Chapter 02

881 84 4
                                    

Tetap berikan dukungan untuk cerita ini meski sudah tamat ya 😁😍💜
























"Aku akan pergi bekerja."

Sosok pemuda cantik bertubuh mungil itu terlihat sibuk dengan penampilannya. Ia memeriksa kembali riasan di wajahnya yang biasanya tetap cantik meski tidak memakai riasan. Kecupan di bibir ia berikan pada sang kekasih setelah selesai memeriksa penampilannya. Ia keluar dari rumah mewah seorang Jeon Jungkook dengan suasana hati yang cerah seperti biasanya. Jungkook tahu seberapa besar rasa bahagia Park Jimin. Ia sangat mengetahui apa yang sang kekasih rasakan.




"Pulanglah dengan selamat, sayang." Sebuah senyum kecil Jungkook tunjukkan pada udara. Ia mengusap sudut matanya yang sedikit basah. Ia tidak menangis, hanya ada debu yang masuk ke matanya.




































Indahnya warna oranye ketika sore hari selalu membuat pemuda Jeon merasa senang dan tenang. Ada begitu banyak kenangan indah yang terjadi saat sore hari. Pertemuan pertamanya dengan pemuda Park, kencan pertama, menyatakan perasaan, pertama kali saling berbagi kehangatan. Semua itu terjadi saat matahari hendak beristirahat.


"Jungkook?" Suara manis yang menyapanya tidak ia respon. Bukan marah, ia hanya tidak bisa mendengarnya dengan baik.

Sebuah tepukan kecil Jimin berikan di bahu kokoh sang kekasih. Pemuda Jeon menoleh dan tersenyum. Mereka berpelukan selama beberapa detik untuk melepas rindu.

"Kau … sudah … makan?" Jungkook mengangguk setelah memahami kalimat sang pujaan. Ia tersenyum dengan sangat lebar.

Pemuda Park mengeluarkan sebuah buku kecil dan pena dari tas kerjanya. Ia menuliskan sesuatu di sana. Setelahnya ia memperlihatkan apa yang baru saja ia tulis pada pemuda Jeon.




'Bolehkah rekan kerjaku menginap untuk malam ini saja? Semua hotel penuh dan dia tidak menemukan tempat tinggal.'

Jungkook tersenyum hangat pada sang kekasih hati. Ia menganggukkan kepalanya. "Tentu saja tidak apa-apa, hyung. Kunci kamar tamu ada di tempat biasa."

"Jungkook, kau benar-benar menolongku! Dia rekan kerja yang cukup berpengaruh untukku makanya aku harus bersikap baik agar aku segera dipromosikan. Terima kasih, sayang."

Suasana kamar kembali sunyi setelah Jimin meninggalkan kamar utama. Pemuda Jeon senang jika sang kekasih merasa senang. Ia selalu bisa menjadi kekasih yang sanggup melakukan apa pun untuk membahagiakan pujaan hatinya.









































Tidur pulas pemuda Jeon terganggu karena sebuah mimpi buruk yang menjadi bunga tidurnya. Ia mengatur napasnya yang memburu agar kembali normal. Ia melihat ke arah kiri dan seluruh isi kamar. Namun hanya ada dirinya seorang di kamar luas bernuansa putih dan hitam itu.

Detak jantungnya mulai berdetak dengan tidak normal. Jantung sehatnya berdetak keras, bahkan lebih keras daripada saat ia sedang mempersiapkan diri untuk melamar sang pujaan. Wajahnya ia usap dengan kasar. Matanya ia pejamkan sekuat mungkin. Ia juga mencoba menenangkan pikirannya.

Sampai sebuah suara yang cukup keras mengejutkan sosok gagah itu. Ia terlalu takut untuk mendengarkan suara selain suara dirinya dan sang kekasih saat sedang sendirian. Sebuah bantal ia ambil untuk menutupi telinga dan wajahnya.

"Jimin hyung …," panggil pemuda Jeon. Dalam hati ia memohon pada sang Pencipta agar mendapatkan kembali rasa tenangnya. "aku takut."






























"Tolong usap punggung dan kepalaku."


























TBC …













©daιnιғeι yυzι
—February 25, 2020—

✔ Orecchio / Ear [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang