02.

4 0 0
                                    

"Neng!"

Yang dipanggil tidak menggubris. Dia masih tetap memandang Baskara dengan seksama. Menatap wajahnya serius.

"Lika!"

Astaga siapa sih ganggu aja udah tau moment kek gini jarang jarang.

Tak lama, Lika merasakan tangannya dicubit kencang. Matanya terpejam, membuka perlahan dengan amarah yang memuncak.

Baru saja membuka matanya sempurna, Lika kaget bukan main di hadapannya sudah bertengger manis wajah sang kakak, Lentera.

"ANJIR SETAN!"

PLAK!

DUG!

Satu pukulan keras melayang tepat di betis Lika. Dan bersamaan saat itu juga ia terjembab jatuh ke lantai dengan kepala yang menyenggol sedikit ujung meja, membuat dia meringis kesakitan.

"Huaaaa Abang jahattt."

"Lagi lo gue bangunin gak bangun bangun. Ayo kita lari pagi."

Ajakan Lentera tak di gubris, Lika masih sibuk mengusap kepalanya yang nyut-nyutan.

Masih berfikir, tadi dia dilamar Baskara kok sekarang malah ada di kamar. Kan aneh banget ya.

"Neng? Eh anjir bocah kesambet apa sih."

"Mbahmu kesambet. Baskara mana?" Dahi Lentera mengkerut pertanda bingung.

"Ya di rumahnya lah kenapa nanya ke gue coba. OH GUE TAU LO ABIS MIMPIIN DIA KAN? MANGKANYA GAK BANGUN BANGUN. MIMPIIN APA LO DEK NGAKU?!"

Wajah Lika memerah. Malu. Malu terciduk dengan Abang sendiri. Berikutnya, Lika menarik lengan kekar Lentera, menyeretnya keluar kamar.

"Keluar dulu ah gue mau ganti baju."

"Dek elah mimpiin apa sih? Baskara sebelahan kok rumahnya, dek elah."

"Berisik anjir!" Teriak Lika sambil melempar buku ke pintu kamarnya.

"Astaga Lika bodoh banget sih, Lo cuman mimpi kenapa malah nanya beneran. Yaallah bego banget!"

10 menit kemudian...

Mereka berdua sedang jogging keliling komplek. Tentunya dengan Lentera yang selalu menggoda Lika dengan Baskara. Kesel setengah mampus tapi Lika belaga Cool.

"Ciee Lo mimpi nikah ya dek?"

"Bang apaansih."

"Ciee adek gue udah besar ternyata."

Lika memasang earphone nya. Dan selanjutnya ia berlari menjauh dari Lentera sambil menengok ke belakang dan menjulurkan lidah.

"Wlee."

Dug!

Astaga, ini gue nubruk apa ya kok empuk gini sih.

"Ekhem."

"Eh eh maaf maaf." Lika berucap dengan keadaan yang masih menunduk.

"Loh, Neng?"

Ini kayaknya suara bunda Baskara deh.

Lika menoleh ke kiri, "Eh aduh bunda toh," Lika salim, "bunda sendiri aja?"

Bunda Baskara tersenyum sambil melirik ke kiri, yaitu hadapan Lika. Dalam hati, Lika berdoa agar manusia di depannya itu bukan Baskara, tapi kakaknya aja gapapa deh. Dari pada salting kan bisa bahaya.

"Eh maaf gak keliatan." Baskara terkekeh.

"Kamu sama siapa Neng?"

"Itu sama a-" Lika menoleh, mencari keberadaan Lentera, "bang."

"Mana Lentera?"

"Eh aduh, kayaknya udah pulang Bun. Yaudah neng pulang juga ya."

"Eh jangan, mending temenin bunda sama Popo ke tukang sayur di depan. Yuk?" Ajak bunda halus, Lika bingung menolaknya bagaimana.

Ah ya namanya Baskara Putra. Biasa dipanggil Popo, soalnya dulu tuh kata bunda, Baskara itu suka banget sama Pooh dari umur 2 tahun. Nah pas umur segitu kan belum bisa ngomong ya, jadinya Baskara bilangnya Popo. Jadi panggilannya sampe sekarang deh.

Akhirnya, berakhirlah Lika bersama Bunda dan Baskara di tukang sayur.

"Aduh ieu si Eneng cantik tumben ka dieu? Biasanya pan nungguan di imah."

"Hehe iya mang, nemenin bunda."

"Ah iya bunda lupa kamu suka masak ya?" Lika tersenyum kaku sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Iya bun, kalo ada bazar makanan di kampus, beuh itu pada ngejejer pengen beli makanannya."

Hening...
Hening...

Itu Baskara muji atau gimana sih?

"Wah, bisa dong kapan kapan kita masak bareng ya neng?"

Hening...

"Neng?"

"Ah iya bun, bisa dong hehe."

"Yaudah atuh mang ada bumbu gulai? Sama ayam deh."

"Ah, ini bun. Ini aja?"

"Iya itu aja. Baraha?"

"56.000 Bun. Neng teu meuli oge?"

"Nteu mang, masih ada kalau buat hari ini mah."

"Oh kitu, enya atuh."

•••

Holla gais!! Part 2 update nihh. Pantengin terus ya cerita banana! See you on the next part! Jangan lupa vote dan commentnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 22, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

If You ReadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang