Aku mencuri pandang ke arah Bayu yang menatap serius ke jalanan yang masih macet, meskipun sekarang sudah jam 10 malam. Aku menggigit bibir. Tak tahu harus berkata apa untuk memecahkan keheningan yang lebih mencekam dibandingkan nonton pilem Suzanna di malam Jum’at Kliwon tanggal 13. Apa aku harus mecahin gelas, biar ramai? Biar mengaduh sampai gaduh? :D
“Dokter Bay…”
“Dokter Padmi, malam ini sibuk nggak? Kalau misalnya… Kita nggak langsung pulang, gimana?” Bayu menoleh menatapku, sebelum aku sempat menyelesaikan ucapanku. Aku melongo.
“Emmm…” Nggak langsung pulang?
“Tapi kalau sibuk ya nggak apa-apa, sih. Saya antar Dokter Padmi pulang dulu…” Bayu menatapku intens dengan matanya yang membius itu.
“Eeeng… Nggak kok, Dok. Nggak sibuk. Besok saya off. Terserah Dokter Bayu aja, enaknya gimana…” aku salah tingkah membalas tatapannya. Sekujur tubuhku menghangat. Astagaaaa, Padmiiii!!!
“Temani saya, ya? Sebentar saja…” suara Bayu melirih. Lalu dia menghela nafas, dan kembali menatap ke jalan, karena mobil di depan kami mulai bergerak. Aku menggigit bibir, sambil menatap Dokter Bayu prihatin. Mengasihani nasibnya yang malang. Tak ayal, pikiranku pun melayang pada adegan sinetron yang baru saja terjadi.
***
Aku saja keselek puding sampai terbatuk-batuk, saat adik tiriku yang cantik jelita namun berhati dua itu mengguncang meja makan dengan pengumumannya yang menghebohkan. Apalagi Bayu. Yup, Silvia is telling us that she’s getting married. Dan bukan dengan Bayu, yang notabene adalah pacarnya selama setahun ini. Ternyata oh ternyata, Silvia sudah berpacaran dan sekarang, bertunangan, dengan seorang laki-laki asal Perancis, yang mempunyai usaha restoran di Singapura dan beberapa negara lain. Show-shownya di Singapura itu? Bohong semua. Dia kesana untuk menemui pacarnya. Katanya siiih, dia ketemu si Pierre ini di Singapura saat dia show, sekitar 4 bulan yang lalu. Daaan, mereka pun jatuh cinta, berpacaran, dan Pierre melamarnya kemarin sore saat mereka makan malam di salah satu cabang restoran si Mas di Jakarta ini. Silvia ingin memperkenalkan calon suaminya pada Papa besok malam. Sebenarnya sih, Silvia ingin memperkenalkan Pierre malam ini juga, tapi mendadak Pierre ada kesibukan yang tidak bisa ditinggalkan. Jadilah Silvia mengumumkan pertunangannya sendirian. Memamerkan cincin raksasa yang khusus dipesan Pierre di Bvlgari untuk pertunangan mereka. Sounds romantic, eh? Iya, romantis buat Silvia. Musibah buat Bayu. Dia hanya terdiam menatap Silvia, yang tanpa rasa bersalah mengoceh tentang kebahagiaannya dilamar oleh Pierre, sementara Papa menatapnya penuh horor. Silvia baru berhenti mengoceh saat Papa memotong ucapannya dengan telak.
“Lalu, bagaimana dengan Dokter Bayu?” tanya Papa dingin sambil menatap Silvia. Nada suara itu hanya Papa gunakan saat beliau marah. Well, walaupun aku jarang bersama Papa, tapi aku tahu bagaimana beliau saat marah. Dan tampaknya Silvia pun tahu. Dia langsung diam, dan menatap Papa takut-takut. Aku menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah tak tahu malu Silvia. Hatinya terbuat dari apa sih? Ongol-ongol?
“Mmmm… Mmm… Silvia… Udah putus kok, sama Mas Bayu…” ujar Silvia lirih sambil melirik ke arah Bayu.
“Kapan?” Bayu memandang Silvia dengan mata hijaunya. Tatapannya sulit diartikan.
“Silvia, kali ini Papa benar-benar marah sama kamu. Kamu keterlaluan! Apa-apaan ini, menikah dengan orang lain saat kamu sedang menjalin hubungan dengan Dokter Bayu? Apa Papa pernah mengajari kamu untuk bertindak memalukan seperti itu?” Papa menatap Silvia tajam, suaranya ditekan sedemikian rupa.
Aku bergidik mendengar betapa dinginnya nada suara Papa. Ya ya, bukan Papa sih yang mengajari Silvia begitu. Ibunya mungkin? Haha, batinku sinis. Silvia diam menunduk. Aku beralih menatap Bayu, yang sampai sejauh ini, masih terdiam. Apa ya, yang ada di pikirannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
BAYU - PADMI : BUKAN CINTA BIASA
Romance"Never love anyone who treats you like you're ordinary." - Oscar Wilde - COVER BY : @crowdstroia (makassiiiihhh makasiiiihhh udah dibikinin cover yahhh... :D )