"Aku mencintaimu, tulus. Tetapi mengapa hanya kebohongan yang bisa membawaku lebih dekat denganu?"- Moza
Entah bagaimana, Moza dan Regan semakin dekat, bahkan hari ini Regan menajaknya berangkat bersama. Moza yang bangun lebih awal agar bisa lebih tampil baik telah menunggu Regan yang sedang mengeluarkan mobilnya, dapat Moza lihat dari rumahnya.
Setelah mobil itu berada didipan Moza, Regan keluar untuk pamit pada Mama Moza.
"Tante, Regan sama Moza berangkat dulu ya." katanya lembut membuat Mama Moza tersenyum.
"Iya, hati hati ya Regan, makasih sebelumnya."
"Iya tante, sama sama. Kita pamit."
"Ayo Mo." ajak Regan lalu membukakan pintu penumpang untuk Moza.
"Thanks."
Regan lalu masuk kedalam mobil setelah memastikan Moza duduk dengan nyaman, lalu pergi melaju.
Didalam mobil, keheningan dipecahkan oleh lagu. Sebenarnya Moza ingin bertanya pada Regan maksud dari semua sikapnya ini. Setelah bertahun tahun layaknya saling tak mengenal, kini sangat perhatian. Tetapi Moza urungkan pikirannya dan tetap diam.
"Moza." panggil Regan memecah sunyi.
"Iya Ka?"
"Ntar pulang, bareng lagi ya?" tanya Regan hati hati.
Moza terdiam sejenak, entah mengapa Moza rasa ini cukup aneh.
"Moza ada kumpul perdana eskul seni rupa Ka, jadi pulangnya sore." kata Moza beralasan, sebenarnya tidak sepenuhnya alasan, hari ini memang ada kumpul perdaba eskul seni rupa yang Moza ingin ikuti, tetapi dijadwal acara itu tidak sampai sore.
"Gapapa gue tunggu."
Moza hanya bisa diam dan mengangguk pelan.
Lalu Regan kembali mengajak Moza mengobrol sehingga suasan lebih hangat.
Kurang dari 30 menit mereka sampai di parkiran sekolah. Setelah Moza turun dari mobil ia sedikit berlari, ia melupakan jika ia ada piket pagi hari ini. Moza juga telah memberi tau Regan dimobil agar lelaki itu tidak kebingungan saat dirinya berlari.
Saking buru burunya Moza ia sampai meninggalkan tasnya yang merupakan hal sangat penting untuk dibawa kesekolah, Regan pun sampai tak bisa menahat bingung serta tawa melihat teman kecilnya itu bisa bisanya meninggalkan tas. Tas!
Lelaki itu lalu mengambil tas merah muda Moza dan membawanya untuk diantarkan ke Moza.
Disisi lain Moza telah sampai dikelasnya dengan nafas tak teratur. Ada alasan mengapa ia sepanik ini, biasanya jika ada yang melanggar ia akan ditanyai oleh wali kelas. Memang, wali kelasnya itu terlalu ikut andil. Dan juga ia akan dikenakan sanksi 10 ribu.
"Abis ngapain lo? Lari marathon?" tanya Jiva, teman sebangku Bianca.
"Gue lupa hari ini ada piket pagi gila!"
Moza langsung mengambil sapu dan memulai piketnya.
"Btw Mo, lu berasa sekolah sendiri ya sampai gabawa tas gitu." canda Jiva saat menyadari temannya itu tidak membawa tas, beberapa teman kelas yang mendengar jelas tertawa.