Mobil Jaebum sampai di parkiran kediaman mereka. Jinyoung menghembuskan nafas pelan entah mengapa perutnya terasa seperti di aduk. Keringat dingin turun membasahi wajah manisnya. Jaebum yang menangkap hal itu lewat ekor matanya sontak melirik ke arah Jinyoung yang terdiam sambil mengusap perutnya lembut.
"Sayang, kau kenapa?" Tanyanya yang kini mengusap keringat di wajah Jinyoung.
Jinyoung menatap Jaebum kemudian menggeleng. Wanita itu memejamkan mata lalu menutup mulut saat isi perutnya sudah di dalam mulut dan hendak keluar. Dengan segera, Jinyoung membuka pintu dan berlari ke dalam membuat Jaebum khawatir. Pemuda itu memukul setirnya keras, mengapa di saat begini ia harus kembali berpura-pura lagi padahal hatinya sungguh tidak tenang saat ini.
Tanpa berpikir panjang Jaebum keluar dari mobil lalu berjalan masuk ke dalam rumah. Raut wajah yang datar adalah penampakan pemuda itu saat masuk ke dalam rumah. Dan mata sipit itu langsung memencar mencari keberadaan Jinyoung hingga sebuah suara seseorang yang muntah terdengar di kamar mandi dekat dapur. Kediamannya saat ini sangat sepi, mungkin ayahnya belum pulang dan ini adalah kesempatan besar untuknya menghampiri sang kekasih.
Jaebum hendak melangkah namun langkahnya harus terhenti saat mendengar suara Junho dari arah tangga.
"Kau baru pulang? Mau kemana?" Tanyanya.
"Aku mau ke dapur, aku haus" ujarnya datar.
Jaebum pun terpaksa mengurungkan niatnya kemudian berjalan menuju dapur dan membuka lemari es. Ekor matanya terus memperhatikan sosok Jinyoung yang tengah muntah di atas wastafel. Tangannya meremas botol tersebut saat tak kuasa melihat wajah pucat Jinyoung. Ia membuka tutup botol dan segera meneguk air tersebut.
Ekor matanya terus melirik ke arah Jinyoung hingga ia melihat sang ayah menghampiri kekasihnya di dalam kamar mandi.
"Sayang, kau baik-baik saja? Kita ke dokter ya" tuturnya penuh khawatir.
Junho memijit tengkuk Jinyoung, membantu wanita itu mengurangi rasa mual di perutnya.
"Hueeekkk----- ti- tidak usah, oppa. Aku--- aku hanya butuh istirahat saja. Hueeekkk" Jinyoung kembali muntah membuat Junho semakin khawatir.
"Kau yakin tidak mau kedokter, hm? Aku khawatir, sayang"
Jinyoung mengangguk. Wanita itu mengangkat kepalanya kemudian mengambil nafas dalam.
"Iya oppa, sepertinya aku hanya masuk angin saja kau tidak perlu khawatir" Jinyoung mengusap lengan Junho yang berada di wajahnya dengan lembut dan hal itu tak luput dari mata tajam Jaebum.
Jaebum menatap tajam keduanya dan tanpa sadar meremas botol minumnya hingga hampir remuk. Pemuda itu mendecih kemudian melempar botol minumnya yang sudah kosong ke wastafel di dapur dengan kasar membuat Jinyoung dan Junho menoleh menatap Jaebum yang masih berada di depan lemari es.
Pemuda itu kemudian mengambil satu botol wine yang ada di kulkas lalu berjalan menuju meja makan dan duduk disana menatap Jinyoung yang juga menatapnya dengan binar polosnya. Pemuda itu membuka botol tersebut kemudian menenggaknya tanpa ragu membuat Jinyoung sedikit membulatkan mata. Jaebum memang suka minum dan kadar toleransinya terhadap alkohol terbilang tinggi namun pemuda itu sudah berjanji tidak akan mabuk pada Jinyoung satu bulan yang lalu dan sekarang hanya karena sebuah elusan tadi membuat Jaebum mengingkari janjinya.
Jinyoung tahu pemuda itu melihat apa yang di lakukannya tadi dan ia tahu persis jika kekasihnya itu cemburu namun biasanya Jaebum akan acuh memilih mengabaikan lalu menganggap itu tidak ada tapi kali ini sepertinya berbeda. Satu sisi Jinyoung merasa senang Jaebum cemburu namun disisi lain wanita itu kesal karena Jaebum melanggar janjinya untuk tidak minum. Jinyoung tidak suka Jaebum minum dan mabuk, sangat tidak suka.