2. Pesona Rosé

941 138 18
                                    

Mingyu duduk diam memperhatikan sekelilingnya yang terus berbisik-bisio membicarakan Rosé. Sejak tadi, banyak pasang mata dan suara-suara yang terus tertuju kepada kekasihnya itu.

Mingyu akui, Rosé memiliki daya tarik tersendiri bagi setiap orang yang melihatnya. Contohnya seperti sekarang, semua kata-kata terdengar dengan jelas olehnya, dari cantik, manis, imut, seksi, bahkan sampai tubuh kekasihnya itu benar-benar menjadi bahan perbincangan laki-laki yang ada di sana.

Mingyu tidak mengerti, kenapa Rosé harus membawanya ke tempat ini. Apakah kekasihnya itu ingin balas dendam dengan apa yang terjadi hari ini? Ayo lah, ini sangat berbeda bagi Mingyu. Kalau ia melakukannya dengan sengaja, sedanhkan dia? Hanya duduk manis, berdiri ataupin berjalan setiap orang akan memujanya dan bahkan menggodanya. Mingyu tidak suka itu.

Rosé kini hanya diam acuh mengabaikan setiap pasang mata dan bisikan yang terarah ke arahnya. Dalam pikirannya saat ini hanyalah menikmati cokelat panas pesanannya dan juga croissant miliknya yang telah terhidang dengan nikmat, terasa jelas dari aroma yang tercium.

"Kita pindah, yuk, Sayang."

"Pindah? Mingyu sayang, pesananku baru saja tiba dan kamu mengajakku untuk pindah? Hell no, tentunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pindah? Mingyu sayang, pesananku baru saja tiba dan kamu mengajakku untuk pindah? Hell no, tentunya."

Mingyu menatap melas ke arah kekasihnya. Ayolah, ia tidak bisa terus-terus merasa panas. Apalagi mendengar suara-suara yang membajas bentuk tubuh Rosé yang membuatnya semakin gerah.

"Yang."

"Apalagi?"

"Aku panas ini dengar semua suara-suara yang bahas tubuh kamu. Memang kamu enggak marah?"

Rosé meletakan croissant miliknya yang hendak dimakan olehnya. "Aku punya cowokkan di depanku? Kalau kamu kesaln, ya, kamu hajar aja mereka. Jangan dibawat ribet, Sayang."

Mingyu akui, kalau Rosé tidak seperti perempuan lain di luar sana. Bagi Rosé, siapa yang mengganggu hubungannya maka dia tidak segan-segan untuk menampar, menjambak atau memanggilnya pelacur. Ya. Begitulah Rosé di mata Mingyu.

Prinsip hidup Rosé adalah siapa yang mengganggu miliknya, sama saja membuat mawar berduri menajamkan duri-duri di tangkainya.

"Tapi kan ini di depan umum. Dan mereka lebih tua dariku."

"Jadi kamu rela aku diganggu sama pria tua?"

"Ya enggak lah! Idih! Sini kalau mau berantem dengan Kim Mingyu."

"Nah. Gitu doang, ciut banget habis aku jewer sepanjang jalan."

Ya. Mingyu hanya lemah kepada Rosé.

"Kalau begitu." Mingyu beranjak dari duduknya dan pindah tepat di samping Rosé. "Aku duduk di samping kamu," katanya yang langsung memeluk pinggang ramping Rosé.

Rosé tersenyum dan mencium pipi kanan Mingyu. "Mau makan cupcake kamu?" tawar Rosé yang diangguki oleh Mingyu.

Mingyu tersenyum senang saat semua laki-laki yang ada di sana melihat dengan penuh kekecewaan. Kalian pikir bisa menggoda mawar berduri? Jangan mimpi selama masih ada tawon hitam ini. Jangan harap, deh.

***

Mingyu & RoséTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang