“Pagi, sayang! Pulang jam berapa kamu semalam? Jaga?” suara riang Mama menyambutku saat aku turun ke ruang makan dengan tampang kucel karena baru bangun tidur. Sehabis sholat Shubuh berjama’ah di masjid dekat rumah bersama Papa, aku molor lagi. Seperti biasa, Papa sudah duduk di kursinya di ujung meja, membaca koran sambil menikmati teh tawar dan semangkuk oatmeal. Aku meringis. Kasihan amat si Papa.
“Jam 2-an lah Ma. Nggak kok, nggak jaga. Pergi ke Ancol,” ujarku sambil mengusap wajahku dan duduk. Aku mengamati makanan yang ada di meja. Nasi goreng seafood yang tampak menggoda. Nyam. Aku buru-buru membalik piringku, dan mengambil centong nasi.
“Ke Ancol?? Ngapain?” tanya Mama penuh curiga. Aku nyengir.
“Naik wahana mobil goyang…” celetuk Papa sambil terkekeh. Membuat Mama mendelik.
“Papa! Ngajarin yang nggak-nggak sih!” omel Mama.
“Nhah ya… Ketauan, Papa sama Mama suka main begituan…” aku tertawa geli. Papa ikut tertawa. Mama makin cemberut.
“Bayu! Mama serius! Kamu nggak macam-macam kan? Ngapain coba, di Ancol malam-malam?” Mama menatapku tajam. Iiish, si Mama! Pasti deh, su’udzan. Gini-gini, aku kan anak baik-baik. Masih perjaka ting-ting!
“Lihat pantaaaiii, Mama… Berburuk-sangka aja nih. Bayu kan anak baik! Krishna noh, yang dulu suka macam-macam…” ujarku sambil mengunyah nasgor.
“Eeeh, malah ngeles! Krishna kan nggak kaya’ kamu! Gonta-ganti cewek kaya’ ganti sepatu!” omel Mama.
Nhah, kan. Ini nih. This is what we’ve called prejudice. Prasangka. Mentang-mentang aku suka gonta-ganti pacar, keliatannya bandel, suka dugem, langsung deh di-judge kalau aku pasti juga suka ‘macam-macam’. Padahal serius, aku masih perjaka ting-ting. 29 tahun cuma dipakai buat pipis doang. Aku nggak pernah ‘macam-macam’ sama semua pacarku. Paling pol sampe base 1. Nggak ada ceritanya lanjut ke base 2 dan base 3. Kalau nggak percaya, tanya saja sama mantan-mantanku. Gini-gini, aku masih takut dosa ya. Daaan… Takut kena penyakit juga. Hellow, gue dokter gituuuh. Gimana nggak parno kalau sejak jaman kuliah udah dijejelin berbagai macam hal seram soal PMS. Bukan premenstrual syndrome ya, tapi Penyakit Menular Seksual, walaupun sama-sama mengerikannya sih. Siapapun yang sudah pernah lihat secara live akibat dari penyakit sifilis dan gonorrhea, pasti bakalan ilfeel buat melakukan yang aneh-aneh. Tapi ya itu tadi. Karena track record-ku yang tampak suram, jadinya orang-orang cenderung berprasangka. Si Mama nggak tahu aja kalau Krishna pun hobi gonta-ganti cewek saat di London, dan sudah melakukan yang ‘macam-macam’ itu. Nasiiib gueeeh yaaa… Siapa yang bandel, siapa juga yang kena getahnya…
“Duuh, Mama. Bayu nggak ngapa-ngapaiiin. Beneran. Cuma lagi BT, jadi ke pantai. Pengen menenangkan diri…” aku menatap Mama lekat-lekat. Mama menghela nafas.
“Emang kamu BT kenapa?” tanya Mama, menunjukkan keprihatinan.
“Bayu… Putus sama Silvia,” ujarku.
“Alhamdulillaaahhh…” Papa dan Mama ber-hamdalah bersama-sama, persis kaya’ habis pengajian. Iisssh. Sungguh orang tua yang sangat pengertian!
“Terusin aja berdoanya… Sekalian bikin tumpengan…” omelku. Papa tertawa. Mama nyengir sambil menepuk-nepuk pundakku.
“Kamu dapat pahala lho Bay… Menyenangkan orang tua…” Mama terkekeh. Aku mendelik.
“Teganya ih, Mama. Anak Mama lagi patah hati ini…” rajukku.
“Halah. Kamu kok patah hati. Palingan nanti malam juga sudah dapat gebetan baru lagi. Atau mau Mama kenalin sama anaknya Bu Ambar yang bungsu? Larisa? Baru pulang dari Itali, udah lulus belajar masak spaghetti…” Mama terkikik sambil menatapku geli.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAYU - PADMI : BUKAN CINTA BIASA
Romance"Never love anyone who treats you like you're ordinary." - Oscar Wilde - COVER BY : @crowdstroia (makassiiiihhh makasiiiihhh udah dibikinin cover yahhh... :D )