Chapter 2 - Kembalinya sapaan

4 1 0
                                    


"Sapaan itu kembali, boleh aku mendapatkannya lagi?"

- Moza Andiana

Moza memencet bel rumah mewah tetangga sebelahnya sembari membawa kue coklat buatan Mama dan dirinya. Kue coklat yang lembut dengan lapisan nuttela dan krim manis diatasnya yang di taburi sprinkle.

"Assalamualaikum!" seru Moza.

"Iya, waalaikumsalam."

Deg!

Suara berat itu, rasanya Moza mengetahuinya.

"Hiks...Hiks..." seorang gadis kecil menangis didepan bangunan bimbelnya.

"Moza kenapa?"

"Mama belum jemput," tangis gadis itu, membuat anak lelaki yang berbicara padanya, duduk di samping Moza.

"Moza bisa pulang sama Regan, kan rumah deket."

"Cape Moza kalo harus jalan."
ucapnya cemberut dengan sisa air mata.

"Regan gendong ampe altamart, kita beli es krim terus Regan gendong lagi."

Moza lagusng tersenyum kembali dan menyetujuinya.

"Ayo!"

Krek

Pintu putih besar itu terbuka, menampilkan seorang lelaki tampan dengan kaos abu dipadu celana pendek rumahan ditambah rambut yang berantakan membuat Moza gugup setengah mati.

Bagaimana tidak, ia menemui cinta pertamanya.

"Eh, Moza."

Sapaan itu, untuk pertama kalinya setelah 4 tahun Moza kembali mendengarnya. Rasanya tenang dan lega.

"Eh, ka." sapanya balik. "Ini ada kue bikinan Moza sama Mama, semoga suka ya."

"Asik nih, thanks ya."

"Iya ka, Moza pamit."

Regan, ia mengangguk dan membawa kue itu masuk.

Moza berbalik meninggalkan pekarangan rumah Regan dengan hati berdebar.

4 Tahun lalu, akhir obrolan mereka, akhirnya kembali lagi, sekarang.

Moza masuk kedalam rumahnya dan duduk diruang keluarga, membuat Mamanya yang sedang menonton acara tv House kura, menatap anak bungsunya bingung dan terduduk dengan diam.

"Kenapa Mo?" tanya Mamanya lembut.

"Moza tadi ngomong lagi sama Regan, setelah sekian lama." katanya masih bengong.

"Dasar anak Mama, belum move on nih dari Regan? Mau Mama masukin kamu ke bimbel yang sama lagi kaya dia?"

Moza menggeleng dan memandang Mamanya.

"Moza udah gasuka, tapi Mama bayangin aja, setelah 7 tahun, akhirnya kita ngomong lagi, kan deg degan." curhatnya.

"Iya, Mama ngerti, udah gih mandi dulu kamu."

DiligitisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang