What!!!lusa terakhir pendaftaran, jadi aku cuma punya waktu sehari untuk pulang. Hmmmm...ini nih akibat beberapa hari ini sibuk gak buka internet. Runtukku dalam hati.
Jum'at pagi aku ijin pulang ke orang tua angkat ku. Beruntung, mereka mengijinkan ku untuk pulang.
Yess!! Nganjuk I'm coming. Aku naik bis di terminal Purabaya Surabaya. Untung, bis tujuan Surabaya-Madiun sudah hampir berangkat begitu aku sampai, jadi aku tak perlu menunggu lama.
Duh Gusti! Paringi dalan. Pikiranku benar-benar berkecamuk dan mengembara kemana-mana.
" Mbak,,,Mbak,,,Mbaaak." Kondektur bis itu memanggilku dengan keras sampai-sampai para penumpang menengok kearah kami.
"Eh, Iya Pak! Maaf. Tujuan Nganjuk." Aku menyerahkan dua lembar puluhan ribu sambil tersenyum kecut.
Setelah tiga jam akhirnya aku sampai juga di tanah kelahiranku. Ya aku merindukan kota bayu ini. Semilir anginya, udaranya yang masih segar karena lebih banyak persawahan daripada bangunan-bangungan tinggi seperti di kota-kota.
Begitu turun dari bus, kupercepat langkahku menuju desa tempat tinggalku. Aku benar-benar tak sabar untuk segera sampai.
"Assalamu'alaikum. "
" Wa'alaikumsalam, Nduk kamu pulang. " Seru Ibu dengan mata berkaca-kaca." Injih Bu. Tapi besok pagi harus segera kembali, aku pulang untuk melengkapi berkas-berkas mendaftar kuliah Bu. " Kataku dengan tersenyum kecut.
" Jadi besok kamu sudah balik Nduk. "
"Injih Bu."
Setelah istirahat sejenak, aku mulai mengumpulkan berkas-berkas yang dibutuhkan. Tiba-tiba mataku tertuju pada satu kertas. Ya, itu tulisan bapak sebelum beliau meninggal.
Anak-anakku....
Bapak tak bisa mewarisi kalian apa-apa, kalian tahu sendiri bagaimana keadaan kita.
Bapak hanya bisa memberi kalian nasehat yang mungkin selalu bapak ucapkan pada kalian. Pesan bapak kalian harus tetap belajar dan belajar selagi kalian mampu. Bapak tidak mau kalian menjadi orang bodoh seperti bapak. Biarlah bapak saja yang bodoh anak-anak bapak jangan. Ingatlah Nak, orang pintar tidak gampang di remehkan orang, tapi kalian juga harus membagi ilmu kalian kepada orang yang membutuhkan.
Bapakmu.Setetes dua tetes air mataku mulai jatuh setelah membaca surat itu. Seandainya aku tak tahu surat itupun aku juga akan berusaha mengangkat derajat kedua orangtuaku. Walaupun aku hanya seorang gadis desa namun aku punya mimpi dan harapan yang tinggi untuk mengangkat derajat kedua orangtuaku.
" Nduk... sudah terkumpul semua atau belum, kalau belum mari ibu tolong. Nduk..Nduk.. "
Tanpa aku sadari ibu sudah ada di belakangku. Wajahnya keheranan melihatku menangis.
" Ono opo to Nduk!." Tanya ibu dengan cemas.
" Mboten Buk." Aku berusaha menyembunyikan kesedihanku, namun agaknya usahaku sia-sia. Ibu melihat kesedihanku.
" Wis to Nduk, bapakmu sudah pergi dengan tenang, sekarang lebih baik kita do'akan bapak. Sudah... berkasnya sudah terkumpul belum?"
" Sampun Bu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Impian Seorang Gadis Desa
Non-FictionImpian memang menjadi salah satu kunci untuk menyemangati hidup. Dengan mempunyai mimpi, seseorang akan lebih giat dalam belajar maupun bekerja untuk meraih mimpi itu. Happy reading semua...