Bab 1

6.1K 460 84
                                    

Mungkin untuk sebagian orang, bekerja sebagai dokter adalah hal keren, pasalnya bisa di pandang dengan begitu terhormat karena bisa menyembuhkan seseorang. Namun baginya, bekerja sebagai dokter adalah hukuman untuknya. Karena Alexa merasa hidup bagai burung dalam sangkar, hidupnya terkekang dengan sederet stigma dari lingkungan keluarganya.

"Lex, mau langsung balik apa ngopi dulu bareng yang lain?" tanya Fajar, salah satu temannya dokternya.

"Enggak, gue langsung balik."

Alexa tidak begitu dekat dengan orang-orang di Rumah Sakit, hanya berteman dengan beberapa orang saja. Suster Rani, dr. Igor dan dr. Hans, mereka bertigalah yang menjadi teman mengobrolnya di Rumah Sakit. Bukan apa, di Rumah Sakit ini tidak banyak yang satu frekuensi dengannya, dalam segala hal kecuali masalah kesehatan dan itu sangatlah membosankan bagi Alexa.

"Di sini, enggak ada teman. Balik, sendirian di apartemen. Nongkrong, tapi enggak bareng mereka enggak asik. Nasib gue gini banget." gumamnya. Alexa duduk termenung lalu ia mendongak menatap langit-langit. "Gue juga pengen nikah kaya yang lain.."

Tiba-tiba ponselnya berdering dan dengan malas ia menjawab panggilannya.

"Yoo.."

"Sini ke rumah, mertua gue habis kirim masakan."

"Sialan! Ya udah gue ke sana. Eh tapi laki lo ada kan?"

"Kampret! Buruan sini!"

"Oke Sayang."

Alexa memutus panggilan dan melepas jas Dokternya itu lalu melemparnya asal ke atas kursi. Setelah itu ia bergegas pergi ke rumah Dewi, salah satu sahabatnya.

----

"Permisi, ada orang di luar!" teriak Alexa.

Dia sudah tiba di rumah Dewi, namun setelah tiba di rumahnya, ia malah tidak dibukakan pintu.

"Dewi! Ada orang di luar!" teriaknya lagi, kesal.

"Iya, iya.." balas Dewi.

Dewi membukakan pintu dan Alexa sudah cemberut menatap sinis padanya. "Sorry, Mas Adi minta tambah tadi." Ujar Dewi sembari menyengir meminta maaf.

"Mana Mas Adinya, biar sekalian gue tambah lagi!" jawabnya kesal namun bibirnya langsung kena keplak oleh Dewi.

"Ya lagian, mobil gue kasihan tuh kepanasan!"

"Kan ada Pa Ujang di depan." timpal Dewi.

"Ya kalau ada, ngapain gue teriak?" Alexa langsung menerobos masuk ke dalam rumah kemudian dia merebahkan badannya di sofa.

Dewi hanya bisa mengelus dada, kalau ia tidak mengerti bagaimana watak Alexa mungkin mereka sudah baku hantam di ambang pintu barusan.

"Pa Ujaaaaaaaaaaang!" teriak Dewi yang mengagetkan Alexa.

"Iya Bu.." Pa Ujang berlari ke arah Dewi dengan kerupuk yang ia pegang di tangannya.

"Bapak baru makan siang?" tanya Alexa.

"Eh ada Bu Alex, iya Bu baru makan. Makan sore tapi."

"Wah, gila! Lo bisa kena Undang-undang ketenagakerjaan, soalnya lo udah buat pegawai lo telat makan siang."

"Heh mulut!" tegur Dewi.

Alexa kemudian cuma cekikikan saja melihat Dewi yang kesal.

"Ya udah Pak, kirain saya bapak ke mana. Nanti tolong masukan mobilnya Alexa. Sini Lex, kuncinya!"

Alexa lalu melempar kunci mobilnya ke arah Dewi, lalu Dewi memberikannya kepada Pa Ujang.

"Iya Bu, maaf ya Bu." Pa Ujang kembali dan Dewi berjalan ke sofa lalu ia duduk menatap Alexa.

You're Not My TT (Taste & Type)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang