Musim gugur. Persis seperti namanya, pada musim ini banyak sekali daun-daun berguguran.
Musim paling menyenang menurut Komori Kumiko, sang Pilar Hantu.
Di bawah pohon yang sedang menggugurkan daunnya Kumiko berada. Jika kau perhatikan lebih seksama, kau dapat melihat binar senang dalam kedua manik ungu miliknya karena melihat daun-daun kejinggaan yang beterbangan dimana-mana.
Seolah teringat sesuatu, Kumiko berlari ke dalam rumah. Rumah yang lumayan luas, pemberian Oyakata-sama. Setelah beberapa saat, Kumiko keluar dengan membawa sebuah sapu lidi.
Dengan semangat namun tertutupi wajah tripleknya, Kumiko menyapu dedaunan di pekarangan dan mengumpulkannya menjadi satu.
Sekarang, dihadapannya terdapat sebuah gundukan jingga berukuran sedang.
'Letusan jingga' itulah nama yang Kumiko berikan untuk aksinya kali ini. Dia sudah membayangkan melemparkan dirinya kedalam gundukan daun-daun itu. Menyenangkan sekali.
Gadis pemilik rambut sebahu itu menyenderkan sapunya di pohon terdekat. Kemudian mengambil ancang-ancang untuk melompat, namun terhenti saat seseorang menabrak gundukan itu.
"Komori-san! Ohayou!" Sapa orang tak diundang itu. Namioka Shiro namanya, seorang iblis yang memasuk organisasi pemburu iblis. Hingga saat ini belum ada yang mengetahui identitas aslinya.
Kumiko berdiri tegak kemudian menatap Shiro dengan tatapan datar andalannya. "Ada perlu apa?" Tanya Kumiko langsung to the point.
"Tidak apa apa! Aku hanya ingin menyapamu, karena nanti kita akan menjalankan misi bersama!" Jelas Shiro singkat namun penuh semangat. Kumiko mengangguk pelan lalu menghela napas.
"Hanya itu?"
"Iya!"
"..."
"Kalau begitu saya permisi, Sampai nanti Komori-san!" Setelah itu gadis berambut putih dengan hiasan bulat tosca pergi meninggalkan kediaman pilar hantu.
Kumiko menatap kepergian pemburu iblis berpakaian serba panjang itu sejenak, lalu mengambil sapu dan kembali mengumpulkan dedaunan. Gundukan daun kali ini lebih besar dari sebelumnya.
Tidak mau kejadian tadi terulang lagi. Cepat-cepat Kumiko meletakan sapunya dan mengambil ancang-ancang.
"Yo! Kumiko!"
Lagi-lagi seseorang datang dan merusak gundukan daun yang sudah susah payah Kumiko kumpulkan.
Orang yang datang kali ini memiliki rambut putih dan beberapa bekas luka di badan dan wajahnya. Shinazugawa Sanemi, rekan sesama pilar Kumiko atau lebih tepatnya Pilar Angin.
Daun-daun jingga kemerahan berhamburan ke sana kemari akibat dihempaskan dengan penuh kekuatan. Sanemi sengaja, dan Kumiko tahu itu.
Sejak dirinya diangkat menjadi pilar Hantu, entah kenapa Sanemi selalu saja mengganggunya.
"Oi, Onna! Kenapa kau diam saja?" Tanya Sanemi santai, tidak menyadari aura hitam yang menguar dari gadis di hadapannya.
Wajah Kumiko yang memang datar kini semakin datar. Dengan cepat dia berjalan mendekati Sanemi lalu memukul perutnya keras.
Tak sampai di situ, Kumiko segera mengunci pergerakan Sanemi hingga pria itu merintih kesakitan.
"OI! LEPASKAN AKU!"
"KUSO ONNA!"
"OI! BAKA!"
Sanemi terus melontarkan kata-kata kasar. Seolah tuli, Kumiko sama sekali tidak mendengarkan Sanemi. Malahan dia semakin menguatkan kunciannya.
"Apa mau mu?!" Seru Sanemi. Kali ini dengan suara yang lebih kecil.
"...."
"JAWAB AKU OI!!" Sanemi kesal. Sanemi marah. Gadis ini jauh lebih menyebalkan dari Tomioka, batin Sanemi.
Menguatkan kunciannya lagi. Kumiko menjawab dengan suara lirih. "Minta maaf."
"Hah?"
"Cepat minta maaf, Codet." Balas Kumiko dengan penekanan di setiap katanya terutama kalimat terakhir. Meski wajahnya tenang nan datar, tapi auranya benar-benar menakutkan.
"Baiklah. Baiklah. Aku minta maaf. Sekarang lepaskan aku," ujar Sanemi tidak ikhlas. Kumiko menghela napas kemudian melepaskan kunciannya dan menjaga jarak dari Sanemi. Waspada jika pria yang terkenal barbar itu balas menyerangnya.
Sanemi memutar bola matanya malas melihat sikap Kumiko itu. Tidak mempedulikan Kumiko, Sanemi berjalan menjauh sambil menggerutu.
Kumiko memiringkan kepalanya heran. Dia tidak mengerti jalan pikiran rekan sesama pilarnya itu. Sanemi tiba-tiba datang membuatnya marah kemudian pergi begitu saja.
'Dasar aneh,' pikir Kumiko.
Gadis itu kembali menghela napas. Kumiko berjalan memasuki rumah, dirinya hendak membuat teh. Rasa kesal membuatnya malas melanjutkan kegiatannya yang gagal berulang kali.
Selesai membuat teh, Kumiko membawa cangkir itu menuju teras rumah dan menatap birunya langit yang berhias awan putih.
Baru saja Kumiko hendak meminum tehnya, sebuah tangan menariknya kuat menuju suatu tempat.
"Shinazugawa-san?" Tanya Kumiko pada orang yang ternyata Sanemi. Bukannya menjawab, Sanemi mempercepat laju kakinya.
Sanemi berhenti di hutan tak jauh kediaman Kumiko. Sedikit catatan, Kumiko meminta Oyakata-sama membangun rumahnya di dekat hutan karena dia tidak mau terganggu keramaian penduduk.
"Lihat ini!" seru Sanemi sambil menunjuk gundukan daun yang lumayan besar. Kumiko sedikit terperangah meilhatnya.
"Ini kan-"
"Terserah kau mau melakukan apa pada kumpulan daun ini. Asal kau tidak mengunciku seperti tadi," jelas Sanemi dengan raut wajah tidak bersahabat.
"Dan maaf karena membuatmu marah," gumam Sanemi lirih, lirih sekali. Namun Kumiko dapat mendengarnya, senyum tipis terukir di wajah gadis itu.
"Shinazugawa-san, arigatou," ujar Kumiko sebelum dirinya melompat ke dalam kumpulan dedaunan itu. Helai jingga berhamburan kemana-mana dengan indah.
Sanemi melongo menatap gadis yang biasanya kaku itu, malah bertingkah kekanakan sekarang.
Iseng, Kumiko meraih tangan Sanemi lalu menariknya hingga terjebak dalam gundukan daun itu.
"OI!"
"Gomennasai, aku sengaja," balas Kumiko watados.
Musim gugur kali ini juga menyenangkan. Mungkin paling menyenangkan sejauh yang Kumiko ingat. Ditemani daun-daun yang berguguran, Kumiko akan mengingat momen ini. Dan menunggu musim gugur berikutnya.
End
Musim gugur (1/4)
818 word
KAMU SEDANG MEMBACA
Every Season ★ SaneKumi [✓]
Fiksi PenggemarChara X OC [Shinazugawa Sanemi X Komori Kumiko] Setiap musim memiliki kisah tersendiri bagi Sanemi dan Kumiko. Dari semua musim tersebut, ada satu musim yang paling berkesan bagi mereka. Project and cover by @shirorein Kimetsu No Yaiba © Koyoharu Go...