“Dulu, ketika seluruh Eier diselimuti salju berdarah, ratusan ribu elfin gugur dalam peperangan melawan Kerajaan Vilzaier yang bersatu dengan kegelapan. Pasukan Vilzaier berhasil di lumpuhkan oleh Sang Cahaya. Lord Aglea di segel bersama Lull Api miliknya, sementara Lord Sevroz dari utara dinyatakan meninggal dunia dalam peperangan, Lull-nya tidak ditemukan. Sejak saat itu, Urvs dianggap berbahaya.”
❄-----------------❄
“Sudah berapa kali anda membacanya Nona?”
Lidahku sedikit tercekat mendengar suara lembut wanita yang baru saja meletakkan secangkir teh rosela di meja kecil sampingku. Aku hanya mengulas senyum sebagai balasan, sementara wanita tadi duduk di sofa yang bersebrangan denganku. Kuamati baik-baik perkamen yang sedari tadi teronggok di atas meja.
Kuno, usang, berdebu. Tiga kata yang cukup menggambarkan bagaimana kondisinya saat ini.
Setelah dirasa bosan, pandanganku beralih pada teh rosela dengan uap yang masih mengepul dari cangkirnya. Kusesap perlahan sembari menikmati bagaimana sensasi hangat yang mengalir di tenggorokanku. Udara dingin di luar ternyata bisa menembus rumah cabin ini padahal api unggun juga tak jauh di depan.
Mengenai perkamen tadi, aku sempat berfikir apakah Vilzaier benar-benar bersatu dengan kegelapan, aku rasa cukup masuk akal mengingat sejarah kelam kerajaan Vilzaier di tangan penguasa terdahulu. Pembantaian, bahkan penjualan manusia sebagai budak para elfin juga bukan tak mungkin di lakukan.
Jika ada yang ingin menaklukan Vilzaier, memangnya apa yang ingin dia kuasai, daratan Vilhouges juga sangat gersang dengan musim panas sepanjang masa, apalagi makhluk-makhluk mengerikan berkeliaran di sana–sini. Kudengar ada banyak Troll mengerikan yang memakan elfin, dan menjadikan manusia sebagai kudapan. Oh ayolah, hal-hal menjijikkan kini mulai berkeliaran di pikiran liarku tentang Vilhouges.
“Nona,” Wanita di ujung sana memanggilku, tatapannya terpaku pada secangkir teh rosela di genggamannya, air mukanya tak biasa semacam ada sesuatu yang sedang ia sembunyikan. Bukan, lebih tepatnya itu kekhawatiran.
“Ya Dianne?” Tanyaku balik dengan nada riang, berharap ia mau menatap mataku saat bicara. Namun nihil. Ia sama sekali tak terpancing.
“Nona Gleth, sebentar lagi anda akan memasuki usia ke delapan belas, kan? Ada yang ingin saya katakan.” Aku mengangguk mengiyakan.
Kurasa ini serius, sambil menggenggam kuat cangkir teh itu dengan kedua tangan, kini sepasang mata aquamarine cantik milik Dianne bertemu dengan mataku. Ada semburat kegundahan di dalam sana, semacam perasaan pedih yang pilu, dan aku tahu dia sekuat tenaga berusaha tetap tenang.
Benar juga, hari ini tepat bulan purnama di daratan bersalju, Plaves. Usiaku akan memasuki ke delapan belas. Kami bangsa elfin adalah makhluk immortal, tidak bisa menua dan tak akan mati bila tak sakit atau dibunuh. Hebat bukan? Tentu saja. Kami juga dianugerahi kekuatan yang luar biasa dari para Peri.
Elfin dianugrahi kekuatan untuk mengendalikan elemen, kami dilahirkan bersama dengan Lull, permata yang menjadi sumber kekuatan kami. Semakin besar Lull, semakin besar pula kekuatan kami dan Lull-ku, aku tak tahu dimana. Sejauh yang aku tahu elfin yang bisa mengendalikan lebih dari satu elementasi disebut Urvs, mereka jarang ditemui saat ini atau dalam artian mereka sangat langka dan dari yang kudengar, kini mereka di buru.
“Nona, kebenaran ini mungkin akan amat menyakitkan, tapi anda sudah saatnya tahu. Tentang mengapa saya di sini, tentang kekuatan anda,dan tentang siapa anda.” Tatapanku berubah tajam mendengarnya. Setelah sekian lama, akhirnya saat ini datang juga. Aku membenarkan posisi dudukku, pertanda siap mendengarkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
URVS : The Strongest Gem Element [HIATUS]
Фэнтези"Menghancurkanmu tidak ada ruginya bagiku!" -Gleth _________________ Urvs, makhluk yang memiliki bakat alam mengendalikan lebih dari dari satu elemen secara bersamaan, makhluk terlarang yang tidak seharusnya hadir kedunia. Sangat kuat, dan karena it...