Jaebeom menatap datar sang ayah yang kini tengah duduk di hadapannya. Jinyoung pun ikut menemani sang suami dan duduk di sampingnya. Mereka kini tengah berada di ruang tengah.
"Jadi bagaimana?" Junho menyeruput kopi buatan Jinyoung.
"Appa rasa kau sudah cukup dekat dengan putri keluarga Choi, jadi tidak ada alasan untuk menolak bukan"
Jaebeom masih diam di tempatnya. Pemuda tampan itu melirik Jinyoung yang kini menatapnya dengan binar berkaca-kaca. Gadis manis itu seolah memohon padanya agar tidak menerima perjodohan tersebut. Ia menghela nafas kemudian kembali menatap Junho.
"Dekat bukan berarti aku menyukainya kan? Lagi pula aku tidak mempunyai perasaan apapun padanya. Sejak awal aku hanya menganggapnya teman. Dan untuk hal ini, aku menolak"
"Kenapa? Apa kau sudah memiliki kekasih?"
"Ya" Jaebeom melirik Jinyoung, "Aku sudah punya kekasih dan aku sangat mencintainya, appa"
Diam-diam Jinyoung tersenyum mendengar ucapan Jaebeom. Ia menunduk, semburat merah kini menghiasi wajah manisnya. Hatinya menghangat seketika. Rasa takut yang ia rasakan sedikit berkurang. Ia yakin Jaebeom pasti akan menolak perjodohan tersebut.
"Siapa?"
Jaebeom bungkam, telak tidak bisa menjawab pertanyaan yang satu ini. Bukan, bukan ia tidak bisa. Ia hanya tidak ingin membuat Jinyoung kecewa. Sebenarnya ia ingin sekali mengatakan bahwa ia mencintai Jinyoung di hadapan sang ayah dan bahkan kini ibu tirinya itu tengah mengandung buah hatinya, namun ia masih memikirkan segala sesuatu yang akan terjadi nantinya. Ia juga tidak ingin sampai terjadi sesuatu terhadapa Jinyoung dan calon bayi mereka.
Belum,
Ini belum saatnya.
"Jika sudah waktunya, aku akan membawanya ke hadapanmu appa"
Junho menyandarkan punggungnya, "Sebutkan saja siapa namanya"
Jaebeom mengepalkan tangannya. Sedari tadi ia mencoba untuk mengontrol diri, namun sang ayah ternyata sangat sulit untuk di hadapi dengan hati yang dingin.
"Maaf appa tapi aku belum bisa memberitahumu"
"Baiklah, tapi appa ingin kau memikirkan ini baik-baik Jaebeom. Jika kau menikah dengan Youngjae itu adalah sebuah keuntungan bagi kita. Tuan Choi bisa memperluas jaringan bisnis appa dan juga menjadikan mu semakin terkenal. Kau tahukan koneksi keluarga Choi itu dimana-mana. Appa harap kau mau mengambil keputusan setelah memikirkan hal ini"
Jaebeom mendecih, ia menatap remeh sang ayah. Sudah ia duga jika perjodohan ini hanyalah untuk bisnis semata. Dan ia tidak sudi untuk menerimanya.
"Keputusan ku sudah bulat, aku menolak perjodohan ini. Lagi pula tanpa kerjasama dari tuan Choi aku masih sanggup menghidupi diriku sendiri bahkan kalian semua. Aku permisi" Jaebeom pun bangkit kemudian pergi meninggalkan keduanya. Ia tidak mau sampai bertengkar dengan sang ayah.
Sementara Junho hanya bisa menghela nafas. Ia terlampau tau sifat keras dirinya yang menurun pada Jaebeom. Jinyoung yang melihat itu beringsut mendekati Junho. Tidak di pungkiri senyuman tipis sedari tadi menghiasi wajah manisnya. Untung saja Junho tidak memperhatikannya sejak tadi.
"Sudahlah jangan terlalu memaksakan, oppa. Mungkin Jaebeom memang sudah mempunyai pilihannya sendiri. Kita biarkan saja dia yang memilih pendamping hidupnya"
Junho menoleh ke samping kemudian tersenyum tipis. Pria tampan itu meraih pinggang Jinyoung lalu mengecup pelipisnya.
"Baiklah, tapi aku harap Jaebeom berubah pikiran dan mau menerima perjodohan ini sayang. Aku kemar dulu, kepalaku pusing" setelah mengucapkan itu Junho mengecup sekilas bibir Jinyoung lalu meninggalkan gadis manis itu sendirian. Jinyoung mendecih kemudian menyeringai.