Bab 4 (Revisi)

7.4K 456 2
                                        

Keesokan pagi Hali terbangun dari tidurnya. Akibat tidur di sofa, semua badannya sekali. Ini semua karena dia tak mau pulang ke rumah, alasannya sebab Della. Hali tak mau jika kemarahannya membuat masalah besar.

Hali memiliki adik yang usianya cukup terpaut jauh. Tak baik bertengkar di depan anak pra remaja seperti adiknya. Hali melihat layar ponsel memastikan jam berapa dan pergi ke kamar mandi yang letaknya di luar ruang kerja.

Sebisa mungkin Hali berpenampilan rapi. Untuk keperluan mandi dan baju, segalanya sudah disiapkan. Hali tinggal membersihkan badan. Segera ia menuju kantor. Ada beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan barulah nanti memikirkan bagaimana caranya merayu Marisa.

Tangan Hali hendak meraih gagang namun entah kenapa pintu tersebut terdorong ke depan. Tidak sempat menghindar, wajah tampannya langsung menabrak pintu kaca tersebut.

Spontan Hali mengaduh kesakitan sedang seorang wanita yang tak lain adalah Syifa terkejut mendapati pria itu. "Maafkan saya Pak, saya tidak tahu kalau anda di balik pintu," ucap Syifa cemas.

Hali langsung menatap tajam pada Syifa. Walau takut wanita di depannya ini berani menatap tepat ke mata Hali. "Siapa kau? Kenapa kau ada di kantorku?"

Syifa tampak gusar. Dia mau menjelaskan namun segera datang sekretaris Erwin. "Baguslah kalian berdua ada di sini, Pak Erwin ingin kalian berdua menghadap padanya." Hali mendelik ke arah Syifa sesaat lalu berjalan mengikuti Faruan.

Sampai di ruangan Erwin bingung sebab wajah Hali merah sedang Syifa tampak khawatir. "Sepertinya kalian sudah bertemu. Hali, perkenalkan ini sekretaris barumu Syifa. Soal pekerjaan Ayah rasa dia bisa diandalkan."

Syifa menoleh ke arah Hali. Ternyata pria galak ini adalah anaknya Erwin. Sungguh sifatnya berbeda sekali. "Orang ini? Dia hampir saja mematahkan hidungku dari tadi!" omel Hali menunjuk Syifa.

"Pak saya nggak sengaja, saya tidak tahu kalau Pak Hali ada di balik pintu." Syifa membela cepat.

Erwin melihat lagi Hali. Tatapannya jelas dia mau membela siapa. "Hali maklumilah Syifa, ini adalah hari pertama bekerja." Dugaan Hali benar.

"Saya harap kalian berdua bisa bekerja sama dengan baik. Hanya itu saja, silakan ke tempat masing-masing." Hali melengos pergi lebih dulu. Sebelumnya Syifa mengucapkan terima kasih dan pergi mengikut Hali dari belakang.

"Pak tunggu Pak!" Hali maunya berjalan lebih cepat tapi dia sadar melarikan diri bukanlah sifatnya. Langkah kaki menjadi lambat. Dia menoleh ke belakang di mana Syifa berjalan mendekat.

"Ini untuk anda." Syifa memberikan sebuah plester untuk Hali. "Tutupi luka anda di hidung."

Hali menerimanya. Tidak mengucapkan terima kasih dia pergi begitu saja. Hari itu mood Hali tidak baik bahkan dia melupakan begitu saja rencananya.

Hari-hari berlalu kendati Syifa mengerjakan tugasnya dengan baik Hali tetap menyimpan ketidaksukaannya kepada wanita itu. Bukan hanya kejadian tempo hari. Hali menyadari Syifa sangat dekat dengan Erwin, Ayahnya.

Keduanya sering berbicara sangat lama saat istirahat bahkan keduanya saling tertawa melempar candaan. Hali jadi curiga dengan kedekatan mereka. Setahunya Erwin tak pernah dekat dengan karyawan wanita yang lain.

Sepulang dari kantor Hali meminta Adwan untuk pergi bersamanya menggunakan mobil sahabatnya itu. "Hali, aku tahu kau memiliki masalah dengan sekretarismu tapi kau gila memikirkan jika ayahmu berselingkuh dengan Syifa." Adwan berkomentar.

Keduanya berada di mobil Adwan melaju mengikuti bus yang ditumpangi Syifa. Hali sendiri tak ambil pusing. Dia malah bingung. Rute jalan di hadapannya tidaklah asing tapi Hali terus mengikuti hingga Syifa berhenti di salah satu halte.

Dilema [Pindah Di Innovel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang