BAB 8

129 25 14
                                    

Jika harus memilih salah satu untuk memaki atau membunuh seseorang, maka Sinb tidak akan memilih, maksudnya ia tidak akan hanya memilih salah satu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika harus memilih salah satu untuk memaki atau membunuh seseorang, maka Sinb tidak akan memilih, maksudnya ia tidak akan hanya memilih salah satu. Jelas gadis itu akan memilih keduanya. Khususnya untuk seseorang yang sudah sejak dua jam lalu bersamanya, menemaninya di ruang kimia. Sialnya lelaki itu terus menatapnya mengerjakan setumpuk soal-soal kimia, jangan lupakan senyum yang terus mengembang setiap menitnya. Ingin sekali Sinb memakinya hingga tenaganya hampir habis, dan dengan sisa tenaga yang ada ia akan membunuhnya. Jelas itu hanya rencana dalam otak Sinb, ia tak mungkin merealisasikannya, teringat bahwa di kantor yang terdapat dalam laboratorium kimia ada bu Yoona dan beberapa petugas lainnya.

"Apa yang kau lakukan disini kak? Kenapa kau terus saja berada disini dari kemarin lusa?" bisik Sinb, ia tak ingin suaranya menggema dan di dengar gurunya. Sinb sudah sangat kesal, tercetak jelas di wajah datarnya menanggapi lelaki berkulit tan di hadapannya.

"Aku sudah sepuluh kali menjawab pertanyaan tersebut, bahkan dari kemarin lusa aku juga sudah menjelaskan, bahwa bu Yoona menyuruhku untuk membimbingmu di kompetisi kimia tahun ini" Mingyu tak akan pernah bosan menjawab setiap pertanyaan yang diajukan Sinb, meskipun pertanyaan itu terus saja berulang kali ia dengar.

"Aku tak butuh bimbinganmu kak" ucap Sinb secara tegas, ia tak akan memikirkan perasaan Mingyu, itu tak penting baginya.

"Aku hanya tak bisa menolak permintaan bu Yoona Bee" bantah Mingyu dengan alasan yang selalu sama, memakai nama Yoona sebagai jaminan agar ia tak diusir oleh Sinb. Ruangan dengan luas 40 x 25 m itu benar-benar terasa sunyi, namun Mingyu tak pernah merasa bosan untuk duduk berlama-lama disana. Ada Sinb berada di depannya, gadis bermata indah tersebut sukses mengambil alih semua perhatian Mingyu.

'Drrrrtttt drrrttt' getaran telepon genggam milik Mingyu tak membuat konsentrasi Sinb pecah, ia masih saja fokus mengerjakan soal-soal rumit di hadapannya.

"Ada apa kau menelponku Seo?" tanya Mingyu sesaat setelah ia mengangkatnya, dan seseorang di seberang sana tengah merengek karena Mingyu melupakan janjinya. Sinb yang sedari tadi fokus pada banyak tumpukan kertas mengalihkan atensinya ketika dengan jelas Mingyu mengucap nama sahabat terbaiknya. Mingyu membalas menatapnya dan gadis itu masih saja menatapnya datar.

"Maafkan aku, aku akan menyuruh temanku untuk mengantarmu pulang" Mingyu mengakhiri panggilannya, lalu secepat kilat mencari satu nama dikontaknya dan mengiriminya pesan. Sinb masih menatapnya meminta penjelasan, Mingyu tahu, dan ia hanya membalas tatapan Sinb tanpa ingin menjawabnya.

"Kau tahu maksudku kak, aku ingin tahu ada apa dengan Eunseo?" Sinb terlewat tak sabar menghadapi Mingyu.

"Haha maafkan aku, tidak ada yang menjemput Eunseo karena pak Park sedang dirawat di rumah sakit" jawabnya berusaha dengan sekuat tenaga menahannya agar tak mencubit pipi Sinb, gadis itu benar-benar menggemaskan di mata Mingyu.

"Benarkah? Aku akan menghubungi pak Lee untuk menjemput Eunseo" ucap Sinb khawatir, dengan sedikit terburu ia mengeluarkan handphone dari saku roknya, tepat sebelum ia mengaktifkan telepon genggamnya, Mingyu menyentuh lembut tangan Sinb menahanya agar gadis itu tak menghubungi supir pribadinya.

THE DAY WE MEET AGAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang