Bab 2

4.3K 393 61
                                    

Alexa membanting pintu apartemennya dengan keras lantas dengan kesal ia juga melepas sepatu hak tingginya dengan asal tendang. Dia menaruh toples gudeg di atas meja sambil mengumpat.

"Sialan!"

Alexa kini harus bertemu kembali, lagi dan lagi dengan Jeremy. Manusia paling menyebalkan sekaligus memuakkan, dan jenis Pria yang amat sangat jauh dari tipe idealnya sebagai Pria yang layak bergaul dengannya.

"Kenapa si siluman sapi itu bisa ada di sini, dari sekian banyaknya gedung apartemen yang ada di Jakarta?" Alexa melepas satu persatu kancing kemejanya dengan perasaan dongkol. "Apa jangan-jangan dia penguntit?" Alexa melempar sembarangan kemejanya. Lalu merebahkan tubuhnya di atas sofa, mengangkat kedua kakinya ke atas meja. "Nggak ada yang bener, padahal bukan cuma gue yang hidupnya blangsak. Contohnya si Abdi, dia bisa nikah sama Laila. Odite, ketemu Ares yang tajirnya keterlaluan. Terus apa bedanya gue sama mereka? Kenapa cuma gue aja yang nelangsa."

Bel berbunyi.

"Males bangun ah."

Bel berbunyi lagi.

"Bodo! Paling si Jeremy."

Alexa menunggu bel berbunyi lagi, namun tak ada bunyi lagi. Alexa tersenyum dan semakin menyamankan posisi rebahannya. Kemudian tak lama ponselnya berbunyi, dan itu adalah panggilan dari Nyonya Wulan alias Mamahnya sendiri.

"Iya Nyonya, selamat malam. Ada yang bisa saya bantu?"

"Selamat malam, dan maaf telah mengganggu waktunya. Kalau nggak mau buka pintu, Pak Andi titip dressnya di unit sebelah."

"Maaaah!" teriak Alexa, namun panggilan sudah terputus.

Alexa langsung bangkit dan berjalan dengan kesal ke arah pintu. Dia melangkah keluar dari unitnya dan mencari keberadaan Pak Andi, pegawai suruhan Mamahnya itu. Tapi sialnya Pak Andi sudah tidak ada disana.

"ck."

Alexa menoleh ke unit Jeremy yang di depannya sudah tidak ada lagi kardus yang berisi barang-barang. Ia mengeluh dan malas kalau harus mengetuk pintu unitnya dan meminta dressnya.

"Bodo ah, besok pakai dress lain aja." Namun saat Alexa akan masuk kembali ke dalam unitnya, Jeremy keluar dari dalam unitnya dan mata mereka langsung bertemu.

"Lo punya kebiasaan keluar cuma pakai Bra kaya gitu?"

Alexa menunduk dan terkejut sendiri di buatnya. Tapi Alexa adalah Alexa, dia merasa sudah kepalang tanggung dan di sana cuma hanya ada mereka berdua saja. "Bukan kebiasaan, gue lupa. "Alexa melangkah mendekat dan Jeremy mencoba menahan dirinya. "Gue mau bawa dress yang dititip Pak Andi di tempat lo."

Jeremy kembali membuka pintu unitnya, lalu ia masuk ke dalam. Alexa mengintip ke dalam dan isi unitnya masih begitu berantakan.

"Gue nggak ngerti, kenapa cewek yang aslinya liar kaya lo selalu pakai dress kaya gini? Seakan selama ini lo cuma berkamuflase."

"Gue nggak butuh asumsi lo." Alexa mengambil tas jinjingan itu dari tangan Jeremy, lebih tepatnya merebut. "Dan lo udah nggak sopan buka-buka tas milik orang lain." Alexa langsung berjalan masuk lagi ke dalam unit dengan membanting pintunya.

"Ada apa dengan tempramennya itu?" cibir Jeremy kesal. Kemudian ia berjalan masuk ke dalam lift dan turun, untuk menjemput seseorang.

Setelah berada di bawah, Jeremy langsung memeluk ibunya yang sudah lama menunggu.

"Nanti aku buatin akses biar Mami bisa langsung masuk ke atas."

"Nggak usah, lagian Mami nggak bakalan sering kesini. Nanti Mami malah gangguin masa meditasi kamu lagi."

You're Not My TT (Taste & Type)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang