tidak boleh menendang pria hamil."  Jaebum berkata dengan nada seperti seorang ayah yg menasehati anaknya . "Seolah aku peduli. Dia pantas mendapatkan lebih dari sekadar tendangan di pantatnya." Aku menyilangkan tanganku dan mendapat pukulan lagi dari Namjoon. 

"Apakah kau tidak ingin melindungi anakmu?"  Yugyeom bertanya sedikit polos dan aku menghela nafas.  "Tidak ada yang bisa membuktikan bahwa itu milikku. Dan bahkan jika itu milikku, aku tidak akan pernah melindunginya."  Aku minum seteguk bir lagi. 

Yugyeom hanya mengangguk, mungkin tidak mengerti perilakuku.  Jaebum hanya menggelengkan kepalanya dan Namjoon terlihat seperti akan menamparku.  Mengapa dia begitu marah setiap kali aku berbicara buruk tentang Mark atau bayinya? 

Sempat terpikir oleh ku bahwa mereka berkencan tapi itu sebenarnya tidak mungkin.  Namjoon sudah menjalin hubungan selama hampir lima tahun sekarang dan Jin merupakan segalanya baginya dan dia tidak akan pernah menyakitinya. 

"Bagaimana kau bisa begitu tak berperasaan?"  Sahabatku bertanya dan aku memandangnya.  "Apa masalahmu?Kau tidak pernah berurusan dengan Mark jadi mengapa kau begitu peduli padanya dan anak ini?" Aku bertanya balik dengan marah. 

Jaebum meletakkan tangannya di pundakku untuk menahanku.  "Tidak masalah mengapa aku peduli. Tapi aku peduli. Mark bukan orang jahat dan setiap bayi pantas dilindungi, jika dilahirkan atau tidak. Dan karena kau tidak akan melakukan apa-apa, aku yang akan melakukannya." Dia menghela nafas. 

Perlahan-lahan aku merasa ada banyak orang di belakang Mark yang melindunginya.  Seolah-olah namjoon hanya melakukan itu karena dia merasa bertanggung jawab sebagai sahabat dan aku benar-benar tidak peduli tentang anak ini. 

"Kau harus benar-benar berhenti bersikap begitu kejam pada Mark. Tidak masalah apakah itu anakmu atau bukan.  Menggertak seseoranh yang sedang hamil itu tidak bermoral.  Dia seharusnya tidak terlalu stres.  Dan aku tahu kau tahu itu." JB menatapku benar-benar serius.

Tentu saja, teman-temanku tahu bahwa aku tidak akan benar-benar memukul si kutu buku karena dia mengandung seorang anak. Aku melakukan banyak hal bodoh dan bahkan sangat mengerikan, tetapi  aku tidak akan pernah melakukan hal seperti itu. Itu akan mengganggu image ku.

Tetapi hanya karena aku tidak akan menyentuhnya, bukan berarti bahwa aku akan memperlakukan dia lebih baik daripada sebelumnya. Tidak ada yang berubah di antara kami. Dan aku juga  tidak ingin ada yang curiga bahwa sesuatu telah terjadi di antara kami.

"Youngjae memberitahuku bahwa Mark tidak akan merahasiakan kehamilannya." Jaebum tiba-tiba berkata dan aku mengangkat alisku. Apakah dia benar-benar tidak akan menyembunyikan kehamilannya?  Bukankah dia peduli dengan apa yang orang akan katakan ?

"Kenapa aku harus peduli? Itu hidupnya . Dan tidak ada yang bisa membuktikan itu milikku."  Kataku dengan nada santai.  "Yah, kita tahu."  Yugyeom berkata.  "Jangan bilang siapa-siapa, terutama ke BamBam atau aku akan membunuhmu."  Aku memandangnya.

Yugyeom dengan cepat mengangguk dan melihat ke botolnya.  "Jika kau benar-benar bukan ayahnya, lalu siapa lagi?"  Yugyeom bertanya kepadaku.  Aku hanya mengangkat bahu.  "Aku tidak tahu. Mungkin lelaki bernama Jinyoung ini."  Aku bergumam. 

Sebenarnya aku tidak benar-benar berpikir bahwa aku bukan ayah dari bayi itu.  Itu mungkin, tetapi aku tidak ingin mempercayainya hanya karena dia mengatakannya.  Mungkin dia mengira aku akan berhenti menggertaknya jika dia memberitahuku bahwa aku adalah ayahnya. 

Jujur, aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan.  Pikiranku berantakan dan meskipun aku telah mengatakan beberapa hal buruk malam ini, aku tidak bermaksud demikian. Untuk sekarang, aku hanya akan bertindak seperti tidak terjadi apa-apa.

-

Guyss, I'm Backkk!!!
I'm really sorryy for being such a teribble author. For not updating like almost 2 month :(

Good news!!!
Karena adanya lockdown di negata tercinta kita ini, aku kyknya bakalan update rutin lagi setiap sabtu.

Enjoy the story guys!!!
Komen sama votenya jgn lupa!! [Udah jarang update nuntut lagi. Dasar author gk tau diri :")]

POSITIF?! | MARKSON  | TerjemahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang