Tiga

1K 129 41
                                    


Mama sedang duduk di meja makan, mengamati album foto. Beliau mencabut beberapa lembar foto dan memisahkannya.

"Kenapa dicabut, Ma?"

"Besok Mama mau pergi ke peringatan lima tahunan, Kai."

"Peringatan apa, Ma?"

Mama mengangkat wajah dan menatapku. "Peringatan lima tahun gempa besar di kampung halaman kita. Kamu nggak ingat banyak soal bencana hari itu, kan?"

Aku menggeleng.

"Kamu nggak ingat apa-apa," Mama mengangguk paham. "Karena cedera kepala itu."

Ingatan masa laluku memang terganggu akibat gempa lima tahun lalu itu. Kata Mama, saat gempa aku lari ke dalam rumah, dan tertimpa reruntuhan. Kepalaku terluka dan akibatnya aku hampir tidak bisa mengingat kejadian-kejadian sebelum gempa itu. Akibat bencana itu, kami pindah ke kota.

"Untung Oma masih menyimpan album ini." Mama menyodorkan sebuah foto padaku. "Coba lihat foto ini, Kai."

Kutatap foto itu. Diriku yang berusia dua belas tahun melambai ke kamera bersama seorang gadis cilik yang sedang tertawa. Aku memakai kaos jingga dan...

Topi biru.

Kuamati foto itu dengan teliti. Itu adalah topi yang dipakai Meong!

"Apa Kai ingat siapa gadis ini?" tanya Mama.

Apa gadis ini Meong? Apa sebetulnya kami salilng mengenal? Kucoba menggali pikiranku, mengingat-ingat. Aku tidak bisa ingat siapa namanya! Memoriku tentang gadis ini pastilah salah satu yang lenyap.

"Aku... nggak ingat, Ma."

"Namanya Kencana," kata Mama lembut. "Kalian sahabat karib. Dulu kalian tak terpisahkan."


...


Likupang terletak di pinggir pantai. Cuaca cerah dan langit tampak bersih. Tak ada satupun tanda-tanda bahwa lima tahun lalu sebuah gempa berkekuatan 7 Skala Richter meluluhlantakkan kampung kecil ini.

Aku memutuskan ikut dengan Mama untuk peringatan lima tahunan itu. Aku akan menulis artikel tentang gempa itu dan acara ini. Tentang bagaimana bencana itu merenggut 200 nyawa dan menyisakan luka di hati para penyintas.

Soal Kencana, foto itu seolah membuka sumbat ingatanku tentang gadis itu. Kini aku ingat siapa dia. Kencana bukan hanya sahabatku, tapi cinta pertamaku. Hari itu di tepi pantai, kami berjanji untuk terus bersama. Dua anak kecil yang saling menyayangi dan berjanji untuk tidak saling melupakan. Kuberikan topiku pada Kencana sebagai tanda atas janji kami.

Seandainya aku tidak lupa...

Aku tidak tahu bagaimana harus menemukan Kencana. Sejak aku menghardiknya di tempat les, gadis itu sudah tak lagi mengikutiku. Aku hanya berharap suatu hari nanti masih bisa bertemu dengannya. Ada banyak yang ingin kukatakan padanya.

Acara peringatan itu diadakan di sebuah restoran kecil di dekat pantai. Rupanya hampir semua orang masih mengenaliku, tetapi ingatanku pada mereka hanya samar-samar. Mama berpelukan dengan beberapa orang dan menangis.

Di tengah kerumunan itu, aku teringat Kencana. Apa dia tahu soal acara peringatan ini? Iseng-iseng, aku bertanya pada salah seorang bapak-bapak sambil menunjukan fotoku dan Kencana.

"Kencana?" Pak Toar terperangah. "Dia baru saja kembali kemarin dari kota! Dia tidak bisa bicara sekarang. Akibat gempa itu, Kencana menderita cedera leher dan pita suaranya rusak."

Kencana ada di sini? Sekonyong-konyong aku paham semuanya. Gerakan-gerakan tangan aneh Kencana waktu itu adalah bahasa isyarat!

Kadangkala pertanyaan-pertanyaan terasa rumit sekali, padahal jawabannya sederhana.

Pelupuk mataku terasa panas. Setelah bertahun-tahun, Kencana masih ingat tentang janji kami, dia tidak lupa. Aku yakin kalau Kencana pergi ke kota memang untuk mencariku.

"Di mana rumah Kencana?" tanyaku pada Pak Toar.

"Kencana sudah berhasil membangun kembali rumahnya yang hancur dulu."

Aku langsung berlari keluar restoran dan pergi ke arah pantai. Dadaku terasa mau meledak. Aku ingin menyapa Kencana, aku ingin memeluknya, aku ingin meminta maaf padanya. Minta maaf karena keadaan membuatku melupakan janji kami.

Pantai itu masih sama seperti yang tampak dalam foto, hanya saja lebih sepi. Sesosok gadis sedang berdiri dekat air, menghadap matahari senja. Rambutnya yang panjang tergerai tertiup angin.

"Kencana?"

Gadis itu berbalik. Matanya yang indah melebar begitu melihatku.

Dan dia tersenyum.

The Promise (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang