Part 3 - Jadi Copet

30 3 0
                                    

Ayah ku terlihat tak sadarkan diri,

"Ayah!!, ayah!!"

Aku tak berhenti memanggil nama ayah ku, tapi ayah tak kunjung bangun dari pingsan.
Aku memutuskan meminta pertolongan dengan tetangga di samping rumah ku.

"Pak, tolong"

"Ada apa?"

"Ayah saya pak, ayah saya pingsan"

"Astakhfirullah"

Beberapa tetangga datang dan membantu ku membawa ayah ke rumah sakit.

Sesampainya si rumah sakit ayah langsung di bawa keruangan ICU untuk mendapatkan pertolongan.
Seketika aku di halau untuk masuk keruangan itu, aku hanya menunggu di depan pintu, dengan penuh harapan akan kesadaran ayah ku.

"Kreekkk"

Dokter yang memeriksa ayah ku keluar dari ruangan itu. Dengan sigap aku langsung menghampiri dan menanyakan kondisi ayah.

"Bagaimana dok? Ayah ku baik baik sajakan?"

"Ayah anda mengalami benturan yang sangat keras di bagian kepala nya, sehingga saat ini pasien dalam keadaan kritis, kami harus cepat melakukan tindakan operasi"

"Baik dok, lakukan yg terbaik untuk ayah ku"

"Tapi maaf, sebelum kami melakukan tindakan operasi, adik harus segera melunasi administrasinya terlebih dahulu"

"Baik dok"

Aku segera bergegas ke ruang administrasi dan menanyakan berapa biaya operasi  ayah.
Betapa terkejutnya aku ketika melihat jumlah yang harus ku bayar untuk operasi ayah. Biaya nya mencapai 80 juta rupiah. Bagaimana cara nya aku mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat.

Tapi, demi kesembuhan ayah, satu-satunya orang yang ku punya saat ini, aku harus berjuang mencari nya.

Saat itu juga aku pergi ke rumah teman-teman ku untuk meminta pinjaman uang, dan pastinya mereka menolak karena tak punya uang sebesar itu.
Aku juga mencoba meminjam dengan bank, tapi aku yakin mereka tak akan memberikan uang itu sekarang.
Lalu aku terfikir untuk menjual rumah kami.
Tapi, aku tak rela untuk melepaskan tempat penuh kenangan itu, tapi itu satu-satu nya jalan, agar ayah ku segera di operasi.
Dengan berat hati aku menjual rumah kami, tapi ternyata rumah ku yang jelek dan tanah nya yang sempit tidak cukup untuk biaya operasi ayah.
Saat itu aku sangat kebingungan untuk mencari sumber uang.
Hingga akhirnya aku terduduk di trotoar jalan sambil menggenggam amplop berisikan uang hasil penjualan rumah. Aku tetap berfikir bagaimana caranya agar ayah segera di operasi.
Tiba-tiba seorang pria besar menghampiri ku. Tingginya sekitar 179 cm, dengan menggunakan kaos pendek sehingga lengannya yang bertato terlihat.

"Hey! Sedang apa kamu disini?!"

Aku tak menjawab

"Hey! Aku bicara dengan mu! Sedang apa kamu disini?"

"Duduk"

"Sepertinya kamu sedang ada masalah, coba cerita apa masalaah mu?!"

"Percuma, kau tak akan bisa membantu ku!"

"Yahh,, nih orang, gua tanya lo baik-baik, mana tau gua bisa bantu!"

Aku pun menceritakan semuanya kepada pria itu, ternyata pria itu punya solusi atas masalah ku.

"Hmmm, jadi kamu lagi butuh uang?!, kamu mau dapat uang banyak dalam waktu cepat?"

"Bagaimana cara nya?"

"Ayo ikut aku"

Aku pun mengikuti pria itu sambil mengantongi amplop berisikan uang hasil penjualan rumah.
Pria itu membawaku ke sebuah pasar, disana banyak sekali orang yang sedang melakukan aktivitas.

"Ngapain kita kesini?"

"Yah kerja lah! Kamu kan butuh duit"

"Ooo, kerja apa? Jualan? Angkat angkat barang? Atau jaga parkiran?"

"Bukan, kita akan merampok!"

"Ha!! Aku tak mau"

"Dasar bodoh!! Kamu sedang butuh uang bukan?!! Jadi tunggu apa lagi ini satu-satu nya cara kamu dapat uang yg banyak dalam waktu singkat!"

"Kalau saya ketangkap gimana?"

"Udahhh!! Itu urusan belakang! Yang penting lihat tuh ada ibu-ibu di sana, dia sedang megang tas, gua yakin bayak uang di dalam nya! Cepat rampok!!!"

Sebenarnya aku takut dan takut melakukan nya, tapi mau bagaimana lagi, aku memang butuh uang banyak saat ini.

Aku mulai mendekati ibu-ibu itu, ku ikuti dia dengan perlahan. Saat kulihat keadaan sudah memastikan, dengan sigap ku rampas tas itu dari tangan nya, seketika ibu-ibu itu berteriak yang membuat orang-orang di sekitar mendekat sang mengejarku.
Dengan wajah ketakutan aku segera berlari dari kejaran warga, ku lewati gang-gang sempit agar mereka kesulitan mendapatkan ku, tapi mereka tetap mengejar dan berteriak membuat semakin banyak orang yang mengejarku.....

Gimana?
Masih penasaran kan dengan kelanjutan kisahnya??
Vote dan komen dulu ya!!

The Pain Of Being StupidWhere stories live. Discover now