Inseparable

671 56 5
                                    

Typo bagaikan micin dalam makanan
.
Happy reading
.
.

   Angin bertiup cukup kencang pagi ini, Surai pirang Kris bergerak seiring dengan hembusan salah satu elemen klasik tersebut. Wajah tampan itu tampak sayu, kantung mata menggelayuti manik hazelnya. Hembusan nafas pemuda jangkung itu terdengar berat, seolah dihimpit beban berat.
Ini sudah dua minggu dia tak bertemu sang kekasih. Hatinya rindu. Bagaimana keadaan pemuda manis itu sekarang? Kris meremat rambutnya kasar, memikirkan hidupnya membuat dia sakit kepala.

   "Kris?" Panggil ibunya mengetuk jendela kaca yang menjadi pembatas kamarnya dan balkon.

Kris enggan menoleh dan menyahut. Tapi tak mungkin dia mengabaikan wanita itu, kerapuhannya disini juga karena ingin membahagiakan sang ibu.
Kris melatih bibirnya tersenyum sebelum berbalik.

  "Ya, Bu?" Sahutnya dan berbalik, memasang sebuah senyuman.

  "Makanlah, ibu sudah menyiapkan sarapan kesukaan mu" ujar wanita itu memoles sebuah senyuman hangat.

Kris tak bersuara lagi, mengikuti langkah ibunya.

  "Makanlah yang banyak" Wanita itu kembali tersenyum dan meletakkan beberapa makanan di piring sang anak.

Kris memulai sarapannya, rasa itu tak seperti yang biasa, lidahnya rindu masakan Suho. 2 tahun lamanya, Kris terbiasa dengan semua yang berkaitan dengan pria manis itu.

  "Kenapa, Kris?" Tanya sang ibu melihat kerutan di dahi putranya.

   "Tak apa, Bu. Masakan ibu enak sekali"

Lagi. Senyum palsu itu disematkan pada bibir merahnya yang kering.

Tak banyak kata lagi setelah itu, Kris larut dalam lamunannya. Dan Yoona hanya mampu memperhatikan gerak-gerik pemuda itu.
.
.
.
  Cafe yang memiliki papan nama Angelic Smile itu tampak ramai, para pekerja tampak sibuk melayani pelanggan mereka.

  "Pergilah dari dapur ku, hyung" decak sang pemilik cafe melihat pria berperut buncit yang sibuk memasak itu.

Pria bermarga Kim membalas dengan sebuah cengiran lebar. Si boss menggeleng gemas.

  "Oh ayolah, Chen belum semiskin itu untuk membiarkan istrinya yang hamil besar pergi bekerja" pemuda manis ini masih betah mengomeli sosok bulat didepannya.

  "Jangan adukan pada Chen, anak itu tak mengizinkan aku memasak dirumah"

Pria hamil itu merengek dengan mata berkaca-kaca. Siapa yang tega?

  "Chen benar, lihatlah perutmu hampir meledak"

Boss dengan gelar Angel itu menepuk halus punggung sang hyung mencoba memberi pengertian.

   "Tapi Nini suka memasak, dia akan berontak kalau aku tak berada di dapur"

Pria berpipi chubby itu akhirnya terisak, Suho bingung.

   "Baik, baik. Kau boleh memasak tapi ingat, jangan sampai kelelahan"

Pada akhirnya pemuda manis itu mengalah, si buncit tersenyum puas dan kembali ke acara masak memasaknya.

Suho kembali ke ruangan pribadinya. Selama ini dia berusaha menyibukkan diri agar tak mengingat Kris. Bukan, Suho bukannya ingin melupakan pria tampan itu. Hanya saja dia merasa terlalu sakit mengingat Kris saat ini. Pemuda manis itu menyandar pada sofa empuk di ruangan yang merangkap sebagai huniannya 2 minggu terakhir ini.

Tokk.. tokk..

  "Masuk saja" sahut Suho dan  memperbaiki posisi duduknya.

Inseparable✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang