01

6.5K 504 213
                                    

Ini tentang Chenle. Lumba-lumba China yang terdampar di Korea.

Namanya Chenle, Zhong Chenle. Chenle dibaca Chonlo. Kok gitu? Ya emang gitu. Kalo mau protes, ke Shanghai aja temuin ayah bundanya yang kasih nama.

Aku Park Jisung, dua bulan lebih muda dari Zhong Chenle. Ini suaraku, ungkapan hatiku tentang remaja China itu. Tentang bagaimana aku bisa jatuh dalam pesonanya. Tentang aku yang tidak percaya cinta. Chenle membawaku pada dunianya. Bukan, bukan dunia air seperti yang kalian kira. Ini Dunia milik Chenle, dunia yang ia rancang sendiri.

Bagiku Chenle bukan hanya sekedar teman atau rekan kerja. Chenle itu sumber bahagiaku. Meskipun aku tidak menunjukkan betapa aku menyukainya, tapi percayalah aku di sini mati-matian menahan diri untuk tidak menerkamnya di hadapan Jeno hyung dan lainnya.

Chenle tidak sadar akan pesonanya. Yang dia tau dia tampan dan menyenangkan. Tidak, Chenle itu bukan tampan, ia imut kan? Chenle itu cantik meskipun sikapnya menyebalkan. Apalagi suara melengkingnya yang selalu ia keluarkan ketika terkejut atau tertawa.

Dia CHENLE-ku. Aku mengklaimnya!

Aku mengajak kalian mengenal Chenle lebih dalam. Aku tidak keberatan membeberkan apa yang Chenle suka serta kebiasaan-kebiasaan buruknya asal kalian berjanji jika setelah ini kalian tidak akan merebut Chenle. Ingat, dolphin China itu milikku!

Ini suaraku tentang Chenle. Pendapatku tentang siapa dia sebenarnya. Tentang sikap dan tingkah laku pemuda Zhong yang menyebalkan namun aku suka. Semoga Chenle mendengarnya atau setidaknya semoga Chenle membaca tulisanku ini.

 Semoga Chenle mendengarnya atau setidaknya semoga Chenle membaca tulisanku ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chew Chew Chew Chewing gum....

Era ini, kalian ingat? Saat itu umurku 15 tahun (14 th inter) dan Chenle 16 tahun (15 th inter). Kita tumbuh dengan cepat seperti yang kalian lihat. Dulu kami hanyalah remaja polos yang tidak mengerti apa-apa selain bekerja dan bermain. Setelah disibukkan dengan latihan dan berbagai show, kami kembali menjadi bocah hiperaktif di dorm. Chenle, dia rekanku dalam melakukan aksi kejahatan seperti mengganggu Mark hyung, meledek Jeno hyung yang tidak lucu, menyembunyikan case milik Haechan hyung atau meninggalkan remahan snack di kasur milik Jaemin hyung. Aku tidak menyebut Renjun hyung di sini, kenapa? Karena dia sangat galak!

Menyenangkan menjadi seorang maknae. Selain disayang dan diutamakan, mereka juga tidak akan tega memarahiku. Makanya aku tumbuh dengan sifat menyebalkan atau yang biasanya kalian sebut evil maknae. Iya, itu aku. Aku tidak sendiri, aku bersama Chenle.

Aku dan Chenle menjadi sangat dekat karena kita yg termuda di gedung ini. Aku juga tidak sungkan memanggilnya Chenle tanpa embel-embel Hyung. Tapi sebenarnya kedekatan ku dan Chenle tidak terjadi begitu saja. Aku sempat membencinya asal kalian tau.

Ini bermula saat kita sedang latihan Hoverboard. Chenle tidak sengaja menginjak kakiku, bukan dengan kakinya tapi dengan Hoverboardnya. Siapa yg tidak kesakitan? Saat itu aku berteriak kencang tapi Chenle justru tertawa karena ia pikir aku sedang berpura-pura sebelum akhirnya Jaemin hyung datang memijat kakiku serta memarahi Chenle karena tidak berhati-hati.

Aku tau Chenle  berlatih keras mengejar ketertinggalannya sebelum debut kami. Ia berlatih setiap malam dan itu sangat menggangguku. Awalnya aku ingin tetap sekamar dengan Jaemin hyung tapi orang itu memintaku untuk tidur dengan Chenle katanya karna kita yang paling muda.

Kekesalanku pada Chenle juga disebabkan karena suara tawanya yang memekakkan telinga. Ia suka sekali tertawa tepat di telingaku. Meskipun lucu tapi sungguh merusak gendang telingaku. Dengannya saat itu cukup menaikkan tensi darahku.

Di balik sikap dan sifat menyebalkannya itu, Chenle sangat baik padaku. Ia membawakanku banyak camilan agar aku tidak menganggu Jaemin hyung. Ia berbagi video game dan mengajariku menggunakan ponsel keluaran terbaru. Setelahnya kami benar-benar tidak terpisahkan.

Kami seperti anak kembar, itu kata Haechan hyung. Semua orang menyayangiku dan Chenle. Menganggap kami adalah bayi yang harus mereka jaga. Begini, katanya aku adalah anak Jaemin dan Jeno hyung. Sedangkan Chenle adalah anak Haechan dan Mark hyung. Lelucon macam apa itu? Sementara Renjun hyung? Ah sungguh tidak ingin membahasnya karena dia sangat galak. Dia suka menyiksaku asal kalian tau.

Chenle-ku itu, dia tumbuh dengan baik. Kadang aku sangat menyayangkan kenapa kita harus dewasa secepat ini?. Aku masih ingin berChewing gum ria dengan hyung-hyung ku. Masih ingin naik Hoverboard dan bergandengan dengan Chenle agar tidak jatuh.

"Jisungie pegang aku" pintanya saat menaiki Hoverboard. Dengan senang hati aku raih tangannya. Chenle berputar dengan senang dan itu terlihat sangat indah di mataku.

"Jangan seperti itu kau bisa jatuh" kataku karena Chenle sangat bersemangat memutar tubuhnya dan benar saja, baru beberapa detik aku bilang Chenle sudah terhuyung dan siap mencium lantai jika aku tidak menahannya.

"Kenapa kepalamu ada dua?" Katanya sambil memegang kepalaku. Ia menyipitkan matanya yang hampir hilang. "Iya kepalamu ada dua, wow jisungie telingamu banyak sekali"

Anak ini hanya berputar-putar tapi sudah mabuk, pikirku. Chenle mengerjapkan matanya berkali-kali hingga kesadarannya pulih. Ia masih memegang pundakku dan aku masih menahan pinggangnya agar tidak terjatuh. Chenle menatapku dalam keadaan sadar, sebuah senyuman kecil dapat aku lihat dari sudut bibirnya.

"Huftttt" aku menutup mataku saat Chenle meniupnya tiba-tiba! Anak itu memang sialan! Ia tertawa keras sampai memukul dadaku kemudian turun dari Hoverboardnya.

"Kau ini gampang dikerjai ya? Aku mana mungkin mabuk hanya dengan naik Hoverboard ahahahaha" ejeknya. Aku mengeram kesal lalu merebut botol minum yang masih bertengger di mulutnya.

"Yak!! Apa yang kau lakukan hah!" Pekiknya saat melihatku meminum air dari botol yang sama, di tempat yang sama ia menempelkan bibirnya. Aku tersenyum penuh kemenangan. Aku berhasil menggodanya balik.

"Jangan mengerjai aku lagi. Lain kali mungkin tidak hanya botol ini yang menempel di bibirku tapi-" aku menyentuh bibirnya dengan ujung jariku. Aku tersenyum dan menaikkan alisku dengan sombong.

"Hahahhaha" aku tertawa keras lalu berlari secepat mungkin karena Chenle sudah berteriak mengumpatku dengan bahasa Mandarin yang sedikit aku tau dia sedang mengataiku "cabul"















To be continue 💚

Suara dari Jisung (Chenji)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang