"Genius. Kau tidak akan menjadi pintar dengan membaca buku terbalik." Namjoon pergi dengan memberi pukulan ringan di kepala Jennie dengan buku kecil di tangannya.
Jennie mengulum bibirnya. Kedua matanya terpejam. Dalam hati ia bersumpah-serapah. Dia bukan gadis baik dan dia adalah wanita yang sedikit bar-bar. Yang dilakukan Namjoon hinaan baginya. Dengan pasti, sebagai balasan Jennie melempar buku di tangannya tepat mengenai kepala Namjoon.
Jennie bersiap kabur saat Namjoon tengah berjongkok mengambil buku yang dilemparnya, ia malah mendapati book note di pangkuannya. Ia mengatur ekspresi begitu tertangkap basah dan menjulurkan lidahnya.
"Kembalikan ketempatnya." Jennie melambaikan tangan dan pergi berlawanan arah. Sedikit jauh ia berlari kabur.
"Ujianmu 30 menit. Hope you lucky, Jendeukie!"
"Kim Namjoon, sialan!" Jennie berseru di tengah taman. Namjoon tertawa meninggalkannya dan memainkan buku yang ada di tangannya.
"Benar-benar pemalas." Ia meletakan buku di meja penjaga. Menyapa singkat temannya yang bergiliran piket. "Hai. Oh... Itu novel milik Jennie."
Mereka mengangguk. "Namjoon sunbae."
"Ada apa?"
"Bantu kami dengan sastra ini."
"Untuk itu apa imbalannya?"
Hei! Namjoon bukan orang jahat. Dia perduli, dan setiap waktunya ada harganya. Namjoon menunggu mereka yang berbisik. Ia samar mendengarkannya. Mereka menatapnya. "Ada buku yang ingin sunbae beli?"
'Tidak. Kalian bahasa? Bukan ini hari ujian? Pergilah ke kelas. Jam 2 di Subway, tunggu aku disana."
Mereka melihat jam dan berpamitan pada dua wanita yang datang menggantikan mereka. Mereka juga berterima kasih pada Namjoon sebelum keluar. Dua wanita itu juga menyapa Namjoon. Namjoon hanya mengangguk dengan senyum canggung karena mereka.
"Novel itu milik Jennie, Kim Jennie." Ia mengingalkan dua gadis itu sebelum pergi.
--
Ujian berlangsung. Semua dengan laptop dan gajed masing-masing membuka link yang baru dibagikan. Dengan laptop dihadapannya Namjoon mengawasi kelas. Ia asisten dosen, sejak tingkat 2 khusus untuk matakuliah sastra. Bayarannya tidak seberapa, cukup baginya sekedar untuk membayar kopi.
90 menit berlalu begitu cepat menurut Jennie. Ia baru mengecek beberapa soal sebelum instrupsi mengingatkan waktu tambahan 2 menit untuk mengecek kembali identitas mereka. Ia mendesah, sedikit lega dan ketakutan akan hasilnya yang langsung keluar. Tidak buruk untuk nilai 82. Ia lulus.
Satu persatu dan beberapa orang yang berkelompok mulai meninggalkan kelas. Jennie menuruni tangga ke bawah. Ia mendekati Namjoon. "Masih lama?"
"Kenapa? Hanya merapihkan, sebelum mengrimnya."
"Wah, daebak... padahal aku duduk di sebelahnya."
"Kau saja yang tidak belajar."
"Kemana kita?" Ia bertanya dan berjalan di sebelah Namjoon.
"Subway. Mau makan gratis kan?"
Dua orang yang sudah membuat janji dengan Namjoon duduk menunggu kedatangannya. Mereka menyapa Namjoon. "Maaf membawa pacarku."
Mereka menyanggah. "Tidak. Tidak apa. Aku akan memesan satu lagi."
Jennie duduk di sebelah Namjoon. Dua orang itu memberikan buku referensinya dan Namnjoon mengajari mereka. Namjoon melirik ke sampingnya saat Jennie juga ikut terfokus.
"Ah jadi itu." Lepas begitu saja setelah Jennie mengerti. "Mengapa maknanya jadi sulit saat kuliah."
"Karena itulah aku membawamu kemari."
Tidak ada yang menyebalkan bagi Jennie selain Namjoon yang sudah memuji dirinya sendiri. Kalimatnya mengatainya secara tidak langsung bodoh. "Aigoo... itu tugasmu juga? Kerjakan hari ini. Aku akan memberikan masukan, nanti."
"Mengapa oppa tidak mengerjakannya untukku."
***
Hari kesekian dan aku sudah sangat jenuh dengan tumpukan lemak dikaki😑
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Fun with NamJen
Fanfic[ONESHOOT] Namjen adalah orang tua kedua saya... Ini bentuk kecintaanku padanya. Sepenggal kisah-kasih tentang mereka yang di rangkum dalam satu cerita setiap bagiannya.