"Masa lalu udah lewat, tinggal masa depan yang harus lo urusin."
- Bima.Pagi pagi sekali Bima telah meninggalkan rumahnya menuju sekolah. Masuk jam setengah delapan dan jam setengah tujuh osis mengadakan rapat mengenai Gelar seni yang akan diadakan 2 minggu lagi.
Acara itu akan dihiasi lukisan lukisan cantik dari siswa siswi SMA Galaksi, tampilan musik, dan lainnya.
Bima memasuki ruang osis yang telah diisi beberapa anggota osis.
"Morning Bima!" seru Bella berdiri dari tempatnya dan menghampiri Bima. "Bim, lo udah sarapan? Kebetulan gue bawa ro-"
"Udah." jawab Bima seadanya dan menaruh tasnya diatas meja. "Siapa aja yang belum hadir?"
"Ka Hana sama Jefa ka." jawab salah satu adik kelas osis membuat Bima mengangguk.
"Dimulai aja, gausah buang buang waktu nungguin yang ga bener."
Rapat osis di mulai. Bima dengan karismanya menyampaikan tentang gelar seni dengan sempurna.
Bella menyukai Bima. Bima adalah satu satunya alasan Bella masuk organisasi yang tidak disukanya sedari dulu. Tentu saja, bad girl dan manja seperti Bella mustahil masuk osis. Jika saja dulu ia tak mendekati ketos sebelumnya, mungkin ia tak akan keterima.
20 menit mereka menjalankan rapat, Hana dan Jefa datang bersamaan.
"Maaf ka Hana telat."
"Maaf Bim, gue telat."
"Kalian berdua tau kan apa prinsip yang gue tetapin?" tanya Bima dingin membuat satu ruangan menjadi tegang. "Disiplin, atitude, kerja keras. Kalo kalian gamau ikutin prinsip gue, ngapain masi di osis?" tegas Bima sembali menghitungnya dengan jari.
Hana dan Jefa menunduk sangat dalam, mereka takut. Bima memang baik, sangat baik, tetapi saat sudah marah, rasanya ingin lenyap saja.
"Maaf Bim." ucap Jefa pelan.
"M-ma-maaf Ka." cicit Hana. Mendengar itu Bima menghela nafas kasar.
"Gue gamau ada kejadian kaya gini lagi, kalian boleh duduk. Hana, catet apa yang gue omongin dari awal, tanya ke anak osis yang disiplin waktu gue ngomong apa aja tadi." kata Bima menekankan kata 'disiplin waktu'.
Hana mengangguk cepat, dan rapat kembali berjalan.
Disisi lain, Moza baru memasuki sekolah dengan sedikit tergesa. Ia datang bersamaan dengan Regan, bukan bersama, tetapi waktunya yang bersamaan. Karena biasanya Regan datang telat.
Moza menghindari Regan bukan tanpa alasan, melainkan ia sangat malu karena kemarin, saat tambal ban, ia lupa membawa uang dan alhasil memakai uang Regan, walaupun regan hanya tertawa dan menolak diganti, ia tetap sangat malu.
"Eh kamu!"
Moza berbalik, melihat guru kesiswaan memanggilnya membuat dirinya menghampiri dan salam.
"Iya bu, kenapa?"
"Kelas berapa?" tanya guru itu baik.