Di Rumah Mama

4 0 0
                                    

Begitu Nita duduk di kursi penumpang di sampingnya, ditariknya lengan gadis itu dan dikecupnya bibirnya lembut, membuat perempuan itu terkejut, menatap Joy dan memukul bahunya pelan.

"Kak, kita lagi di pinggir jalan..!" Serunya pelan, wajahnya merona.

Joy terkekeh kecil, "Lalu?"

"Kalo ada yang liat gimana? Ada banyak orang ini,"

"Tenang aja, kacanya nggak keliatan kok dari luar,"

Nita hendak berkata lagi, namun ia hanya mendesah pelan. Ia hadapkan badannya ke depan, "Yaudah ayo jalan,"

"Sebentar," Joy kini mencondongkan tubuhnya ke arah Pai, membuat wajah kedua insan itu sangat dekat. Hembusan nafas laki-laki itu membuat dada Nita berdegup makin kencang.

Akankah Joy menciumnya? Nita membuka bibirnya, siap menerima pagutan Joy.

Laki-laki itu mengangkat tangan kanannya melewati dada Nita, menarik sabuk pengaman dari tempatnya dan memasangnya menyilang tubuh Nita.

"Kamu lupa pake sabuk pengaman," bisik laki-laki itu seraya menatap dalam kedua bola mata Nita. Kemudian ia menjauhkan badannya dan mulai melajukan mobilnya meninggalkan kampus kebanggaan Nita.

Nita yang baru sadar dengan apa yang hampir terjadi barusan mengerjapkan matanya beberap kali. Ia lupakan pikiran ge-er nya bahwa Joy tadi bermaksud menciumnya. Wajahnya menghangat sekarang mengingat kejadian barusan. Bodoh! Lelaki itu hanya memasangkan sabuk pengaman untuknya!

"Kalo malu malu aja, usah sok-sok.an biasa gitu deh," sindir Joy seraya tersenyum penuh kemenangan.

Nita menatap Joy dan mencubit kesal lengan laki-laki itu, "Iihh Joy nakal ah, sukaya godain aku gitu deh,"

"Godain apaan Pai? Tadi aku cuma masangin sabuk pengaman doang,"

"Iya, masangin sambil modus," ujar Pai sambil memasang wajah kesal.

"Ya iyalah, rugi ada cewek cantik kalo nggak dimodusin, hehe.."

"Nah kan, ihh nakal banget deh," Nita kini memukul bahu Joy.

"Eh, ampun ampun," Joy tampak berusaha menghindari pukulan Pai, namun ruang yang terbatas membuatnya tidak bisa menghindar secara bebas, "Iya deh iya, aku nggak akan ulang lagi,"
"Bohong,"

"Pai, aku lagi di jalan loh ini," peringat Joy, membuat Nita menghentikan aktivitasnya saat itu juga.

"Tapi jangan gombalin aku lagi Kak, aku gasuka,"

"Iyaa, tapi kalo aku kangen sama muka kamu yang lucu banget kalo lagi marah gimana? Kan aku jadi suka,"

"Iihh tuh kan," wajah Nita bertambah sebal.

"Hehe.. aku nggak bisa janji, Pai," ujar Joy seraya mengusap puncak kepala Nita lembut.

Melihat sikap Joy itu, Nita menjadi lunak. Ia sebenarnya bukan tidak suka pada gombalan Joy, ia hanya malu dan tersipu dengan perkataan laki-laki itu dan membuatnya menjadi salah tingkah. Hal itu termasuk juga segala sikap lembut yang Joy tunjukkan padanya, juga perhatian kecil macam menarik kursi untuknya tiap kali mereka ke kafe, tidak membiarkan Nita berjalan di sisi luar trotoar, dan duluan menanyakan menu makanan tiap mereka makan di luar. Terlihat sepele mungkin, namun dari perhatian macam itulah Nita tau sebenarnya Joy sangat menyayanginya.

"Kamu belum makan, kan?" Tanya Joy.

Nita menggeleng, "Kita mau makan habis ini?"

"Kamu udah laper belum?" Joy malah gantian bertanya.

"Nggak terlalu sih,"

"Yaudah kalo gitu kita ke pasar dulu aja,"

"Ngapain ke pasar?" Tanya Nita heran.

Love Story Never EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang