Halilintar membuka kedua matanya perlahan, menatap ke atap-atap gua dengan pandangan yang masih blur. Ia memposisikan dirinya duduk diatas ranjang yang ia tempati. Sembari mengucek kedua matanya, ia melihat kesamping, menemukan bahwa Gempa sudah tidak berada disampingnya.
"Kemana perginya bocah itu?" Gumam Halilintar bingung.
Ia beranjak bangun dari ranjang tersebut sembari berjalan keluar dari gua dengan keadaan yang masih terlihat mengantuk. Aktivitasnya bersama Gempa kemarin malam memang begitu melelahkan.
Ditengoknya ke kanan dan ke kiri sesaat Halilintar sudah keluar dari gua, namun ia masih tidak mendapati keberadaan Gempa disekitar. Hal itu membuat Halilintar semakin bingung dan sedikit cemas. Ia menengok ke belakang, memandang kearah Giga yang kini tengah menatap kearahnya.
"Giga! Apa kau tau dimana Gempa?" Halilintar bertanya dengan suara yang sedikit keras agar terdengar oleh monster batu tersebut.
Giga menggerakan tangan besarnya, menujuk kearah utara dimana jalur itu menjadi jalan keluar dari hutan ini. Setelah berucap terimakasih, Halilintar langsung pergi menyusuri jalan tersebut dengan hati-hati, takut jika ia akan tersesat atau melewatkan keberadaan Gempa.
Hingga akhirnya ia melihat sosok Gempa di pepohonan, dekat dengan jalan raya…
"Ternyata disana. Hey Gem—-huh?"
… bersama dengan orang lain yang tidak ia kenali.
Halilintar cepat-cepat bersembunyi dibalik pohon besar sembari mengintip Gempa dan orang asing itu dengan tatapan yang tajam. "Siapa orang itu? Ada urusan apa dia dengan Gempa?" Tanya Halilintar pada dirinya sendiri, memikirkan kemungkinan yang ada.
Gempa nampak melambaikan tangannya pada orang asing tersebut setelah lama bercakap-cakap bersama. Orang tersebut berjalan pergi dengan gugup, sementara Gempa tetap melambaikan tangannya sembari tersenyum lebar. Entah kenapa hal tersebut membuat Halilintar kesal. Ia mengeratkan pegangannya pada batang pohon dengan erat.
Bisa dilihat Gempa kini mulai melangkah kembali memasuki hutan, namun langkahnya terhenti tepat disamping pohon dimana Halilintar bersembunyi.
"Aku tau kau ada disitu Hali! Keluarlah."seru Gempa dengan tiba-tiba yang mengejutkan Halilintar.
Sembari mendengus kasar, Halilintar keluar dari persembunyiannya dan berjalan mendekati Gempa yang tersenyum mengejek padanya. "Aku lupa kalau kau punya kekuatan aneh yang bisa merasakan keberadaan orang disini. Seharusnya tadi aku memanjat pohon saja."
Gempa terkekeh geli sembari menepuk bahu Halilintar keras, "percuma saja, Hali. Kau tidak akan bisa bersembunyi dariku. Tapi ngomong-ngomong kenapa tadi aku merasakan rasa kesal darimu? Jangan-jangan kau marah ya karena aku meninggalkanmu sendiri di gua~?" ujarnya sembari menyeringai jahil.
Halilintar memukul kepala belakang Gempa dengan kasar, membuat Gempa mengaduh kesakitan.
"Sembarangan! Mana mungkin aku akan marah karena hal sepele seperti itu. Kau kira aku ini bocah sepertimu?" Protesnya kesal.
Gempa meringis kecil sembari mengusap belakang kepalanya yang terasa sakit, "kau ini kasar sekali sih, Hali. Aku kan hanya bercanda."
"Bercandamu itu malah bikin kesal tau? Sudahlah ayo kita kembali." Halilintar membalikkan badannya dan mulai melangkah pergi, namun dengan cepat Gempa menahan tangannya erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different
General FictionKarena keunikannya, Gempa disingkirkan dan ditakuti oleh banyak orang. Namun hal itu tidak berlaku untuk Boboiboy bersaudara. Terkadang dalam perbedaan itulah yang menyatukan segalanya. . . . Warn: Bad Story! Typos! Shounen ai/Yaoi! HaliGem! AllGem...