"Andai rasa bisa dibagi, aku sudah pasti bisa bahagia tanpa perlu mengecewakan orang lain"
—Bae Malva—
🍃🍃🍃Malva masih diam, udara di sekitarnya memanas entah memgapa. Jaemin masih sibuk menatap jalanan sembari memegang kemudi mobil milik Mark Lee. Sesekali Jaemin menatap Malva sambil tersenyeum. Entah apa yang ia pikirkan tentang gadis ini.
"Lihatlah ke depan,kita bisa kecelakaan Jaemin-ssi " titah Malva pada Jaemin yang sedang memandangi Malva
"Tidak apa kecelakaan,asalkan kata aku dan kamu menjadi kita" Kata Jaemin sambil terkekeh. Malva hanya menggeleng, ia heran mengapa Jaemin bisa menjadi seperti ini.
Gerimis turun lagi, padahal tadi Bintang masih nampak. Malva memandang jalanan Seoul yang masih nampak ramai akan pejalan kaki meski hujan turun. Papan iklan besar terpajang dimana-mana. Ada wajah Jaemin yang sedang memamerkan kosmetik. Jaemin yang menyadari pandangan Malva terus terarah ke Papan iklan itu mengelus kepala Malva perlahan. Membuat Malva tersentak karena sedikit terkejut.
Sial! Kenapa orang ini masih saja suka skinship. Umpat Malva dalam hati.
"Mal-ahh, kau bisa melihat wajahku secara langsung, tidak perlu memandang kagum papan iklan itu"
"Singkirkan tanganmu dari kepalaku. Kau tau memegang kepala orang lain itu tidak sopan"
"Aigoo, anak perempuan tidak boleh berkata dengan nada ketus. Ayolah tersenyum Malva tersenyum. Perlihatkan gigimu. Kamu cantik kalau sedang marah, tapi kamu lebih cantik kalo senyum" Jaemin kembali mengusap kepala Malva.
Mobil yang membawa mereka sudah sampai di depan rumah Malva. Ia langsung melepaskan seatbelt nya dan bergegas turun. Jaemin menarik lengan Malva, mencegahnya turun. Menarik tubuh Malva kedalam rengkuhannya.
"Jangan pergi lagi kumohon. Aku merindukanmu. Sungguh. Seperti ini sebentar saja, Jebal." Malva hanya diam ia tak sanggup menolak dan melawan karena sudah cukup lelah hari ini. Jaemin terisak, Malva bisa mendengarnya, karena Jaemin menenggelamkan wajahnya pada bahu Malva. Tanpa diperintah dan disadari tangan kedua tangan Malva balas memeluk Jaemin, bahkan tangan yang satu lagi mengusap punggung Jaemin dengan lembut.🍃🍃🍃
Bel rumah berbunyi, Malva segera menuruni tangga tanpa sarapan, sial dia kesiangan.
"Minhee-ya, astaga kenapa kau tidak berangkat lebih dulu, kau bisa terlambat jika berjalan atau menunggu bus" Malva sedikit terengah ketika membuka pintu. Kang Minhee adalah teman pertama Malva saat ia pindah ke Seoul. Minhee hanya tersenyum sembari menggandeng tangan Malva tanpa diperintah.
"Tenang lah, aku bawa sepeda, kamu bonceng oke?" sahut Minhee menuju sepedanya. Nada bicaranya selalu santai dan membuat Malva nyaman. Entah mengapa Minhee bisa membuat seorang Malva selalu tersenyum, bahkan hanya dengan tingkah lakunya yang sangat serba mendadak. Jangan lupakan kepolosan seorang Minhee, bahkan ketika Malva menstruasi Minhee mengira Malva sedang terluka karena melihat darah di rok Malva. Malva tertawa membayangkan momen itu.
"YA! Pegangan Malva, nanti bisa jatuh kalo tidak pegangan" sela Minhee yang sedang melalu jalan menurun.
"Iya iyaa, bawel" Malva melingkarkan tangannya ke perut Minhee, alih-alih memegang tas Minhee. Lihatlah mereka benar-benar seperti sepasang kekasih. Semua orang pasti mengira seperti itu. Malva gadis manis yang ketus dan juga Minhee yang berwajah dewasa tapi sangat polos. Tapi nyatanya mereka hanya bersahabat tidak lebih, dan Malva tidak pernah mengharap lebih, karena Minhee juga nampaknya seperti itu.🍃🍃🍃
Minhee membasuh wajahnya di taman sekolahnya. Lelah sekali membawa seorang Malva. Tapi dia senang karena bisa mendengarkam tawa Malva di pagi hari. Dia mengambil tasnya lalu menggandeng lagi tangan Malva.
"Aku membawa sandwich, aku tau kau pasti belum sarapan. Ambil ini, makanlah di kelas, sebentar lagi bel" Minhee menyodorkan kotak makan berwarna kuning cerah, serta susu kotak rasa coklat pada Malva. Tanpa berfikir panjang Malva langsung menerima kotak itu. Minhee menepuk kecil kepala Malva, lalu melambaikan tangan ke arahnya, sambil menunjuk ponselnya. Itu berarti setelah pelajaran usai Malva harus mengabarinya.
"Iyaaa nanti akan kukirim pesan" jawab Malva singkat sambil balas melambai.
"Masih pagi elahh Mal, udah bucin" sindir Junho.🍃🍃🍃
Ruang rapat terasa dingin, baguslah karena mood Jaemin tetap terjaga di rapat yang membosankan ini. Dia Na Jaemin laki laki berumur 20 tahun dengan jiwa anak-anak 10 tahun mana mungkin betah berlama-lama duduk menatap layar LCD, dengan ocehan beberapa staff yang membahas tentang musik, dan industri hiburan. Membosankan. Sesekali ia melihat ke arah Jeno yang terlihat menikmati rapat, tapi ia juga lebih melirik ke Chenle dan jisung yang entah dari tadi menulis apa di buku mereka. Haechan bersender pada bahu Renjun, dan Renjun diam-diam memainkan ponselnya. Ah sial bosan sekali rasanya.
"baiklah rapat selesai, kalian punya waktu Free hingga hari Minggu" kata salah satu wanita di depan mereka. Sontak sorakan terdengar dari segerombolan laki-laki diruangan tersebut.
Jaemin segera menyambar kunci mobilnya, tidak lupa hoodie dan juga topi putihnya. Ia langsung teringat seseorang sekarang ini, seseorang yang selalu ingin ia lindungi dan ia buat tersenyum. Jaemin bahkan sudah tersenyum sendiri membayangkannya.🍃🍃🍃
"Mal-ah, aku harus latihan baseball untuk lomba 2 minggu lagi, kamu bisa pulang bawa sepedaku kan? Atau mungkin kamu mau naik bus? Tapi angin sore harus dinikmati" Minhee menghampiri Malva yang sedang menunggunya di depan kelasnya.
Malva hanya tersenyum ketika Minhee berbicara dengan nada yang sangat bersahabat itu.
"Aku naik bus saja, kakiku ini sedang malas berjalan apalagi mengayuh sepeda" senyumnya sangat manis ketika mengatakan hal tersebut, membuat Minhee gemas dan akhirnya mengusak perlahan rambut gadisnya. Ups, boleh kan ya kata gadisnya melekat untuk Malva.
"Hmm, aku antar sampai Halte ya? Udah agak sepi soalnya, kamu habis darimana si tadi? Perpus? " tanya Minhee sambil menggandeng tangan Malva, yang ditanya hanya mengangguk sambil tersenyum.🍃🍃🍃
Hati Jaemin sedikit perih ketika melihat Malva tersenyum digandeng seorang yang tinggi. Siapa pria itu, pria yang berhasil membuat Malvanya tersenyum sebahagia itu? Sakit memang, tapi disisi lain ia juga senang karena Malva dapat tersenyum dan tertawa dengan tulus.
Jaemin berusaha tersenyum dan mengontrol ekspresi wajahnya. Sekarang ini yang ia mau hanya mengajak Malva jalan-jalan,mengajaknya ke toko aksesoris,dan juga alat tulis, karena Jaemin tahu Malva masih hoby menulis.
"Malva-ya, temani aku sebentar ya? Aku ingin pergi jalan-jalan tapi aku tak punya teman, profesiku sedikit mengekang ku" Jaemin membuka kaca mobilnya, dan menunjukan wajah tampannya, menghentikan senyum Malva seketika, dan membuat Minhee terheran-heran. Siapa pria ini? Astaga wajahnya kenapa tidak asing?
"Nuguseyo,?" tanya Minhee, dan Jaemin hanya tersenyum kemudian tanpa persetujuan dari Malva ia menarik Malva dengan ya sedikit kasar dan dimasukan ke mobilnya, Jaemin menatap Minhee dengan tajam.🍃🍃🍃
"kenapa kamu balik ke hidupku Jaemin" Malva terisak, wajahnya memerah, pipinya basah. Jaemin menghentikan mobilnya.
"Mianhe, tapi aku ingin melindungimu Mal-ahh" Jaemin memeluk Malva dengan posesif. Ia tidak mau kehilangan Malva untuk kedua kalinya
🌻🌻🌻🌻Untuk memaafkan itu sulit, apalagi kecewa ku sudah terlampau tinggi, bahkan rasa yang pernah ada dulu tak bisa menghapus kecewaku
🌥🌥🌥🌥🌥Lamaa banget ngga up, gumoh ngga tuh 1000 words hahahaha
Makasii yang udahh baca 😭🌈
-Tbc-
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi and Sorry
FanficDia satu-satunya teman yang kumiliki, usiaku saat itu 5 tahun dan dia 6 tahun. Dia suka sekali melihatku menangis tapi dia benci ketika orang lain menggangguku. Aku selalu suka dia, bahkan muka murungnya. dia itu lucu. Dia Na Jaemin, sahabat kecilku...