to próto

243 32 2
                                    


Roma.

"Selamat datang kembali, Pangeran". Sang pangeran terlihat acuh melewati dayang tersebut, ia buru buru pergi ke kamarnya karena ia malas bertemu dengan ayah dan ibu tirinya.

Sesampainya di kamar, Theodore melihat-lihat keadaan sekitar. Tidak ada yang berubah disini, semuanya tetap sama bahkan foto keluarga sebelum mendiang ratu Meredith meninggal dunia.
Ia merebahkan tubuhnya dan menatap langit langit kamar, dan berfikir. benar benar tidak ada yang berubah disini bahkan-

"Kau baru sampai? mengapa tidak menyapaku?" Suara ini, suara orang yang Theodore benci, suara orang yang ia tak ingin lihat.

"Kau baru sampai? mengapa tidak menyapaku?" Suara ini, suara orang yang Theodore benci, suara orang yang ia tak ingin lihat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa yang kau lakukan di kamarku?"

"Tentu saja menyapamu. Bagaimanapun, aku tetap ibumu. Aku istri dari ayahmu dan aku seorang ratu." Theodore mendecih mendengar ucapan ibu tirinya. Ia benar benar sangat membenci wanita itu.

"Aku sedang lelah, dan aku tidak ingin berdebat dengan siapapun. Aku mohon pergilah dari sini." Oretha terlihat tidak suka dengan ucapan Theodore, ia pergi begitu saja.

Oretha, dulu ia begitu mengagumi gadis itu mendambakan gadis itu dan menginginkan gadis itu, hingga akhirnya gadisnya lebih memilih harta dari pada cintanya yang tulus. Oretha lebih memilih sang raja dengan takhta dari pada sang pangeran dengan cinta. Theodore juga sangat yakin bahwa Oretha lah yang membunuh ibunya, mengingat Oretha adalah dayang sang mendiang ratu. Seakan buta oleh cinta, ayahnya tidak peduli akan itu ia tetap menikahi Oretha dan memberinya adik perempuan yang begitu ia sayangi, adik perempuan satu-satunya, Princes Galeia.

Theodore sebenarnya sangat tidak betah berada di rumah, melihat ayahnya yang suka semena mena, melihat oretha, si penjilat ia muak dengan semua itu. Melihat rumah ini sama saja mengenang lukanya dulu, Ketika keluarganya masih utuh, dan cinta sejatinya Oretha.

Ya, Theodore pernah mengagumi Oretha ketika mereka masih sama sama berumur remaja. Saat itu Oretha adalah gadis biasa yang ibunya angkat menjadi dayangnya, ia mengagumi paras Oretha yang secantik dewi Aporodhite, ketangguhanya. Namun rasa itu hilang dan berubah menjadi benci ketika ayahnya mengumumkan akan menikahi Oretha. Theodore yang semula begitu mendamba, mengibarkan bendera perang untuk ayahnya.

"Ibu, aku pulang." Ia menatap foto ibunya, foto keluarganya yang tampak bahagia.

"aku pulang untukmu ibu, juga Caius dan- Galeia." Memang benar ia begitu membenci Oretha, sangat membencinya. Namun tidak dengan Galeia, menurutnya Galeia tidak salah apapun. Ia tetap menyayangi Galeia seperti ia menyayangi adiknya yang lain.

Theodore menghela napas, ia harus segera menemui ayahnya untuk membahas tentang pekerjaan. Ini memuakan, tapi ia tetap profesional sebagai pangeran.

"Tuan, Raja akan mengganti formasi mengenai pengamanan tuan." ucap Feredic, tangan kanan Theodore. Ia adalah sahabatnya waktu kecil dan ia sangat mempercayai sahabatnya itu.

T h e   ℛ o y a l s. ( discontinue )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang