Mimpi

160 5 4
                                    


Mimpi, aku  yakin semua orang pasti punya mimpi, keinginan, cita-cita, atau target yang ingin di capai. Dan tentunya untuk mencapainya harus tetap berusaha serta berdo’a.

Mimpi tak harus menjadi nyata. Keindahannya tetap menjadi angan tanpa batas dalam ruang hati.

Ya, begitulah mimpi. Tapi apa jadinya jika mimpi dan harapan di pertaruhkan dengan yang namanya kenyataan.

Seolah  hanya menjadi angan–angan belaka, sedang kenyataan yang harus dijalani harud diterima dengan  lapang dada, tak memandang sakit bahkan terlalu pahit.

Kalau ditanya tenang cita-cita, jawabanku dari TK, SD, SMP, SMA, tidak pernah sama. Ketika TK cita-citaku ingin menjadi guru, beda lagi ketika SD yaitu ingin menjadi dokter, ketika SMP ditanya soal cita-cita jawabanku ingin menjadi antronot, dan ketika SMA cita-citaku berubah lagi ingin menjadi dosen.

Sebenarnya kalau boleh jujur, impian terpendamku dari dulu dan sampai sekarang tak pernah berubah adalah menjadi seorang penulis. Ya aku ingin sekali jadi seorang penulis.

Tulisan-tulisan para penulis terkenal seperti Helvy Tiana Rosa, Asma Nadia, Tere Liye dan yang lainnya membuatku tertarik di bidang tulis-menulis, yang pasti keinginan itu muncul dengan sendirinya.

Aku mulai coba-coba bikin cerpen sejak SD, Entah cerita apa aja yang kutulis. Jaman  SD dulu, masih belum mengerti apa itu komputer, laptop. Semua tulisan itu aku corat-coret di buku-buku bekas.

Banyak orang di luar sana yang bertanya “setelah lulus SMA ingin lanjut kemana? Kerja? Kuliah atau menikah?.” Pertanyaan demi pertanyaan selalu membuatku berpikir, “apakah aku bisa? Apakah aku mampu?.” Semua jawaban memang ada pada diri sendiri.

Impian Seorang Gadis DesaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang