12

1.9K 196 21
                                    

Sijeuni, hi. Lama tidak menyapa kalian. Satu hari sebelum TDS in Jakarta, aku dan catatanku menghilang tiba-tiba. Ah, aku minta maaf karena tidak menceritakan pengalamanku selama konser kemarin. Tapi seperti yang kalian rasakan, itu sangat menyenangkan.

Aku hampir melupakan catatan ini. Aku bahkan tidak ingat jika Jaemin hyung tidak menyinggungnya.

"Yaaa Jisungie!! Kenapa diam saja? Biasanya asik dengan ponselmu"

Aku bahkan tidak menyentuh ponselku lagi. Aku juga tidak melakukan aktivitas lain selain latihan. Hidupku kembali monoton. Aku hidup, tapi mati.

Ah kalian menanyakan Chenle? Pemuda itu baik-baik saja. Dia makan dengan baik. Dia juga tidak sakit.

Karena sebenarnya akulah yang sakit.

Sijeuni, haruskah aku mengatakan ini? Haruskah aku mengatakan bahwa aku dan Chenle tidak bersama lagi? Secepat itu. Semuanya terjadi begitu saja.

Aku menangis seharian asal kalian tahu. Haha, aku mengotori kaos Haechan hyung dengan ingus dan air mataku. Aku lemah. Bagaimanapun aku tetap bocah yang akan menangis ketika putus cinta. Oh shit, jika tahu akan sesakit ini, sungguh lebih baik aku tidak mencintai siapapun di dunia ini.

Aku sudah kuat sekarang. Jangan khawatir.

Sijeuni, apalagi yang harus aku katakan?

Aku sungguh baik-baik saja. Setidaknya aku jauh lebih baik dari hari kemarin. Aku tidak menaruh dendam atau membenci Chenle. Bahkan perasaanku sama sekali tidak berubah. Aku masih mencintai Chenle.

Sangat mencintai Chenle.

Sijeuni, apa kalian membaca tulisanku? Tak apa jika tidak, mungkin kalian belum menemukan diary ini. Disini aku mencurahkan semua hal yang aku rasakan. Hal-hal yang tidak mungkin aku katakan di depan kamera. Sijeuni, kalian harus menemukan catatan ini secepatnya!

Ah iya, kembali pada topik awal. Kalian pasti penasaran kan kenapa aku dan Chenle berakhir seperti ini? Padahal aku sangat memuja Chenle. Kenapa aku melepas dolphin China itu begitu saja? Kenapa aku tidak menahannya ketika ia memutuskan untuk kembali menjadi temanku?

Jawabannya, aku tidak tahu. Aku tertawa ketika Chenle mengatakan itu. Seperti yang sudah-sudah, Chenle selalu mengerjaiku. Tapi saat itu aku tidak melihat raut bercanda di wajahnya. Chenle benar-benar ingin putus denganku. Aku bisa apa? Aku sudah menangis di depannya. Aku sudah merengek agar dia tetap denganku. Kenyataannya? Chenle benar-benar serius kali ini.

Seperti itu hehe. Mungkin Chenle punya alasan sendiri kenapa ia tidak bisa denganku lagi. Lain kali aku akan memintanya membuat catatan "Suara dari Chenle" supaya aku bisa tahu perasaan yang ia miliki. Nanti, jika Chenle sudah menemukan catatanku ini hehe.

Hi Chenle, ayo buat diary. Aku penasaran kenapa kau memutuskanku. Aku akan membacanya, tentu saja. Tapi, apa kau akan menemukan catatan ini? Aku tidak yakin, kau kan tidak pernah membuka aplikasi lain selain game kesayanganmu itu.

Sijeuni benar! Aku sok kuat. Padahal aku baru selesai menangis. Yah, aku menangis lagi untuk ketiga kalinya dalam sehari. Ngomong-ngomong, aku sedang dengan Haechan hyung sekarang. Iya, kami menjadi roomate sekarang. Pemuda Shanghai itu memutuskan pindah dengan Renjun hyung.

Aku tidak apa, sungguh. Setidaknya aku sudah melakukan yang terbaik, itu kata Jaemin hyung. Aku sudah berusaha membuat Chenle bahagia.

"Dia pergi dengan Renjun" itu kata Haechan hyung saat aku bertanya dimana Chenle. Walaupun sudah tidak dengan Chenle, aku masih memperhatikan pemuda Shanghai itu. Aku mengawasinya diam-diam.

Akhir-akhir ini Chenle sangat dekat dengan Renjun hyung. Di mana ada Renjun hyung, di situ ada Chenle. Haha, posisi itu seharusnya aku yang menempati. Tapi tidak apa, Chenle sudah memilih jalannya sendiri.

Benar, aku sempat membenci Renjun hyung. Aku pikir dirinya lah yang membuat Chenle menjauh dariku. Bagaimana bisa Chenle yang sangat lengket denganku tiba-tiba memutuskan hubungan lalu menempel erat pada Renjun hyung? Bukankah itu aneh?

Ah tidak-tidak. Aku tidak ingin mengajak Sijeuni mencurigai Renjun. Mungkin benar, Chenle sedang ada di fase bosan. Ia butuh pelampiasan, dan ia menemukan Renjun. Anggap saja begitu. Tidak ada yang salah di sini, aku hanya terlalu khawatir.

Tapi Sijeuni, seribu kali aku mengatakan aku baik-baik saja, padahal hatiku terluka. Aku tidak bisa tidur dengan tenang. Aku terbiasa dengan Chenle. Aku biasa memeluknya, dan sekarang? Hanya ada Haechan hyung di samping ku.

Aku tidak bisa!!

Aku butuh Chenle.

Ayolah Chenle, segera temukan catatanku ini! Baca dan mengertilah bahwa aku masih dan akan selalu mencintaimu. Apa itu tidak cukup?

Suara dari Jisung (Chenji)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang