1). “semesta ini lucu ya, di saat kita sedang berproses untuk hidup, di lain sisi kita juga berproses untuk mati,” pungkas stella sebelum akhirnya menutup buku bertajuk seni dalam kematian yang akhir-akhir ini sering kulihat bersamanya.
2). “iya. bukannya itu memang tujuanmu membaca buku itu? biar lebih paham kan?”
3). stella pernah bercerita isi dari buku itu dan ceritanya begitu terpatri dalam ingatanku. tentang bagaimana awal dari kehidupan di muka bumi berawal dari kematian. yaitu saat 4,5 miliar tahun yang lalu sebuah bintang mati meledak—peristiwa yang biasa kita kenal sebagai supernova—yang kemudian menyebabkan terbentuknya sel-sel primordial yang membentuk makhluk hidup hingga saat ini. buku itu juga membahas tentang bagaimana jika kita dikubur, atom dan partikel dalam tubuh akan menjadi nutrisi bagi bakteri, larva, maupun serangga. dengan kata lain, kematian membawa bentuk kehidupan baru bagi alam semesta. dan aku sedikit banyak setuju dengan hal itu.
3). stella meremas lenganku yang dibalut sweter karena geram. “tapi tetap aja lucu! semua yang aku perjuangin kayak cita-cita aku, kebahagian mama, dan kita, pada akhirnya bakal nggak ada artinya di suatu masa.” kedua bola matanya bertumpu pada milikku dengan sorot sendu. “everything will changes and i'm not ready for it.”
4). begitu pun aku, gadisku. aku tak siap jika suatu saat, waktu merenggutmu dariku. membuatku mati perlahan karena terjebak dalam lubang kenestapaan. aku tak pernah takut kematian, tapi di lain sisi jika nanti aku tak berada di sisimu; adalah skenario bunuh diri paling sadis yang tak akan sudi kubiarkan bertandang ke kepala.
5). cakrawala berubah jingga kemerahan saat baskara izin menarik diri dari langit. disusul angin mendesau ramah menerbangkan beberapa anak rambut seakan senang dengan topik kematian yang tengah kami lakonkan. aku mengulas senyum mafhum. semesta memang senang berkonspirasi.
5). kuputuskan merangkul stella sore itu, membawanya lebih dekat agar dia bisa merasai hangat tubuhku, bahwa aku masih di sini menikmati tiap detik yang lenyap seraya kami meniti langkah menuju rumah.
6). “setiap kali aku ngelihat jam, aku takut, lo ... aku merasa bukan waktu yang sedang berjalan ke depan tetapi sebenarnya akhir kehidupan yang sedang berjalan menghampiri.”
7). kedua tungkaiku berhenti sejenak diikuti oleh stella. “sst! jangan khawatir berlebihan, kita punya selamanya,” tuturku seraya menariknya ke dalam dekapan, mencoba membuatnya percaya bahwa dia aman bersamaku dan segalanya akan baik-baik saja.
8). ha. aku sendiri tak percaya dengan apa yang baru kukatakan. selamanya? apa itu selamanya? satu kata penuh ambiguitas dan absurditas. berani sekali aku berikrar akan sesuatu yang tidak pasti. bagus jika ternyata selamanya lebih lama dari masa hidup kura-kura, bagaimana jika ternyata selamanya hanya sesingkat iklan di reklame pinggir jalan?
9). aku tersentak kala stella tiba-tiba mempererat pelukan kami, lalu berucap, “stella sayang banget sama milo.”
10). kalimatnya mengalun ringan dan sederhana, tapi tak kusangka efeknya akan sekrusial itu dalam hidupku.
[006]
[🎤] finished recorded !
save or not?
✧༝┉┉┉┉┉˚*❋ ❋*˚┉┉┉┉┉༝✧a/n : selamat hari sabtu dan satu hari setelah valentine, ehe! ♡ oh iya gais, you may or not may realize that i got a new covers !!
so, shout out to you ka anya alias letupterai 💖 kalean mesti bgt cek cs nya woi karena sebagus itu huhu T T vibes winwin di cover beneran mirip sama milo yang pemikir dan kalem-kalem gimana gitu jadi ak suka bengat xixi
ok, enough for the rambling, hope you guys enjoy this part! <3
sincerely, olin.
✧༝┉┉┉┉┉˚*❋ ❋*˚┉┉┉┉┉༝✧
KAMU SEDANG MEMBACA
ASMR.
Fanfictionft. winwin, yiren ❝ konstelasi di irisnya, musim semi di pipinya, dan suguhan rekaman berisi tentang dirinya. oh, kama! asmara masa remaja dimulai dari titik ini. ❞ alternate universe ©2020 by gradasi- cover by the talented @noaireu