Part 1 - Prolog

75 3 0
                                    

Senin,

Wah, hari yang indah bagi sebagian kelas,
Tapi tidak dengan kelas ku,
Seisi kelas terlihat cemas,
Aku tahu alasan nya,
Ya, hari ini ada mata pelajaran Matematika, Kimia, Fisika dan Ekonomi.
Tak heran seluruh siswa di kelas ku agak sedikit stres hari ini.
Tapi tidak dengan ku, aku tak membenci matematika, juga tak membenci fisika, aku tak membenci kimia, dan tidak membenci ekonomi. Tapi aku benci semua mata pelajaran di sekolah, yang selalu membuat kepala ku pusing tidak kepalang, membuat kebahagiaan ku bersama teman terganggu karena terlalu banyak tugas, dan membuatku terhalang untuk berkerja.

O, iya..
Aku adalah anak seorang pria miskin.
Ibu ku sudah lama meninggalkan kami, sampai sekarang aku tak tahu keberadaan ibuku.
Karena ekonomi keluarga yang tidak mencukupi, memaksa ku untuk membantu ayah ku menangkap kerang di tepi sungai.

Jika ku dengar azan di waktu subuh, aku bergegas ke Musholla dekat rumah ku untuk menjalankan kewajiban ku kepada yang maha kuasa,
Setelah itu, aku menyiapkan sarapan untuk ku, dan untuk ayah ku.
Setelah itu, aku berangkat ke sekolah dengan nebeng kendaraan teman, tapi keseringan sih jalan kaki.
Karena jarak rumah ku ke sekolah lumayan jauh, tak jarang aku dihukum karena terlambat.

Tapi ya sudah lah,,
Itu sedikit dari kisah hidupku yang rumit.

Disekolah, aku digelar siswa yang ramah, ceria, humoris dan ceroboh.
Aku juga sering di gelar Stupid boy,
Sebutan ini memang menyakiti hati siapa saja yang merasakannya, tapi untungnya aku sudah kebal dan terbiasa di panggil dengan sebutan Stupid Boy.

Aku selalu konsisten mempertahankan ranking ke 34 ku ini dari 34 siswa,
Sebuah prestasi terbesar yang sudah sering ku dapatkan di setiap semesternya,
Baik itu saat SD, SMP, hingga SMA.
Memang sih, prestasi ini pastinya tidak di inginkan oleh orang-orang kebanyakan, tapi beda dengan ku yang sudah berlangganan dengan prestasi jenis ini.

Di kelas ku ada satu cewek yang berbeda dengan cewek-cewek lainnya, dia sedikit tomboy dan tidak pernah jaga image di depan siapapun.
Tapi parasnya yang catik dan hatinya yang baik membuat ku nyaman berasamanya.
Dia adalah Berlian, ya nama yang unik bukan, sepintas terlihat aneh, tapi ya sudahlah, setidaknya namanya lebih keren dibandingkan namaku biasa aja "Didi" hehehe^^.

Kring....kring......
Jam menunjukkan pukul 17:15,
Waktunya upacara akan segera di mulai,
Seluruh siswa-siswi pun berbaris di lapangan sekolah, termasuk aku.
Hari ini aku berbaris di barisan terdepan persis bersampingan dengan Berlian.
Protokol upacarapun mulai membacakan tertib acara.

Waduh! Pak Tono!!, kalau tahu seperti ini, lebih baik aku berbaris di belakang saja sial!!!.

pak Tono adalah kepala sekolah kami.
Pas banget posisi ku berdiri tepat berhadapan dengan posisinya berdiri,
Maka dari itu, aku tak berani berkutik dari barisan ku. Wajahnya yang dingin membuat ku semakin takut bergerak, apalagi bersuara.

Beda dengan Berlian yang tidak berhenti mengayun-ayunkan tangannya, dan sesekali tertawa lucu melihat ketakutan ku.

"Cieeee, jangan tegang banget tuh mukak bro, huy santai aja!"

"Si siapa yang tegang, aku biasa aja kok."

"Owalahhh Didi, Didi, udah pucat gitu kamu tetap gak mau ngaku? Hahahah."

Berlian tak berhenti menertawakan ku,
Tapi pandangan ku teralihkan dengan manisnya senyuman Berlian. Aku yang tadinya tegang, akhirnya sedikit rileks dan tak berhenti menatap erat mata indah Berlian.

"Prakkk"

Aku kaget ketika sebatang rol panjang menghantam ku. Ternyata itu adalah buk Tari, guru BP.

"Emang ya kamu ini gak bisa tenang sedikit, kamu gak liat tuh Kepsek sedang memberi arahan!"

"Ampun bu, ampun"

"Dasar gak tau sopan santun!"
Menjewer ku

"Sa..sakit bu, maaf bu ampun"

Buk Tari berhenti menjewer ku dan pergi mencari tersangka lainnya, hehe.

"Hahaha"

"Ooo.. kamu senang!, sudah puas?!, emang ya kamu ini, ini semua gara-gara kamu tau gak!!"

"Enak aja, kan buk Tari sendiri yang lihat lo gak fokus kedepan dengerin arahan"

"Ini kan juga gara-gara kamu, senyum manis mu membuat pandanganku teralihkan ke mata indah mu"
jawabku Dalam hati

Akhirnya upacara selesai, kami kembali ke kelas dan mulai belajar seperti biasanya. Seluruh siswa tampaknya sedang mempersiapkan semua alat tulis dan buku paket masing-masing.
Beda dengan aku yang hanya mengeluarkan satu buah buku isi 30 dan sebuah pena lilin.

"Drap, drap, drap,"

Suara  derapan sepatu higheels bu Tatik, guru mata pelajaran matematika terdengar.
Suara derapan pun semakin keras, pertanda bu Tatik akan segera masuk ke kelas,

"Buk Tatik, buk Tatik,!!"

Semua murid cemas.

"Kreekkk"

Bu Tatik menarik bangku guru dam segera duduk sambil menatap erat murid Dihadapannya satu persatu.

"Dpassss!!!"

Seketika bu Tatik menghempas meja
Semua murid bingung,

"KALIAN TUNGGU APA LAGI?? SEGERA LETAKKAN TUGAS KALIAN DI ATAS MEJA SAYA!!!!!!"

"Iy, iya bu"

Semua murid maju satu Persatu menyerahkan tugasnya.

Bu Tatik mulai memperhatikan satu persatu tugas mereka.

"Dini!!"

"Iya saya bu,,"

"Maju kedepan kerjakan jawaban nomor satu di papan tulis!!"

"Siap bu,,"

Bu Tatik kembali melanjutkan memeriksa tugas murid-murid lain.

Tangan bu Tatik terhenti membolak balik buku tugas mereka saat melihat satu buku tanpa jawaban.

"DIDI!!!!!!!!"

"Iya bu??!.."

"Krraksssss"

Suara sobekan kertas,
Bu Tatik menyobek-nyobek buku tugas ku.
Aku sudah yakin, pasti hal ini akan ter jadi............  
-_- 




Gimana?
Sory Typo bertebaran ~0~
Pasti penasarankan dengan kelanjutan kisahnya??
Vote dan komen dulu ya!!
INGAT!, ini cerita pertama saya di wattpad, mohon di maklumi kalau kurang memuaskan.
Hehehe ^v^

The Pain Of Being StupidWhere stories live. Discover now