bintang dimanapun kamu berada,
aku cuma berharap satuyaitu kamu bisa melihatku
aku tau ini terlalu sulit buatmu,
tapi tolong lah kabulkan itu untukkuwalaupun cuma sekali
aku sudah cukup merasa senang
°°°
Hidupku bahagia. Memiliki Ayah yang baik hati dan penyayang. Ibu yang perhatian dan lemah lembut. Keluarga yang harmonis nan hangat, dengan berbagai kebutuhan hidup yang tercukupi. Tak kekurangan satupun, kecuali satu
Anggota keluarga baru
Dibesarkan dalam keluarga kecil yang hanya memiliki seorang anak, terkadang membuatku merasa kesepian. Tak sedikit pula aku berharap seandainya memiliki seorang kakak. Atau paling tidak, orang tua -ku bisa memberiku adik kecil, pasti menyenangkan. Tapi, aku tak menuntut mereka. Aku sudah cukup merasa bahagia atas ini semua.
Terhitung sudah 18 bulan terlewati sejak aku berdoa,
'Aku sudah cukup merasa bahagia atas ini semua. Walaupun hati kecilku menginginkan seorang kakak'
Do'a yang aneh bukan? Harusnya aku berdoa meminta seorang adik, bukannya menginginkan seorang kakak.
Ternyata Tuhan mengabulkan do'a ku. Walaupun aku tak yakin, apakah do'a itu benar atau Tuhan yang salah mengartikan do'a ku, sehingga dia mengabulkan do'a yang salah arti milikku itu.
Dia dengan segala kuasa-Nya mengabulkan do'a do'a ku.
Atau lebih tepatnya dia mencabut kebahagiaan -ku 'yang sudah cukup itu' atas keinginan-ku sendiri? Aku bahkan tidak menyadarinya.
Mulanya, pada saat tahun baru berlangsung. Harusnya itu menjadi waktu berkumpul bagi keluarga, termasuk keluarga kecilku. Tapi, tak tau kenapa Ibuku membawaku menginap di hotel, meninggalkan Ayahku sendirian dirumah.
Waktu cepat berlalu. Beberapa bulan kita tinggal berpindah-pundah dari penginapan satu ke penginapan lainnya, Ibuku akhirnya menyewa sebuah apartement kecil tapi cukup nyaman. Saat kutanya kenapa kita tak pulang saja ke rumah, ia hanya menggeleng dan tersenyum.
Ada apa ini sebenarnya?
Karena Ibuku tak memberikan jawaban yang pasti, aku harus mencari tau sendiri. Maka aku menghampiri Ayahku ditempat kerjanya. Tapi alangkah terkejutnya diriku, ternyata ayahku tak ada disana. Padahal ia itu tak mungkin tak masuk kerja kecuali saat sakit atau hari libur. Pilihan ku jatuh pada, Ayahku sedang sakit karena hari ini hari bekerja mana mungkin libur.
Dengan hati riang gembira, aku pulang ke rumah. Kangen Ayahku, memang dari tahun baru sampai sekarang ini aku tak pernah melihatnya, seperti lost contact dan akhirnya kini aku bisa pulang ke rumah, bisa bertemu dengan Ayahku kembali.
Kenapa tidak dari hari-hari yang lalu saja, aku begini?
Kukira, rumahku akan sepi karena hanya ada Ayahku yang sedang sakit. Tetapi kenapa sangat ramai?
Saat aku menerobos masuk kedalam rumah, aku melihat Ayahku sedang berdiri tegap dengan seorang wanita, aku tak tau dia siapa karena memang dia sedang membelakangi ku. Apakah itu Ibuku?
Aku tersenyum bahagia, menghampiri Ayahku dan Ibuku itu. Mereka tampak tampan dan cantik, sangat serasi. Ayahku memakai setelan jas putih dengan dalaman kemeja putih dan juga celana berwarna senada. Ibuku pun memakai gaun putih yang sangat indah dengan rambut digulung cepol dan dihiasi berbagai macam hiasan kepala yang sederhana nan cantik.
Aku berlari menghampiri keduanya dengan semangat. Tapi langkah kaki -ku seakan memberat, lama-lama memelan dengan sendirinya, dan pada akhirnya dengan teratur berhenti tanpa aku sadari. Berhenti tepat beberapa langkah dari tempat kedua orang -ku berdiri?
Yang semula kukira Ibuku, ternyata dia merupakan seorang wanita asing namun tak terlalu asing. Aku pernah beberapa kali melihatnya dengan tidak sengaja. Dan kini kenapa dia berdiri berdampingan dengan Ayahku sambil menggandeng mesra lengannya?
Ada apa ini sebenarnya?
_______________ 🎗🎗🎗 ______________
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
nap of a star
Teen Fiction07 dear february 10 _________________________________________ sinar matahari primordial sebagai pecahan planetisimal yang akan menemani kehidupan penuh teka-teki dunia