Setelah kepergian Ayah dan keluarga barunya, Ibuku semakin giat bekerja.
Yang semula Ibuku hanya bekerja dari pagi sampai malam, kini bahkan bisa dari pagi sampai pagi lagi. Tak jarang pula Ibuku bahkan tidak pulang ke rumah. Beberapa hari Ibuku meninggalkan aku seorang diri dirumah. Aku merasa kesepian dan sedih tentu saja. Tetapi tak bisa menyalahkan Ibuku juga. Aku tahu, mencari penghidupan didunia yang keras ini terasa sulit apalagi untuk seorang Ibu tunggal seperti dirinya.
Aku masih cukup beruntung. Tak merasakan kekurangan. Juga tak merasakan paksaan dituntut untuk ikut mencari uang. Aku hanya bisa membantu Ibuku sebisa mungkin. Kadang mencuci pakaian, menyapu ataupun mencuci piring. Sebagai waktu luang ku dihabiskan dengan membaca buku dan menyalurkan hobby memasak yang diturunkan oleh Ayah.
Mengingat Ayah, aku tak tahu apa yang kurasakan. Apakah aku merasa kecewa atau menyesal.
Menyesali segalanya.
Ayah yang sangat baik dan begitu menyayangiku. Dia selalu berusaha untuk menjadi Ayah terbaik didunia, hanya untukku. Untukku. Ayah selalu mengusahakan tak pernah mengecewakanku. Dia tak pernah mengeluh dan protes saat aku meminta ini itu bahkan sesuatu yang sulit sekali pun, Ayah akan tetap berusaha untukku.
Dan saat Ayah membuat sebuah kesalahan, apakah aku harus merasa kecewa padanya? Apakah aku harus membencinya? Apakah aku harus memusuhinya?
Hati kecil -ku tak pernah merasa sampai sejauh itu.
Sejauh ini yang kurasakan saat pertama kali melihat Ayah membuat sebuah kesalahan adalah kebingungan. Aku linglung. Itu respon alami yang aku tangkap. Aku serasa berputar, terombang-ambing. Aku bingung dan tak mengerti. Aku tak tahu respon apa yang harus aku tunjukkan. Karena ini pertama kalinya Ayah membuat sebuah kesalahan. Tak bisa disebut sebagai kesalahan juga, karena pasti ada alasan mengapa Ayah menjadi seperti ini bukan?
Ini bukan tentang Ayah dan kesalahannya. Karena setiap orang pasti akan membuat kesalahan.
Ini adalah tentangku dan segala pemikiranku yang rumit.
Pernah aku berfikir untuk menyesal.
Seandainya aku mengacuhkan diriku, mengacuhkan egoku. Seandainya aku mengikuti kata hatiku. Bahwa Ayah itu tak pernah berniat buruk untuk membuangku, maupun membuang keluarga kita waktu itu. Ayah cuma ingin dimengerti tak lebih. Selama ini hanya Ayah yang mengerti diriku. Dan aku, aku bahkan tak mengerti apa-apa tentangnya. Aku tak mengenalinya, —Ayah.
Dan kini apakah semuanya telah terlambat?
Ayah, dimanapun kamu berada. Aku ingin mencoba untuk mengerti tentang kamu. Tolong berikan satu kesempatan lagi. Aku janji akan menggunakan kesempatan terakhirku ini dengan sebaik-baiknya.
Bolehkah aku bersamamu lagi? Aku kesepian tanpamu. Maafkan aku Ayah, aku jadi anak yang buruk untukmu. Pasti selama ini kau banyak merasakan kesulitan karena -ku. Maafkan aku.
Bukannya aku merasa tak tahu terimakasih. Telah diberikan Ibu yang baik seperti Ibuku masih mengharapkan yang lain. Aku, aku cuma ingin memperbaiki semuanya.
Ibu sibuk bekerja, sampai meluangkan sedikit waktu untuk anaknya pun terasa sulit. Aku merasa kekurangan kasih sayang. Bukannya aku ingin kabur, melarikan diri darinya lalu mencari Ayah. Untuk mencari kasih sayang yang lain. Aku cuma ingin memperbaiki semuanya. Aku cuma ingin ini lebih baik dari sekarang. Aku menyayangi mereka, Ayah dan Ibu.
Aku sadar. Aku tak bisa memilih satu diantara keduanya.
Salahkah aku dulu bertindak seolah-olah paling benar diantara yang benar?
Sampai aku menilai buruk Ayah kadungku sendiri. Membuangnya seakan dia tak berguna lagi. Seakan-akan dia telah kehabisan daya guna, aku tak membutuhkannya lagi. Maka aku mengabaikan kehadirannya.
Aku dengan segala kebutaan -ku yang diliput kabut asap yang penuh ketidak mengertian itu kini telah menghilang. Aku telah sadar sepenuhnya. Aku yang telah membuat kejadian ini terjadi. Aku-lah alasan semuanya menjadi rumit seperti sekarang ini. Aku alasan dibalik perpecahan ini.
Aku juga lah yang membuangmu, Ayah.
Bukan kau yang membuangku, tapi aku yang membuangmu.
Kau tak pernah membuang -ku Ayah, aku lah yang sebenarnya membuangmu.
Maafkan aku Ayah, aku anak yang tak tau rasa terimakasih.
Dan kini apakah Tuhan menghukum -ku? Dia tak mau mengabulkan do'a do'a ku lagi.
Dia tak mau mengabulkan do'a ku untuk bertemu lagi denganmu, Ayah.
_______________ 🎗🎗🎗 ______________
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
nap of a star
Teen Fiction07 dear february 10 _________________________________________ sinar matahari primordial sebagai pecahan planetisimal yang akan menemani kehidupan penuh teka-teki dunia