Si 'Manusia Menjengkelkan'

20 2 1
                                    

  Sudah senin lagi rupanya. Baru saja kemarin menikmati hari dengan rebahan setelah dibuat kesal oleh Jingga, sekarang sudah harus siap dibuat pusing sama pelajaran.

Ngomong-ngomong, aku bersekolah di SMA Nusantara yang terletak di wilayah kota kembang. Aku masuk ke kelas XI IPA 3 yang berisi siswa asik gila, walau yang paling gila ya Kanaya dan Rizky.

  Aku berjalan sendirian di koridor, sebenernya mau nyari Jingga, pengen aku marahin. Abisnya dia gak mau bareng berangkatnya sama aku, tapi minta aku bawain bekal buat dia. Gak tau berterima kasih.

"Biru! Oi!" Siapa lagi yang akan teriak-teriak memanggil namaku kalau bukan Jingga. Ternyata Jingga datang dari belakangku.

"Apa sih? Kamu tuh ya, aku bawain bekel tapi kamu gak mau berangkat bareng aku!"

"Sorry banget, gua gak bisa jemput lo, gua ada tugas, dan gua harus dateng pagi biar tugasnya selesai,"

"Kebiasaan banget deh,"

"Kemaren pas pulang dari rumah lo gua langsung futsal, jadi gak sempet ngerjain tugas,"

"Bukannya kamu makan-makan di rumah Fabian ya?"

"Udah futsal itu,"

  Aku berjalan sangat cepat. Niatnya biar ninggalin Jingga, taunya malah dia lebih cepat jalannya dibanding aku.

"Jingga ih!"

"Lagian, sok mau jalan cepet, kaki lo panjangin dulu biar bisa jalan cepet,"

"Nyebelin!"

  Suasananya hening sejenak, sampai Jingga kembali membuka obrolan diantara aku dan dia.

"Nyariin gua ya tadi?"

"Sok tau!"

"Tadi lirik kanan kiri terus, siapa lagi yang dicari kalau bukan Mas Jingga?"

"Apa sih? Mas mas!"

"Jangan marah-marah lah, bercanda gua,"

"Kamu lain kali harus duluin tugas, jangan melulu soal futsal, basket, renang, dan lain-lain,"

"Gak bisa Bii, gua sayang banget sama olahraga, gua gak rela ninggalin dia, gua sayang banget,"

"Sebegitunya ya kamu sama olahraga,"

"Jelas,"

"Makanya jomblo, sayangnya aja buat olahraga,"

"Jomblo juga banyak peminatnya, sorry,"

"Agak sedikit menghina aku sepertinya,"

"Lo juga punya peminat kan?"

"Siapa?"

"Mang Dawi!"

"Jinggaaa!" Aku ingin mencubit lengan Jingga, namun dia selalu menghindar dan akhirnya aku sama dia jadi kejar-kejaran.

  Kamu mau tau siapa Mang Dawi? Dia adalah satpam sekolahku. Satpam yang selalu menggodaku setiap aku berangkat dan pulang sekolah. Entah itu hanya menyapa, atau bertanya mau dia antar atau tidak. Kalau aku melewati gerbang sekolah bersama Jingga, ia selalu sengaja membuat Mang Dawi menggodaku. Jingga kadang memberhentikan motornya sejenak di samping pos satpam, berpura-pura mengecek barangnya, atau sekedar bertanya mau kemana setelah pulang sekolah nanti. Padahal itu hanya akal-akalannya, biar Mang Dawi ngajak ngobrol aku.

"Sakit Biru!" Jingga meringis kesakitan saat aku berhasil mendapatkan telinganya untuk dijewer. Tangannya kalau nepis suka kenceng, jadi mending telinga dibanding tangan.

"Biarin! Nyebelin sih," kataku sembari melepas capitan tanganku dari telinganya.

"Nanti sore mau ikut nongki gak?" Tanya Jingga sambil berjalan di sampingku menuju koridor kelasku dan dirinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 02, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang