1. Layat

85K 5.4K 453
                                    

"Selamat ulang tahun, Abangnya Loli!"

Deandra tersenyum simpul seraya mengancing kemeja kerjanya. Masih di depan cermin kamar, Andra tengah bersiap pergi kerja. Ponselnya tergeletak di atas meja kamarnya. Tak peduli dengan vidio call yang masih berjalan.

"Ikh, iya sayang. Iyaaa!" Suara Lolita. "Kata Bang Hesta, Loli suruh berdoa yang baik-baik buat Bang Andra. Dengerin ya, Bang! Ini subuh-subuh Loli berdoa buat Abang. Semoga panjang umur, sehat, tetep cakep, cepet nikah. Inget, umur udah 31."

"Umur Hesta juga 31," timpal Andra santai.

"Tapi Bang Hesta kan, udah punya Loli. Ada yang kelonin tiap malem. Ada yang nemenin makan. Ada yang masakin juga."

"Hesta sampai detik ini masih makan masakan Bunda. Abang cuma ingetin aja." Andra mengambil ponsel lalu satu alisnya seketika naik sebelah. "Li, mandi. Pake sabun biar bercak di leher kamu itu hilang semua."

Lolita tampak gelagapan dari layar ponsel Andra. "Ikh! Bang Andra bahas bercak apa, sih! Liat aja! Lagian, meskipun masakan Bunda, tetep aja Loli yang siapin buat Bang Hesta. Yaudah lah, Loli mau man—"

"ASTAGHFIRULLAH! INALILLAHI!"

"Loli, bunda teriak dari dapur!" Andra mendadak kuatir. "Tutup dulu. Abang mau lihat Bunda."

"Halah, paling itu tupperware Bunda hilang, atau tutupnya digigit tikus, jadi histeris gitu."

Andra menggeleng. "Enggak. Pokoknya Abang mau lihat Bunda. Kamu cepet mandi terus ke sini!" Lalu sambungan vidio call itu Andra putus sepihak.

Berjalan tergesa, Andra menuju dapur dan mendapati bundanya tengah duduk di meja maka seraya menangis sesegukan. Bunda masih mendengar seseorang bicara di ponsel yang menempel pada telinganya. Sesekali, tangis Bunda pecah lagi lalu reda. Tak lama, pecah lagi disertai teriakan.

"Ada apa, Bund?" Andra merengkuh pundak wanita paruh baya itu.

"Tante Rosi, Ndra. Meninggal barusan," ucapnya terbata. "Jatuh dari kamar mandi. Pas dilarikan ke rumah sakit, udah meninggal aja dia."

Andra mendesah. "Innalillahi."

"Bunda mau ke Purwokerto, Ndra. Mau ngelayat sahabat Bunda."

"Andra coba ngomong sama Loli dulu ya, Bund. Mungkin Hesta bisa antar."

Bunda menggeleng. "Sama kamu lah, Ndra."

"Tapi Andra harus—"

"Bundaaa! Tupperware Bunda yang ungu perasaan udah Loli balikin, kan? Yang kemarin Loli pake buat bungkus makan malam Loli sama Bang Hesta tuh yang warna kuning bentuk—loh, kok Bunda sesegukan? Emang berapa tupperware yang hilang?" Lolita yang baru datang dengan rambut basah, mengerjap kaget dan terheran.

"Bukan tupperware yang hilang, tetapi Tante Rosi meninggal." Andra menoleh pada Lolita dan netra bujang 31 tahun itu, melirik pada leher adiknya. Mungkin memastikan apakah sabun berhasil menghilangkan bercak merah keunguan.

"Innalillahi!" Lolita histeris. "Terus gimana ini?"

Andra kini menoleh pada Hestama yang baru saja masuk dapur. "Hesta, lo bisa cuti antar Bunda ke Purwokerto?"

"Jangan Hesta, Ndra. Kamu. Kamu tuh kepala keluarga Bunda. Inget gak, waktu nikahan Lolita, Rosi dateng sendiri sewa elf ke sini. Demi apa? Demi bawain Bunda lima puluh loyang bolu pandan buat tamu yang datang ke pengajian nikahan Lolita. Segitunya Rosi sama Bunda, Ndra." Suara Bunda mulai parau lagi dan isak tangis pun pecah kembali. "Sekarang dia udah pergi. Ninggalin Bunda. Itu orang baiknya gak ketulungan. Waktu Ayah meninggal dan Bunda harus cari uang untuk kalian, Rosi yang pasang badan modalin Bunda buka warung nasi."

Little Things About You (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang