Update lagi 🙂🙂🙂
Kalau udah baca jangan lupa tinggalkan jejak 🙏🙏🙏🙏🙏
Yuk langsung baca aja🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒
Ini sudah 1 minggu sejak kepergian kak Mira, aku hanya mengurung diri di kamar. Hubungan ku dengan Mas Shaka kembali dingin, bukan karena Mas Shaka tapi karena aku yang menghindarinya.
Aku tidak siap dengan kondisi ku yang sekarang, aku tetap merasa berdosa dengan kak Mira. Aku mengusap perutku yang masih rata, kembali menangis ketika teringat di dalam sana ada nyawa baru yang akan berbagi apapun denganku selama 8 bulan kedepan.
Aku positif hamil, aku mengetahuinya ketika aku pingsan saat pemakaman kak Mira seminggu lalu. Waktu aku sadar yang ku lihat adalah wajah khawatir Mas Shaka. Dokter mengatakan kalau usia kehamilan ku sudah 4 minggu. Sejak saat itu aku menghindari Mas Shaka, aku mogok bicara dengannya.
Mas Shaka terpaksa menuruti keinginanku untuk tidak mendekatiku karena dia takut aku strees dan berdampak buruk pada kandunganku. Walaupun aku tahu setiap malam ketika aku terlelap dia datang ke kamarku untuk sekedar mengelus dan mencium perutku yang masih rata.
Aku sebenarnya merindukannya, aku akui aku mulai jatuh hati padanya. Ternyata selama dekat dengannya, dia tidak seperti yang aku kira selama ini. Tapi lagi-lagi rasa bersalahku pada kakak mengalahkan segalanya.
Tiba-tiba mama Rima menemuiku di kamar, beliau adalah mamanya Mas Shaka. Aku langsung bangun dari berbaring ku.
" Gak usah bangun Vi,"
"gak apa-apa ma, lagi pula Vina juga capek harus istirahat terus,"beliau tersenyum tulus.
"Gimana kabar cucu oma hari ini, rewel nggak?"beliau bertanya sambil mengusap perutku.
"Gak rewel ma, cuma kadang mual kalau pagi tapi gak sampai muntah."
"Iya soalnya morning sickness nya udah diwakili sama suami kamu," katanya sambil terkekeh. Aku mengerutkan kening. "Memang bisa gitu ya ma?"
"Bisa dong sayang, udah biarin aja si Shaka yang ngerasain gak enaknya. Yang penting cucu oma sehat."masih dengan senyum diwajahnya beliau melanjutkan kalimatnya "kamu masih marah sama Shaka Vi?"aku diam tidak menjawab kalimat beliau.
"Sebelum meninggal Mira titip ini sama mama", beliau mengulurkan sebuah surat padaku.
"Mira meminta mama memberikannya padamu ketika kamu sudah tenang. Mungkin setelah membaca ini kamu bisa memaafkan Shaka Vi". Aku diam karena bingung mau berkata apa.🍒🍒🍒🍒🍒🍒
Setelah mama keluar kamar aku memutuskan untuk membaca surat itu. Ini masih jam 10 pagi jadi tidak akan ada yang mengganggu. Karena semenjak aku hamil Mas Shaka jadi over protective, setiap jam makan akan ada pelayan yang masuk dan memastikan aku menghabiskan seluruh makananku.
Aku hanya bisa menangis sesegukkan setelah membaca surat dari kak Mira. Ya Tuhan kebenaran apa ini? , aku merasa berdosa telah menumpahkan segala kesalahan terhadap Mas Shaka.
Tanpa pikir panjang aku langsung menelponnya, di dering pertama panggilan itu langsung diangkat.
"Assalamu'alaikum Vi,"jawabnya tenang."Mas..."aku masih menangis sesegukan.
"Vi kamu kenapa?" tanyanya dengan nada khawatir.
"Mas Shaka bisa pulang sekarang?" Tanya ku dengan terbata.
"Oke, setengah jam lagi aku sampek rumah..," panggilan itu langsung diputus sepihak oleh Mas Shaka.
🍒🍒🍒🍒🍒🍒
Dalam waktu setengah jam Mas Shaka benar-benar sampai dirumah. Ketika dia membuka pintu dengan wajah panik, aku langsung berjalan cepat menuju kearahnya dan memeluknya erat. Aku mengatakan kata maaf berulang-ulang dalam pelukannya.
Dia membalas pelukanku sama eratnya "Ada apa hemm, kenapa menangis?" tanyanya lembut.
"Maaf karena aku nggak mau dengerin penjelasan kamu, maaf karena aku udah cuekin kamu selama seminggu. Dan maaf karena aku baru tahu kalau ternyata kamu mencintaiku" Tubuhnya mendadak kaku, aku meregangkan pelukan kami dan mendongak untuk melihat wajahnya.
Aku tahu Mas Shaka kaget, aku tersenyum memandangnya. "Aku tahu dari kak Almira, dia menulis surat sebelum meninggal dan dititipkan untuk mama".
Aku memperhatikan Mas Shaka, badannya memang agak kurus ini pasti karena dia sering muntah. "Apa anak kita buat Mas repot?"dia mengerutkan kening bingung, aku mengelus kerutan di dahinya.
"Badan Mas jadi menyusut, ini pasti karena pola makan Mas yang nggak teratur dan muntah-muntah tiap hari kan? Maaf aku gak bisa jadi isteri yang baik buat kamu Mas, kamu setiap hari selalu mastiin kebutuhan aku, tapi aku....."kata-kataku terputus ketika dia mencium ku. Aku mengalungkan tangan ku di lehernya dan membalas lumatannya.
Ciumannya sangat lembut, dia seperti ingin menumpahkan kerinduannya lewat ciuman itu.
Aku melepaskan bibirnya karena kehabisan oksigen, Mas Shaka menyatukan dahinya dengan ku.
"Jadi tuan Arshaka Pandu Mahawira sejak kapan anda mulai mencintaiku?"tanyaku lirih didepan bibirnya. Bukannya menjawab dia malah kembali mencium ku.
Aku melepaskan tautan bibir kami dengan terpaksa, karena sejujurnya aku sangat merindukannya. "Jawab dulu..."
"Apa kalau aku menjawabnya malam ini aku boleh mengunjungi anakku?" tanya nya dengan seringai jahil. Aku memukul bahunya pelan.
"Ih., kata dokter Mas harus puasa dulu" iya karena kondisi ku yang lemah, kami dianjurkan tidak melakukan berhubungan suami istri dulu.
"Kalau begitu pengakuannya harus dipending dulu sayang,...."jawabnya sambil tertawa pelan.
"Ih Mas nyebelin..."aku cemberut, bukannya bingung mas Shaka malah tertawa semakin keras. Aku yang melihatnya jadi ikut tersenyum.
TBC
Penasaran apa isi surat Almira? Tunggu bab depan sekaligus bab terakhir
Enjooy
KAMU SEDANG MEMBACA
SECOND WIFE (END)
ContoBudayakan follow dulu ya pembaca sayang, agar kita saling mengenal dan tahu kalau aku update 🙂🙏🙂 Kalau sudah baca jangan lupa tinggalkan jejak, biar si penulis amatir ini tambah semangat 🤭#ngareep 🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀 Ini cerita baru reader...