Aku baru saja mendudukkan diri dikursiku saat ponsel ku bergetar. Aku tahu pasti yang mengirimiku pesan, setidaknya aku tahu bekal yang tadi ku simpan didapatinya.
Aku meletakkan kotak susu yang tadi ku beli sebelum kesekolah di atas meja, berganti meraih handphone disaku seragamku.
Tiang basket.
Kenapa gak bangunin gueTiang basket.
Btw, ini bukan masakan gagal Lo kanAku terkekeh saat membaca pesan terakhir yang di kirimnya, dengan cepat aku membalas.
Iya, gimana enak?
Aku tertawa, meraih kotak susu di meja lalu meminumnya. Dengan pandangan menatap ponsel menunggu balasan.
Tapi cukup lama, tak juga ada balasan. Aku mendengus, gimana mau dibalas kalo dibaca aja enggak.
"Mungkin lagi dijalan" aku berpikir positif, meletakkan ponselku diatas meja.
Pandanganku menyeluruh, memandang keadaan kelas yang kosong. Ini memang masih pagi, benar benar pagi. Tadi saja saat dikorodor aku hanya mendapati anak anak OSIS atau paskibra saja. Biasa mereka selalu sibuk dihari Senin untuk mempersiapkan upacara.
Aku menegak kembali susu kotak ku, lalu merunduk mengecek apa sudah ada balasan darinya, tapi tidak. Ah aku yakin dia baru saja bangun, dan sedang membersihkan diri.
Aku menyandarkan tubuhku di sandaran kursi, menatap ponsel yang tergeletak di meja tanpa henti. Sungguh masih ada rasa penasaran yang tumbuh di otakku. Aku mendengus, merasa bosan dengan menunggu akhirnya aku bangkit, meraih kotak susu yang tinggal seperempat isinya itu lalu melangkah keluar kelas. Aku meminum habis susu kotak itu, lalu melemparkannya ke tempat sampah.
Aku berdiri bersandar pada daun pintu kelas, mengelap bibirku yang terasa basah. Pandanganku beralih pada lapangan didepan sana, memandang apa saja yang ditangkap penglihata ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST FRIEND
Teen Fiction'kita hanya teman kan?' Ia berdiri diambang pintu rumahnya, menatapku yang membeku. Rasanya sesuatu menghantam kuat dadaku, jika tak tahu waktu aku mungkin sudah menangis mengeluarkan semua rasa sesak di dadaku. Dengan kaku aku mengangguk. "Hm hanya...