sesuatu

501 83 11
                                    

Hubungan antara Joy dan Sehun masih berjalan dengan baik. Seperti halnya pasangan lain, sering pergi berdua, antar-jemput meski tiba di dekat kantor, Joy harus turun jauh dari gerbang kantornya demi keberlangsungan hidupnya dan masih banyak lagi. Bahkan, Sehun ini sudah memberi hadiah untuk keluarga Joy dan sesekali memberi uang. Hal tersebut membuat ibunda Joy merasa tak enak hati. Mengingatkan Joy, agar bisa memberi penjelasan kepada Sehun mengenai ini. Sehun bukan anak ataupun menantunya, apalagi keluarga. Tentu ini bukan hal wajar menerima uang dari tangan Sehun. Joy sudah memberi penjelasan. Awalnya, Sehun tidak peduli. Namun, karena Joy bilang ini pesan sang ibu, Sehun akhirnya mengiyakan untuk berhenti memberi hadiah atau uang dalam jangka waktu yang terbilang sering.

Hubungan mereka memang belum genap setahun, tapi hampir. Cukup lama, bukan? Meskipun begitu, mereka tetap saling menyembunyikan perihal status masing-masing. Belum ada yang mengetahui hubungan mereka, sekalipun itu sahabat dari mereka.

Joy belum siap, jujur saja. Sedangkan Sehun, ia tentu saja tidak ingin membuat Joy susah sendiri nanti. Ia sudah memikirkan ini semua dengan matang.

"Joy" panggil Sehun, yang dipanggil hanya menoleh. "Nanti malam, ada waktu?" tanya Sehun.

"Enggak, tuh" jawab Joy langsung.

"Ada apa?" tanya Sehun lagi.

"Aku harus nemenin ibu" jawab Joy menjelaskan. "Ibu dan adikku bisa kesepian nanti" lanjutnya.

Sehun mengangguk paham. "Kalau aku main ke rumahmu, gimana?" tanya Sehun.

Joy sedikit tercengang, "eumm, kamu mau main?" tanya Joy memastikan.

Sehun mengangguk, "iya. Sekali-sekali silahturahmi dengan calon ibu mertua dan adik ipar" jawab Sehun sambil mengulum senyum. Seketika Joy menahan senyumnya dengan pipi merahnya. Rasanya panas.

"Tumben" gumam Joy.

"Mumpung aku enggak sibuk, Joy" ujar Sehun yang masih bisa mendengar ucapan Joy.

Joy senang. Sehun sebaik ini ternyata. Namun, ia tidak bisa membalasnya. Orang tua Sehun tinggal jauh dan kalaupun dekat, hadiah yang Joy bawa tentunya tidak istimewa karena harganya jauh di bawah kelas keluarga Sehun. Terkadang itu membuat Joy merasa tidak enak hati dan mendadak rendah diri.

"Ya udah kalau gitu. Aku ada meeting hari ini. Jangan lupa, siapkan materinya" ujar Sehun mengingatkan yang diangguki Joy.

Hubungan mereka memang belum terjalin lama. Namun, rasanya sudah seperti lama sekali bagi Sehun. Yang ada di pikirannya hanya kapan nikah.

*****

Yang ditunggu-tunggu pun akhirnya tiba. Sehun pulang bersama Joy. Lebih tepatnya, Sehun akan mengunjungi keluarga Joy di kediamannya. Tadi, ia sempat membeli parcel buah yang ukurannya cukup besar untuk keluarga Joy. Kekasihnya itu malah terkejut dengan hadiah yang disediakan. Namun, Sehun merasa itu bukan apa-apa. Joy lah yang jadi semakin tidak enak.

Mobil tiba di depan rumah Joy yang sederhana, masih jauh sekali di bawah jika dibandingkan dengan rumah milik Sehun.

"Biar saya aja yang bawa" ujar Joy, tapi ditolak Sehun.

"Gak usah, aku aja yang bawa, ya. Ini berat" balasnya yang membuat Joy mengangguk pasrah.

Mereka melangkah masuk menuju pekarangan rumah, sampai tiba di depan pintu. Mengundang banyak pasang mata di sekitarnya, terlebih tetangga mengamati siapa yang berkunjung dengan mobil mewah. Joy juga jadi merasa terusik dengan pandangan orang lain. Ia jadi merasa bersalah membawa Sehun ke rumahnya. Ini seperti bukan hal yang wajar. Padahal, awalnya ia berpikir jika mengenalkan kekasihnya pada keluarga adalah salah satu jalan terbaik, awal menuju keseriusan. Melihat seperti apa respon ibu dan adiknya. Namun, beda cerita kalau yang ia bawa modelannya seperti Sehun yang nyaris 98% sempurna. Tampan, mapan, keluarga kaya dan baik.

Joy mengetuk pintu lalu membukanya dan disambut dengan sang ibu yang sedang menyaksikan tayangan favorit di televisi bersama adiknya. Joy masuk, diikuti Sehun, membuat seisi rumah terkejut dan langsung merapihkan beberapa barang yang terkesan berantakan. Ibu dan adiknya Joy langsung menyambut Sehun penuh sukacita dan dengan ramah tentunya.

"Aduh, apa ini? Kok sampai dibawain beginian?" tanya ibunya Joy berbasa-basi. "Kenapa kamu yang bawa, bukan Joy saja?" lanjutnya.

Sehun tersenyum saja, sambil menjawab, "Enggak apa-apa, kok, Tan. Saya kan laki-laki. Ini saya bawakan parcel buah. Semoga suka, ya" ia letakkan parcel buah di atas meja. Sehun merapihkan jasnya sebentar.

"Ayo, sini duduk dulu!"

Sehun mengiyakan sambil duduk di atas kursi plastik. Joy meliriknya. Perasaannya tak enak. Pasti, Sehun tidak pernah duduk dengan kursi seperti ini.

"Kamu gak nyaman?" tanya Joy. Sehun mendongak, lalu menggeleng pelan sambil tersenyum. "Seriusan?" tanya Joy lagi.

"Iya, sayang"

Blush...

Rasanya panas pipinya Joy. Ia menatap ke arah lain. Sekujur tubuhnya rasanya panas dingin tak karuan.

"Maaf, Pak. Di sini hanya ada teh hangat, ya" ibunya Joy datang. Joy membantu sang ibu meletakkan secangkir teh dan sedikit cemilan.

"Kok ibu tiba-tiba siapin ini?" tanya Joy.

"Ya gak apa-apa" ujar ibunya menjawab.

Setelah membantu sang ibu, Joy ke dapur sebentar. Sehun duduk dengan perasaan gugup karena ini kali pertamanya berhadapan dengan ibunya Joy.

"Maaf kalau seadanya aja, Pak" ujar ibunya Joy.

Sehun tersenyum ramah. "Enggak, kok" balasnya.

"Sebelumnya, saya mau bilang terima kasuh sebanyak-banyaknya kepada bapak, ya. Karena anda, putri saya bisa kuliah sampai lulus dan bisa dapat pekerjaan yang bagus. Anda sudah sangat membantu kami"

"Jangan begitu, Tan. Kesannya, saya ini penyelamat kalian. Saya gak enak"

Ibunya Joy tertawa pelan. "Ya enggak, kok. Saya sebenarnya banyak hutang budi sama anda--"

"Enggak, kok! Enggak sama sekali. Saya sangat senang dan tulus menolong Joy sekeluarga. Oh ya, jangan panggil saya 'pak' atau 'bapak', ya. Saya sama tante ini udah seperti anak sendiri, loh"

"Ah, iya. Bisa aja kamu" balas ibunya Joy.

"Panggil saya Sehun aja, ya" ujar Sehun lagi.

"Iya-iya"

Joy datang dan ikutan duduk meskipun lesehan. Giliran Sehun menatapnya tak enak hati. "Eh, kok kamu duduk di situ?" tanya Sehun.

"Emang kenapa?" tanya Joy balik.

"Aku juga duduk di bawah kalo git--"

"Eh eh, gak usah. Kamu di situ aja" ujar Joy menahan. Ibunya hanya menatap keduanya bingung.

"Kalian kok gemesin, ya? Jadi mau saya jodohin, ehehehe" ujarnya. Sehun dan Joy saling melempar tatapan dan menatap sang ibu. "Ngomong-ngomong, Sehun ke sini dalam rangka apa, ya? Ada masalah kah dengan Joy?" tanya ibunya Joy.

"Eumm, itu, Bu--"

"Saya ke sini ingin bertemu keluarganya Joy" jawab Sehun.

"Ya untuk apa?" tanya ibunya Joy.

Sehun memikirkan beberpaa rangkaian kata yang pas untuk ia lontarkan.

"Untuk menjalin hubungan kekeluargaan dengan calon keluarga saya" jawab Sehun dengan suara yang menunjukkan ia mantap dengan kata-katanya. Joy rasanya ingin lenyap dari sana. Detak jantungnya tidak normal.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 05, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Me and YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang