Kami berjalan lagi pulang dari sekolah itu. Sungguh, aku sama sekali tak merasa lelah. Seolah rasa lelah itu terobati melihat senyum Jaehyun yang sangat lebar, apalagi setelah melihat adiknya tadi. Ia benar benar terlihat seperti orang yang paling bahagia didunia ini.
"Kau senang sekali sudah melihat adikmu"
Jaehyun menjawab dengan masih menatap lurus jalanan "Aku sangat menyayanginya"
"Aku ingin mengenalnya. Boleh?"
Jaehyun menatapku dengan tersenyum "Tentu, kalau sempat aku akan mengenalkannya padamu"
Aku tersenyum tipis. 'kalau sempat'? ya kalau sempat.
Aku menoleh kearah Jaehyun yang tiba tiba menghentikan langkahnya. "Kenapa?"
Jaehyun menunduk "Capek"
Aku mengerti, seseorang yang menderita blood cancer akan mudah lelah. "Kalau begitu kita duduk dibangku sana dulu" Jaehyun mengangguk menuruti perkataanku.
Kami duduk dibangku taman yang menghadap ke arah jalan. Aku sedikit terkejut saat Jaehyun membaringkan badannya dengan berbantal pahaku.
"Biarkan seperti ini" Aku mengangguk singkat.
Terjadi keheningan diantara kami. Aku mencoba memecahkan suasana hening ini "Ingin bercerita?"
Jaehyun mengangguk "Aku pernah bermimpi berdiri diatas altar bersama mempelaiku. Menggenggam erat tangannya dengan mengucapkan janji suci pernikahan." Ia menghelah napas berat "Setelah bermimpi itu, aku bertekad untuk mencari mempelaiku dan membawanya ke kedua orang tuaku. Aku akan melamarnya dan menjadikannya miliku selamanya"
Aku tersenyum mendengar cerita Jaehyun. Sederhana, semua orang pasti menginginkan apa yang Jaehyun inginkan. "Kalau begitu, kenalkan aku pada kedua orang tuamu"
Aku tidak sadar kalau saat ini Jaehyun tersenyum menatapku. Pandanganku lurus kedepan. Bahkan aku mulai sedikit mendongak untuk mencegah air mata ini jatuh.
Jaehyun mengangguk "Kalau sempat, aku akan mengenalkanmu kepada kedua orang tuaku"
Aku benar benar menongak menatap langit. Air mata ini sudah meluncur bebas. Aku tak ingin Jaehyun melihatku menangis.
"Noona"
Aku segera menghapus air mataku dan mengalihkan tatapanku padanya. "Iya?"
Aku melihat Jaehyun merogoh kantong celananya dan memberikan dompetnya padaku. "Boleh aku minta tolong?" Aku mengangguk "Berikan dompet itu pada adikku" Aku tersenyum kemudian mengangguk pelan.
"Aku mengantuk"
Tanganku beralih mengelus rambutnya "Tidurlah, aku akan membangunkanmu nanti"
Jaehyun mengangguk "Tapi, kalau aku sudah sangat terlelap, jangan dipaksa noona. Aku lelah" Tanpa pikir panjang aku mengangguk.
Aku mengelus rambutnya yang halus itu. Dia mulai menutup matanya. "Aku mencintaimu noona"
Selanjutnya tidak terdengar kalimat lagi diantara kita berdua. Yang terdengar hanyalah tangisan pilu ku yang memenuhi keheningan taman. Sedangkan lelaki yang saat ini terbaring dipangkuanku, terlelap dengan damainya.
Jung Jaehyun, kau benar benar lelaki yang selalu berbahagia bahkan sampai akhir hidupnya.
√~
Voment
KAMU SEDANG MEMBACA
H U R T [COMPLETE]
Fanfiction"Aku hanya ingin bahagia, menyimpan semua rahasia dan rasa sakit ini sampai aku tidak bisa melihat dunia lagi" (n) yang ngga suka ngga usah baca sayang