Bab 3

8.2K 440 4
                                    

"Sekarang hubunganmu dan Hali sudah jelas jadi kapan kalian mau ketemu sama orang tua Hali?" tanya Imah, Ibu Marisa. Wanita itu tahu akan hubungannya dengan anak mantan majikan.

Dia sangat ingin melihat putri sematawayangnya menikah dengan orang yang ia cintai dan orang beruntung tersebut adalah Hali. Tidak seperti Della-Ibu Hali, Imah sangat mendukung hubungan Marisa bersama Hali.

Meski merasa tidak enak hati tapi Imah menginginkan Marisa bahagia. Setidaknya hanya itu yang bisa dilakukan sekarang. Akhir-akhir ini dia sering sakit dan tidak berdaya. Imah merasa waktunya tidak akan lama lagi untuk hidup. Mungkin karena semua dosa-dosanya di masa lalu hingga Imah merasakan penderitaan di masa tua.

Imah sama sekali tidak mengeluh bahkan menerima dengan lapang dada. Imah sadar apa yang ia lakukan tidak bisa dimaafkan dengan mudah tapi di sisi lain perasaan malu untuk sekedar meminta maaf tak bisa dibendung oleh wanita itu.

Masalah akan menimpa hubungan Marisa dan Hali karena dia tapi Imah berjanji tidak akan lari lagi. Demi bahagianya Marisa, dia harus mengubur perasaan malu.

Di dalam apartemen yang kecil mereka berdua hidup amat sederhana. Kendati Marisa memiliki seorang pacar nan kaya, tak pernah terlintas sekalipun di benaknya untuk memanfaatkan Hali.

Dia sungguh mencintai Hali dan tak mau kekasihnya tidak merasa nyaman. Sampai sekarang Marisa terus memegang teguh prinsipnya itu. Soal pendapatan, Marisa memiliki dua pekerjaan dengan shift yang berbeda.

Rumah mereka memanglah sederhana namun tidak mengapa. Selagi bisa ditinggali dengan nyaman, Marisa dan Imah akan tetap bertahan sampai memiliki uang untuk mendapat rumah yang lebih bagus. Mungkin akan lebih sedikit lama mendapatkan rumah bagus mengingat sebentar lagi Marisa akan menikah.

Tabungan rumah nanti beralih fungsi membayar pernikahan. "Hali akan mencari waktu yang pas. Ibu tahu, kan dia sangat sibuk." Marisa menjawab.

"Ya Ibu tahu kok, Ibu cuma ingin memastikan kalau dia memang serius."

"Dia serius Ibu, ini buktinya." Marisa memperlihatkan cincin yang berada di jari manis. "Tapi aku tidak mengerti Ibu, kenapa Ibu Hali membenci kita? Dulu saat Ibu bekerja di rumah mereka, aku disayangi layaknya putri mereka tapi sekarang jangankan bertemu menitip salam saja mereka tak mau."

Imah tertunduk lesu. Sepertinya ini akan menjadi masalah yang sangat rumit. "Pemikiran, perasaan orang berbeda-beda tiap harinya. Mungkin ada beberapa hal yang membuat Ibu Hali kurang suka dengan kita,"

"Tapi apa alasannya."  Kalut dengan pertanyaan yang tak bisa ia jawab, suara ketukan pintu membuyarkan lamunan mereka.

Marisa segera membuka pintu ketika ketukannya menjadi lebih besar lagi. Dia sungguh tak sabaran. Pintu terbuka menampakkan sosok Della.

"Tante," ucap Marisa terkejut. Sama dengan putrinya, Imah juga sangatlah terkejut akan kehadiran Ibu Hali.

"Aku langsung ke point utama saja, berikan cincin yang Hali kasih ke kamu." Marisa termangu. Sungguh bukan sesuatu yang ingin Marisa dengar.

"Kenapa diam saja? Berikan cincinnya cepat!" paksa Della lagi. Tampaknya ia sangat serius. "Kau pikir aku mau berikan restu sama anak dari wanita murahan seperti kamu!"

Marisa yang awalnya diam saja langsung tersulut emosi. Dia segera melepas cincin pemberian Hali. "Tante bisa menghina saya tapi jangan pernah menghina Ibu saya!"

"Memang begitu kenyataannya kok." Della lalu mengalihkan perhatiannya pada Imah. "Kau tak bilang pada anakmu ya soal kejadian waktu itu?"

Imah diam tak menanggapi malah ia menundukkan kepalanya sedih. "Kenapa kau memasang ekpresi begitu hah?! Jangan berpura-pura kau korban di sini! Kau pelaku utamanya. Andai saja kau tak melakukan hal itu mungkin aku mau memberikan restu pada mereka."

Dilema [Pindah Di Innovel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang